Bagaimana Berpikir kritis mendorong kesehatan mental anak muda

Kualitas kesejahteraan hidup seseorang dapat diamati dari perilaku dan Interaksi terhadap lingkungan. Seesorang yang memiliki permasalahan perilaku akan menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan kondisi kepribadiannya kurang baik. Hal tersebut dapat dikarenakan faktor internal dan eksternal yang menyokong perkembangan kepribadian seseorang mengalami ketimpangan. Penyebab yang sering dijumpai adalah tidak memiliki lingkungan (reference of group) ideal. Sehingga saat seseorang berada dalam fase membangun kepribadiannya akan merasa bimbang menghadapi realitas kehidupan. Melalui lingkungan yang tidak mendukung, seseorang akan mengalami bimbang dan bingung dalam membentuk sebuah keputusan. Sehingga tidak sedikit sekelompok orang terutama remaja akan mengalami gangguan kesehatan mental. Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, baru 2,6 persen yang mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku.

Remaja dan pasca remaja dapat mengalami penyakit dan gangguan mental tidak semata-mata karena faktor lingkungannya. Akan tetapi hal itu dapat terjadi saat seseorang kurang tepat menentukan pilihan yang diputuskan. Pengaruh memutuskan suatu pilihan dapat berdampak pada psikologis manusia. Dalam menentukan keputusan, manusia tidak hanya memilih, melainkan akan menghadapi dan menjalaninya. Keputusan yang tepat akan berdampak baik terhadap keberlanjutan hidup seseorang. Oleh sebab itu diperlukan eksistensi berpikir dalam menentukan keputusan yang tentu akan berdampak pada kondisi kesehatan mental manusia.

Berpikir merupakan tahap awal untuk merangkai sebuah tindakan yang bertanggungjawab. Melalui pikiran, manusia dapat mengumpulkan berbagai informasi dan merangkainya menjadi sebuah kebutuhan untuk menentukan keputusan. Melalui realitas dan pengalaman yang dimiliki, manusia dapat mengorganisir seperti apa keputusan yang bersinggungan dalam waktu dekat dengan prioritasnya. Sehingga dampak yang dihasilkan dapat memiliki makna positif. Dalam sudut pandang seorang ahli filsafat, berpikir membutuhkan kepekaan rasa terhadap suatu realitas. Kepekaan terhadap sesuatu menambah semangat seseorang untuk berpikir kritis. Esensi yang didapat adalah perasaan dan skill untuk meningkatkan kemampuan dalam beraktivitas yang cenderung membuat sesorang menjadi skeptis (McPecks: 1990).

Ketika manusia mengalami fase skeptic atau meragukan suatu objek yang terdapat dalam realitas, kemampuan mendefinisikan objek, menganalisis, mengorganisir, dan menyimpulkan akan teruji. Keraguan terhadap objek dalam realitas mampu menunjukkan berpikir kritis. Menurut Burton et.al (1960) dalam mengkritisi, seseorang harus menjalani; pertama, proses yang mampu meningkatkan keraguan dalam pemikiran dan kedua mengetahui kesulitan dalam keraguan tersebut. Ketiga menguji keraguan tersebut dengan memberikan fakta, merancang hipotesis dan mencari fakta-fakta baru dengan melakukan observasi, keempat mengkritisi fakta tersebut, kemudian menginterpretasikannya, dan kelima membuat kesimpulan berdasarkan teori, temuan maupun pengalaman yang ada.

            Berpikir kritis adalah aspek penting dari filsafat psikologi. Dalam mengetahui akar pemikiran yang diragukan, seorang pemikir akan menuntut hasil dan nilai yang terkandung dalam memandang suatu realitas. Teori berpikir kritis berdasarkan psikologis dikeluarkan dan dibangun dari dimensi kognitif. Berpikir kritis dari aspek psikologis merupakan pelebaran dari fakta (Barlet: 1985). Melalui pelebaran fakta tersebut seseorang mampu mengamati dan melihat proses aktif yang berkaitan dengan mental kepribadiannya saat berkomunikasi dengan orang lain. Dalam berinteraksi lewat komunikasi, seseorang tentu akan menyampaikan argumentasi. Kerangka berpikir yang tepat untuk membangun argumentasi dilengkapi oleh tanggungjawab yang tinggi untuk menyatakan sesuatu. Pertama, itu dikarenakan komunikasi adalah proses untuk menyatakan suatu gagasan dan ide yang dipikirkan berdasarkan realita yang ada. Kedua, argumentasi yang dibangun merupakan cerminan dan koreksi dari diri sendiri. Ketiga, ide dan gagasan selaras dngan apa yang dibicarakan (Lipman: 1988).

            Argumentasi yang dibangun melalui berpikir kritis diawali dengan melihat masalah yang mempunyai rintangan. Berbagai permasalahan akan muncul jika seseorang meragukan realita yang tampak. Keraguan dapat menjadi upaya untuk memikirkan kembali kemungkinan yang akan terjadi sesuai dengan realita sesungguhnya. Sehingga dalam kehidupan pragmatis seseorang yang meragukan dan berpikir kembali menggunakan sudut pandang kritis akan merasa bahwa keputusannya memiliki dampak yang significant bagi kehidupan. Berpikir kritis sebagai upaya untuk mendorong kesehatan mental diawali dengan melihat masalah yang mempunyai rentangan dan mengurutkan dari yang mudah hingga sulit (Burton: 1960). Beberapa pemikiran burton tentang filosofis berpikir adalah:

1. Berpikir selalu hilang dan peduli.

            Muncul dan hilangnya suatu informasi merupakan hal yang biasa dalam berpikir. Kehilangan informasi sebelumnya bisa terjadi karena peduli dengan informasi baru yang lebih efektif dan dalam rangka menemukan kepastian. Hal itu dikarenakan perbedaan tindakan atau anggapan terhadap informasi yang melibatkan pemikiran akan melahirkan kesimpulan yang lebih baik (Dewey: 1944).

2. Mengingat adalah berpikir.

            Mengingat suatu pengalaman atau pemikiran seorang yang berpengaruh menjadi penting dalam menentukan tindakan. Munculnya gangguan atau penyakit mental tidak menutup peluang karena masuknya ingatan atas peristiwa buruk yang terjadi di masa lalu. Melalui evaluasi yang dibangun dalam berpikir kritis, manusia menjadi lebih sadar tentang upaya baik yang akan dilakukan untuk membingkai kembali pilihan yang dijalaninya. Kesadaran bahwa hidup merupakan pilihan yang harus diperjuangkan memperkuat rasa percaya diri seseorang untuk menghadapi realita yang terjadi.

3. Menggambarkan atau memimpikan adalah berpikir

            Berimajinasi dan bermimpi adalah bagian dari berpikir. Dalam mewujudkan pencapaian dan keinginannya, upaya awal yang dilakukan adalah bermimpi serta berimajinasi. Tahap bermimpi dan berimajinasi menjadi sebuah rancangan awal dalam menentukan tindakan. Berpikir kritis sebagai upaya menjaga kestabilan mental dapat dilakukan dengan cara tersebut. Dalam rencananya, sesuatu yang akan diungkapkan menjadi lebih tertata karena telah melewati proses penggambaran dalam pemikiran. Sehingga saat mengimplementasikan tindakan nyata, seseorang akan memiliki referensi yang telah melewati proses mimpi dalam pemikirannya.

4. Percaya adalah berpikir

            Seseorang yang telah melakukan proses berpikir maka ia akan mempercayai suatu hal. Salah satu bukti konkret peran penting percaya adalah pemikiran B.J Habibie dalam mendesain aerodinamis pesawat terbang. Kepercayaan dirinya terhadap suatu pilihan yang dilakukan pada tahun 1980-1990 menjadi nyata. Hasil tersebut dibuktikan dengan lahirnya sejumlah jenis pesawat terbang, seperti CN-235. Keyakinan terhadap pilihan atas suatu ilmu desain aerodinamis membuat Indonesia mampu memproduksi pesawat sendiri. Proses keyakinan sendiri dapat didukung oleh kemampuan mendengan, mengamati, dan mempercayai apa yang dibicarakan orang.

                Berpikir kritis sebagai upaya mendorong kesehatan mental dapat menjadi sarana meminimalisir kerugian yang terjadi. Dengan adanya sarana tersebut seseorang dapat memikirkan kembali rencana dan tindakan yang akan dilakukan. Berpikir kritis merupakan alasan untuk merefleksi- kan pemikiran yang terpusat pada apa yang dipercaya dan apa yang dilakukan (Ennis: 1985). Dengan demikian, pemikiran tersebut dapat menjadi upaya untuk mengukur kembali kemampuan dalam bertindak. 

sumber gambar: Google

  91 Views    Likes  

SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

previous post

Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan
SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

next post

SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

related posts