Banten Bebas Demam Berdarah: Target Penting dalam Pengendalian Penyakit Menular
Oleh: Monayanti Simanjuntak
Mahasiswa Biologi, Universitas Kristen Duta Wacana
Demam berdarah adalah salah satu penyakit menular yang menjadi masalah serius di banyak negara tropis, salah satunya Indonesia. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala yang parah bahkan kematian jika tidak diobati dengan tepat. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia 2024 dua dari lima daerah dengan kasus DBD terbanyak di Indonesia terdapat di Provinsi Banten, yaitu Kota Tangerang Selatan menempati posisi pertama dan Kabupaten Lebak pada urutan ke lima. Tercatat ada 1.619 warga yangterjangkit demam berdarah dengue (DBD) pada awal 2024 dengan 8 orang diantaranya meninggal dunia (Dinkes Banten). Hal tersebut dapat terjadi oleh karena berbagai macam faktor, diantaranya kondisi geografis dan iklim tropisnya yang mendukung perkembangan nyamuk pembawa virus. Namun, ditengah tantangan tersebut masih ada cara untuk mengupayakan target Banten bebas dari demam berdarah yaitu dengan adanya kerjasama antara masyarakat. Pemerintah, dan lembaga kesehatan untuk mencapai tujuan ini.
Peningkatan kasus DBD yang terjadi di Provinsi Banten dapat diperkirakan sebagian besar terjadi karena adanya faktor iklim yang tak menentu, pola hidup bersih yang umumnya belum diterapkan dengan baik oleh masyarakat, dan perubahan cuaca yang tidak pasti juga menyebabkan imunitas masyarakat juga menjadi menurun sehingga virus dengue dapat dengan mudah menyerang. Proses penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya, tempat yang potensial untuk terjadinya penularan penyakit DBD antara lain: 1) wilayah yang diketahui banyak kasus DBD atau rawan endemis. 2) tempat – tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang atau orang datang dari berbagai wilayah sehingga ada kemungkinan terjadi pertukaran beberapa tipe virus dengue yang cukup besar seperti sekolah, pasar, hotel, puskesmas, rumah sakit, dan sebagainya. 3) pemukiman baru di pinggir kota, karena di lokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat penderita atau karier yang membawa tipe virus dengue.
Dari adanya kasus DBD disuatu wilayah dapat menyebabkan beberapa dampak yang tidak baik bagi masyarakat antara lain, dampak bagi kesehatan masyarakat yaitu dimana DBD dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat seperti demam tinggi, nyeri otot dan sendi, syok, dan bahkan kematian. Dampak DBD bagi sosial ekonomi yaitu memberikan beban ekonomi yang besar bagi individu, keluarga, dan masyarakat yaitu diperlukannya biaya pengobatan, absensi kerja, dan kehilangan produktivitas sehingga dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Dampak terakhir yaitu dampak terhadap sistem kesehatan yaitu pada saat terjadi lonjakan kasus DBD akan menimbulkan tekanan tambahan pada sistem kesehatan, terutama pada daerah dengan sumber daya yang terbatas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan sering kali mengalami overload dengan pasien DBD yang memerlukan perawatan intensif.
Dalam menangani kasus DBD yang tinggi di Provinsi Banten terdapat beberapa permasalahan dan hambatan yang dihadapi antara lain: 1) keterbatasan sumber daya, di Provinsi Banten dengan kasus insidesn DBD yang tinggi terdapat keterbatasan dalam hal sumber daya manusia, keuangan, dan infrastruktur kesehatan pada beberapa wilayah. Salah satu wilayah tersebut adalah kabupaten lebak dengan kasus DBD yang cukup tinggi dan faktor keterbasan sumber daya dan infratruktur menjadi penghambat dalam pupaya pencegahan, diagnosis, dan pengobatan yang efektif. 2) ketidakmampuan pengendalian vektor, pengendalian vektor (nyamuk) menjadi bagian penting dalam mengatasi penyakit DBD tetapi keberhasil pengendalian vektor sering kali terhambat oleh faktor seperti resistensi insektisida, kesulitan mengakes area terpencil, dan tingginya kepadatan populasi nyamuk. 3) perubahan lingkungan, perubahan lingkungan seperti urbanisasi yang cepat, perubahan iklim, dan pertumbuhan perkotaan yang masih terjadi di Provinsi Banten tentunya dapat mempengaruhi distribusi dan kepadatan populasi nyamuk serta meningkatkan resiko penularan DBD. 4) ketidakpahaman masyarakat, kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya pencengahan DBD dapar menghambat upaya pencegahan, termasuk praktik pengendalian vektor di tingkat rumah tangga dan komunitas. 5) keterlambaran diagnosis dan penanganan, diagnosis DBD dapat sulit dilakukan karena adanya kemiripan gejala dengan penyakit lain, dan terkadang tes diagnostik tidak tersedia secara luas atau tidak mudah untuk diakeses.
Permasalah dan hambatan tersebut tentunya dapat diatasi meskipun tidak mudah untuk dilakukan, oleh karenanya diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaha kesehatan, masyarakat, dan organisasi yang bergerak dibidang tersebut untuk meningkatkan kapasitas dan respon dalam mengatasi DBD sehingga target menciptakan Banten Bebas Demam Berdarah dapat tercapai. Dalam mencapai status bebas demam berdarah dapat dilakuan dengan mengimplementasikan berbagai strategi pengendalian yang terintergrasi dan berkelanjutan, antara lain pemberantasan sarang nyamuk, promosi kesadaran masyarakat, peningkatan akses terhadap perawatan medis, dan pastisipasi aktif masyarakat. Melalui langkah – langkah tersebut harapannya target penting dalam pengendalian penyakit menular demam berdarah dengue di Provinsi Banten dapat tercapai dengan baik.
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan