Dinamika Kepribadian menurut teori perkembangan Harry Stack Sullivan yaitu :
a. Ketegangan
Ketegangan adalah potensi tindakan yang mungkin atau tidak mungkin dialami dalam kesadaran. Oleh karena itu, tidak semua ketegangan dirasakan secara sadar. Banyak ketegangan, seperti rasa cemas, firasat, kebosanan, rasa lapar, dan hasrat seksual dirasakan, namun tidak selalu pada tingkat kesedaran. Faktanya, kemungkinan semua ketegangan yang dirasakan merupakan distrorsi setidaknya dari sebagian kenyataan. Setiap saat orang selalu berada dalam tingkat ketegangan tertentu, dari tegangan yang sangat rendah atau relaksasi mutlak (euphoria), sampai tegangannya sangat kuat, misalnya tegangan dalam situasi teror. Sullivan menyebutkan dua jenis ketegangan, yaitu kebutuhan dan kecemasan. Kebutuhan biasanya menghasilkan tindakan produktif, sedangkan kecemasan menghasilkan tingkah laku non produktif dan bersifat disintegrasi.
• Kebutuhan
Kebutuhan muncul karena adanya ketidakseimbangan biologis antara individu dan lingkungannya. Kebutuhan biologis (need biologic) dapat dipuaskan dengan menyediakan apa yang dibutuhkan untuk mengembalikan keseimbangan. Misalnya, kebutuhan akan makanan, air, dan oksigen. Ketika kebutuhan biologis ini terpenuhi, individu merasa puas, dan ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan tersebut berkurang atau hilang. Kepuasannya bersifat episodik, sesudah memperoleh kepuasan- tegangan menurun/hilang, tetapi sesudah waktu tertentu. ketegangan yang sama akan muncul kembali. Yang artinya kebutuhan itu bersifat sementara. Selain kebutuhan biologis, individu juga memiliki kebutuhan yang muncul dari hubungan interpersonal. Ini mencakup kebutuhan akan hubungan sosial, kasih sayang, dan interaksi dengan orang lain.
• Kecemasan
sullivan menyatakan kecemasan ditransfer melalui proses yg dinamakanempati. Kecemasan merupakan ketegangan tipe kedua, berbeda dengan ketegangan akan kebutuhan dalam arti ia bersifat memisahkan, lebih tersebar dan samar, oleh karena itu tidak menuntut tindakan konsisten untuk menghilangkannya. Sullivan menyatakan bahwa kecemasan dan kesendirianmerupakan pengalaman yang unik dalam arti mereka mereka benar- benar tidak dikehendaki dan tidak diinginkan. Oleh karena kecemasan menyakitkan, maka orang cenderung menghindarinya, secara turun temurun memilih situasi euforia atau ketiadaan tegangan. Sullivan merangkum konsep ini dengan menyatakan bahwa "keberadaan kecemasan jauh lebih buruk dari ketidakberadaannya". Sullivan membedakan kecemasan dengan rasa takut dalam beberapa pendekatan penting. Pertama, kecemasan biasanya berakar dari situasi interpersonal yang kompleks dan hanya tampak samar dalam kesadaran; rasa takut lebih jelas dikenali dan asalnya lebih mudah diketahui. Kedua, kecemasan tidak memiliki nilai positif. Hanya ketika kecemasan berubah bentuk menjadi ketegangan (rasa marah atau takut) maka ia dapat mendorong kearah tindakan yang menguntungkan. Ketiga, kecemasan menghambat terpuaskannya. kebutuhan, sedangkan rasa takut kadang membantu manusia memenuhi kebutuhan tertentu. Kemudian, adapun defenisi kecemasan menurut Sullivan yaitu "Kecemasan adalah ketegangan yang bertentangan dengan ketegangan akan kebutuhan dan bertentangan dengan tindakan yang membuat, mereka merasa nyaman".
b. Transformasi energy
Transformasi energy adalah tegangan yang ditransformasikan menjadi tingkah laku, baik tingkah laku terbuka maupun tertutup. Tingkah Laku hasil transformasi itu meliputi gerakan yang kasat mata, dan kegiatan mental seperti perasaan, pikiran, persepsi, dan ingatan. Tidak semua transformasi energy merupakan tindakan-tindakan yang gamblang dan terlihat. Sullivan membagi usia manusia menjadi tujuh tahap perkembangan, masing-masing mempunyai sumbangan penting dalam membentuk kepribadian. Di setiap tahap perkembangan orang menghadapi masalah hubungan interpersonal yang berbeda-beda, sehingga bentuk bahaya yang berasal dari hubungan interpersonal itu juga berbeda-beda. Perubahan kepribadian dapat terjadi kapan saja, tetapi paling sering terjadi pada masa transisi dari tahap satu ke tahap berikutnya yakni:
*Bayi (Infancy); lahir bisa berbicara (0-18 bulan)
Bayi menjadi manusia berkat kelembutan kasih sayang yang diterima dari pemeran keibuan. Bayi tidak mungkin bertahan hidup tanpa pemeran keibuan yang memberinya makanan, kehangatan, kontak fisik, dan menjaga kebersihannya. Perhatian utama bayi adalah makan, sehingga obyek pertama yang menjadi pusat perhatiannya adalah puting susu ibu (atau puting botol). Puting yang mewakili ibu itu menimbulkan paling tidak tiga image, sesuai dengan pengalaman bayi itu dengan puting itu;
1. Puting bagus (good nipple) - puting yang lembut penuh kasih sayang dan menjanjikan kepuasan fisik (bisa terjadi, good nipple tidak memuaskan karena diberikan kepada bayi yang tidak lapar)
2. Bukan puting (not-nipple) atau puting yang salah karena tidak mengeluarkan air susu, bahkan merupakan tanda penolakan dan isyarat mencari puting yang lain,
3. Puting buruk (bad nipple) puting dari ibu yang cemas, tidak memberi 3 kasih sayang dan kepuasan fisik.
Pengalaman makan itu, akan membentuk personifikasi ibu, puting bagus menjadi ibu baik (Good mother) dan bukan puting atau puting buruk menjadi ibu buruk (bad mother). Pada pertengahan tahap ini bayi mulai belajar berkomunikasi dengan bahasa, dimulai dengan kata-kata yang tidak memiliki validasi konsensual (makna yang ajeg dan disetujui bersama). Kata-kata yang dimaknai oleh bayi itu sendiri, tanpa mengaitkannya dengan makna sosial dan budaya, disebut bahasa autistik (autistic language).
Berikut enam ciri penting perkembangan menurut Sullivan:
1. Timbulnya dinamisme apatis, pertahanan tidur, disosiasi, dan inatensi,
2. Peralihan dari prototaxis ke parataxis, Peralihan dari prototaksis ke parataksis dalam konteks perkembangan bayi mengacu pada perubahan cara mereka mengatur pikiran dan bahasa. Prototaksis adalah pola yang lebih terstruktur di mana satu ide menjadi inti utama, sementara parataksis lebih sederhana di mana ide-ide berdiri sendiri tanpa hubungan hierarkis yang kuat. Jadi, peralihan ini menunjukkan bahwa bayi mulai memindahkan cara mereka mengorganisir bahasa dari yang lebih sederhana dan terstruktur ke pola yang lebih fleksibel dan mandiri.
3. Organisasi personifikasi-personifikasi, baik personifikasi ibu maupun personifikasi diri,
4. Organisasi pengalaman melalui belajar dan munculnya dasar-dasar sistem diri
5. Diferensiasi tubuh bayi sendiri, mengenal dan memanipulasi tubuh,
6. Belajar bahasa, dimulai dengan bahasa autisme,
7. Belajar melakukan gerakan yang terkoordinasi, melibatkan mata, tangan, mulut,
telinga, serta organ tubuh lainnya.
* Anak (Childhood); bisa mengucap kata butuh kawan bermain. (1;5 - 4 tahun)
Tahap anak dimulai dengan perkembangan bicara dan belajar berfikir sintaksis, serta perluasan kebutuhan untuk bergaul dengan kelompok sebaya. Perkembangan bahasa memungkinkan fusi berbagai personifikasi. Misalnya, ibu baik dan ibu-buruk menyatu dalam gambaran orang yang dipanggil "ibu." Pada akhir periode ini personifikasi saya-baik dan saya-buruk juga menjadi terintegrasi, sehingga sistem self memperoleh struktur yang lebih koheren. Anak mulai belajar menyembunyikan aspek tingkahlaku yang diyakininya dapat menimbulkan kecemasan atau hukuman. Misalnya, mereka belajar melakukan rasionalisasi (memberi alasan palsu) mengenai segala hal yang sudah mereka kerjakan atau sedang mereka rencanakan. Mereka memilki tampilan seolah-olah (as if performance), yakni:
1. Dramatisasi (Dramatization): permainan peran seolah olah dewasa, belajar mengidentifikasikan diri dengan orang tuanya, bagaimana bertingkahlaku yang dapat diterima. Misalnya, anak berperan sebagai orang tuanya dan menghukum boneka yang bertingkahlaku yang tidak dikehendaki.
2. Bergaya sibuk (Preoccupation): anak belajar konsentrasi pada satu kegiatan yang membuat mereka bisa menghindari sesuatu yang menekan dirinya. Misalnya, anak mencoba menghindar dari kecemasan mendapat komentar secara pedas orang tuanya, dengan menyibukkan diri dengan koleksi musiknya.
3. Transformasi jahat (Malevolent transformation): transformasi jahat perasaan bahwa dirinya hidup ditengah-tengah musuh, sehingga hidupnya penuh rasa kecurigaan dan ketidak percayaan bahkan sampai tingkahlaku yang paranoid. Ini terjadi karena dramatisasi dan preoccupational (yang kalau dipakai sekedarnya dapat membantu anak tumbuh dan berkembang) dipakai secara berlebihan ketika anak dihadapkan pada kecemasan yang sangat, untuk mempertahankan diri dari bahaya terlibat dengan orang lain.
4. Sublimasi taksadar (Unwitting Sublimation): mengganti sesuatu atau aktivitas (taksadar atau unwitting) yang dapat menimbulkan kecemasan dengan aktivitas yang dapat diterima secara sosial. Masa anak ditandai dengan emosi yang mulai timbal balik, anak disamping menerima juga bisa memberi kasih sayang. Hubungannya dengan ibu menjadi lebih pribadi, dan tidak lagi searah. Ibu tidak lagi dinilai sebagai ibu baik-ibu buruk berdasarkan pemberian makan, tetapi anak mengevaluasi Ibu secara sintaksis sesuai dengan apakah ibu menunjukkan perasaan kasih sayang timbal balik mengembangkan hubungan didasarkan pada kebutuhan kepuasan bersama, atau ibu menunjukkan sikap menolak.
* Remaja Awal (Juvenile); Usia sekolah berkeinginan bergaul intim (4-10 tahun) Tahap juvenil (remaja awal) berlangsung sepanjang usia sekolah dasar hingga sekitar usia 10 tahun. Pada tahap ini, anak mengalami perkembangan sosial penting, termasuk belajar kompetisi, kompromi, kerjasama, dan memahami perasaan kelompok. Mereka juga berinteraksi dengan otoritas di luar rumah, mendapatkan pengalaman validasi konsensual, dan mulai mengembangkan orientasi hidup, yaitu wawasan tentang tujuan hidup mereka.
1. Kecenderungan atau kebutuhan untuk berintegrasi yang biasanya memberi ciri pada hubungan antar pribadinya,
2. Keadaan keadaan yang cocok untuk pemuasan kebutuhan dan relatif bebas dari kecemasan,
3. Tujuan-tujuan jangka panjang yang untuk mencapainya orang perlu menangguhkan kesempatan kesempatan menikmati kepuasan jangka pendek
Perkembangan negatif yang penting pada tahap ini adalah belajar stereotip, ostrasisme, dan disparajemen (stereotype, ostracism, dan disparagement)
1. Prasangka atau stereotip adalah meniru atau memakai personifikas? mengenai orang atau kelompok orang yang diturunkan antar generasi
2. Pengasingan atau ostrasisme adalah pengalaman anak diisolasi secara paksa, dikeluarkan/diasingkan dari kelompok sebaya karena perbedaan sifat individual dengan kelompok.
3. Penghinaan atau disparajemen, berarti meremehkan atau menjatuhkan orang lain, yang akan berpengaruh merusak hubungan interpersonal pada usia dewasa.
Kalau kompleksitas itu menimbulkan kecemasan yang berlebihan, juvenil mungkin berusaha mempertahankan rasa aman dengan menutup tidak boleh masuk ke kesadaran. Proses mengabaikan pengalaman yang tidak konsisten dengan sistem self mungkin bisa membuat akan kehilangan kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berhubungan interpersonal.
* Preadolesen (Preadolescence), mulai bergaul akrab pubertas (8/10-12 tahun)
Periode ini sangat singkat, berakhir sampai pubertas, tetapi sangat penting. Preadolesen ditandai oleh awal kemampuan bergaul akrab dengan orang lain bercirikan persamaan yang nyata dan saling memperhatikan. Mereka membutuhkan Chum (Chum). teman akrab dari jenis kelamin yang sama, teman yang dapat menjadi tempat mencurahkan isi hati, dan bersama sama mencoba memahami dan memecahkan masalah hidup Kebahagiaandan perasaan berharga dari teman chum menjadi lebih penting dari pada perasaan kesenangan diri sendiri.
Menurut Sullivan, melalui persahabatan karib (chumship) remaja mungkin dapat memecahkan masalah pada tahap sebelumnya seperti sikap malevolent atau kecenderungan disparajemen. Melalui chum anak belajar bahwa orang dapat memberi kelembutan, perhatian, dan hormat. Hasilnya, tidak perlu menyiapkan kemarahan atau menyerang harga diri orang lain. Tanpa chum, preadolesen mungkin menjadi korban dari kesendirian yang menyedihkan yang lebih buruk daripada kecemasan, dan menjadi hambatan beran menyelesaikan tugas adolesen. Tahap preadolesen ditandai oleh beberapa fenomena berikut:
1. Orang tua masih penting, tetapi mereka di nilai secara lebih realistik
2. Mengalami cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, dan belum dirumitkan oleh nafsu seks
3. Terlibat dalam kerjasama untuk kebahagiaan bersama, tidak mementingkan diri sendiri.
4. Kolaborasi chum, kalau tidak dipelajari pada tahap ini, akan membuat perkembangan kepribadian berikutnya akan terhambat.
5. Hubungan chum dapat mengatasi/menghilangkan pengaruh buruk simptom salah satu yang diperoleh dari perkembangan tahap sebelumnya.
* Adolesen Awal (Earty Adolescence); pubertas pola aktivitas seksual yang mantap, (12 -16 tahun)
Perubahan fisik usia pubertas mengembangkan hasrat seksual (lust) pada periode awal adolesen. Pada tahap ini pola aktivitas seksual yang memuaskan seharusnya sudah dapat dimiliki. Banyak problem yang muncul pada periode ini merefleksikan konflik antar tiga kebutuhan dasar keamanan (bebas dari kecemasan), keintiman (pergaulan akrab dengan seks lain) dan kepuasan seksual Kepuasan seksual bertentangan dengan operasi keamanan, karena aktivitas genital pada usia ini terlarang pada banyak budaya sehingga menimbulkan perasaan berdosa, malu, dan cemas. Keintiman bertentangan dengan keamanan, karena mengubah keintiman dari sesama jenis menjadi keintiman dengan jenis kelamin pasangan akan menimbulkan perasaan takut, ragu-ragu, dan kehilangan harga diri yang semuanya akan meningkatkan kecemasan. Keintiman bertentangan dengan kepuasan seksual, mereka kesulitan mengkombinasikan intimasi dengan kepuasan seksual untuk diarahkan kepada satu orang paling tidak karena empat alasan :
1. Banyak adolesen yang melakukan sublimasi terhadap dorongan genitalnya, untuk mencegah penggabungan dorongan seks dengan keintiman.
2. Dorongan genital yang sangat kuat dapat dipuaskan melalui masturbasi atau hubungan seks tanpa intimasi. Adolesen awal tidak mempunyai alasan yang mendesak untuk menggabung dorongan seks dengan intimasi.
3. Masyarakat membagi objek seksual menjadi dua, "baik" dan "buruk," sedang remaja selalu memandang "baik.”
4. Alasan kultural, orang tua, guru, dan otoritas lainnya melarang keintiman dengan seks yang sama karena takut menjadi homoseksualitas, tetapi mereka juga melarang intimasi dengan jenis kelamin yang berlainan karena takut dengan penyakit menular seksual, kehamilan, atau kawin dini
Sullivan berpendapat bahwa adolesen awal adalah titik balik dalam perkembangan kepribadian Orang harus dapat mengatasi kebutuhan intimasi dan dorongan seksual tanpa terganggu rasa amannya. Kalau itu tidak dapat dilakukan dia akan menghadapi kesulitan serius pada tahap perkembangan berikutnya. Walaupun penyesuaian seksual merupakan bagian yang penting dari perkembangan kepribadian, Sullivan merasa bahwa masalah utamanya adalah bergaul bersama dengan orang lain.
* Adolesen Akhir (Late Adolescence); kemantapan seks- tanggung jawab sosial (16-Awal 20 an)
Periode ini berakhir saat pemuda mengenal kepuasan dan tanggung jawab dari kehidupan sosial dan kewarganegaraan dewasa. Mereka memperluas pemahaman tentang sikap hidup orang lain, saling ketergantungan, dan cara menangani masalah interpersonal, serta membangun hubungan cinta yang mantap. Menurut Sullivan, hubungan cinta bukan tujuan utama hidup, tetapi sumber kepuasan. Masalah dapat timbul jika seseorang memasuki tahap ini dengan sistem-diri yang terlalu tinggi, seperti personifikasi tidak tepat dan keterbatasan hidup, termasuk pandangan diri yang tidak realistis dan stereotip terhadap orang lain. Pencapaian akhir periode ini adalah self respect, yang memungkinkan seseorang menghargai orang lain.
* Kemasakan (Maturity)
Setiap prestasi penting tahap yang terdahulu akan menjadi bagian penting dari kepribadian masak. Jadi dewasa yang masak hendaknya sudah belajar memuaskan kebutuhan kebutuhan yang penting, bekerjasama dan berkompetisi dengan orang lain, mempertahankan hubungan dengan orang lain yang memberi kepuasan intimasi dan seksual, dan berfungsi secara efektif di masyarakat di mana dia berada.
MENURUT SUMBER :"PSIKOLOGI KEPRIBADIAN BY ALWISOL"
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan