Era disrupsi telah membawa perubahan besar dalam dunia kerja. Dengan kemajuan teknologi, perubahan model bisnis dan tren industri yang terus berkembang, perusahaan harus bergerak lebih cepat dan adaptif dari sebelumnya. Era disrupsi atau Disruption Era merupakan periode perubahan signifikan yang terjadi akibat inovasi teknologi yang mengganggu atau menggantikan model bisnis tradisional, seperti hadirnya kecerdasan buatan/ Artificial Inteligent (AI), Internet of Things (IoT), blockchain dan platform digital yang mengubah tatanan industri secara drastis. Contoh nyata disrupsi adalah platform ride-sharing seperti ojek online yang menggantikan model transportasi konvensional dan e-commerce/pasar digital yang mengubah industri ritel.
Di tengah perubahan ini, multitasking menjadi keterampilan yang sangat penting. Kemampuan untuk mengelola dan menyelesaikan beberapa tugas secara bersamaan membantu menjaga efisiensi dan produktivitas yang diperlukan untuk bersaing di lingkungan kerja yang dinamis. Dengan tuntutan yang semakin kompleks dan cepat berubah, multitasking dapat membantu pekerja dan perusahaan tetap relevan.
Kemampuan multitasking memungkinkan pekerja menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu singkat. Hal ini sangat penting, terutama ketika perusahaan harus merespons perubahan dengan cepat untuk tetap kompetitif. Dalam dunia kerja yang serba cepat, efisiensi menjadi kunci untuk mempertahankan keunggulan. Selain itu, multitasking memperkuat kemampuan beradaptasi. Perubahan di era disrupsi sering kali terjadi secara cepat dan tidak terduga, seperti perubahan mendadak dalam proyek atau tugas yang perlu diselesaikan sekaligus. Fleksibilitas ini menjadi salah satu kemampuan yang sangat dibutuhkan untuk menavigasi dinamika dunia kerja yang berubah dengan cepat.
Di era digital saat ini, kolaborasi di tempat kerja semakin sering dilakukan dengan tim yang tersebar di berbagai lokasi dan zona waktu. Multitasking mempermudah koordinasi dan komunikasi dengan berbagai tim atau departemen. Hal ini membantu memastikan proyek berjalan sesuai rencana meskipun melibatkan banyak pihak dengan tugas yang berbeda. Kolaborasi yang lebih baik dapat meningkatkan produktivitas tim secara keseluruhan dan memastikan bahwa semua orang berada di jalur yang benar.
Kemampuan multitasking dapat membantu pekerja dalam menentukan prioritas dan mengelola tugas mereka dengan lebih baik, yang pada gilirannya dapat mengurangi risiko burnout. Meskipun terkadang multitasking dianggap bisa meningkatkan tingkat stres, manajemen waktu yang baik dapat membantu meminimalkan risiko tersebut. Menurut survei dari Gallup (perusahaan riset dan konsultasi global), pekerja yang memiliki kontrol lebih atas tugas mereka, termasuk kemampuan untuk multitasking, memiliki tingkat stres yang lebih rendah.
Selain keterampilan teknis, era disrupsi menuntut pengembangan keterampilan soft skills seperti komunikasi, manajemen waktu, dan pemecahan masalah. Multitasking memungkinkan pekerja untuk terus mengembangkan keterampilan tersebut karena mengharuskan mereka berinteraksi dengan banyak orang, mengatur waktu secara efisien, dan menemukan solusi cepat untuk berbagai masalah yang muncul secara simultan.
Pekerja menghabiskan sebagian waktu mereka untuk mengelola pekerjaan seperti email, pertemuan, dan koordinasi proyek daripada melakukan pekerjaan utama. Multitasking dapat membantu mengurangi waktu yang dihabiskan untuk kegiatan tersebut dan memungkinkan pekerja untuk fokus pada tugas yang memiliki dampak lebih besar.
Meskipun multitasking menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah risiko penurunan kualitas pekerjaan jika multitasking tidak dikelola dengan baik. Ketika fokus terpecah di antara banyak tugas, ada kemungkinan hasil kerja menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, penting bagi pekerja untuk mengetahui kapan multitasking dapat meningkatkan efisiensi dan kapan lebih baik untuk fokus sepenuhnya pada satu tugas.
Di era disrupsi, di mana gangguan dan perubahan adalah hal biasa, keterampilan manajemen diri dan penetapan prioritas menjadi penting untuk mendukung multitasking yang efektif. Pekerja perlu mengembangkan kemampuan untuk mengevaluasi urgensi dan kepentingan setiap tugas, serta beradaptasi dengan perubahan dengan cepat.
Secara keseluruhan, multitasking adalah keterampilan yang sangat berharga di era disrupsi. Meningkatnya kecepatan perubahan dan kompleksitas pekerjaan menuntut pekerja untuk lebih adaptif, efisien, dan produktif. Multitasking membantu pekerja mengelola berbagai tugas sekaligus, meningkatkan keterampilan soft skills, dan memperkuat kolaborasi tim. Namun, manajemen multitasking yang bijak tetap diperlukan agar kualitas pekerjaan tetap terjaga dan risiko burnout dapat dihindari.
Keterampilan multitasking bukan hanya menjadi kebutuhan, tetapi juga keunggulan kompetitif yang signifikan bagi pekerja dan perusahaan yang ingin tetap maju di tengah berbagai tantangan era disrupsi. Dengan kemampuan multitasking yang efektif, pekerja dapat berkontribusi lebih besar dalam mencapai tujuan perusahaan serta memastikan keberlangsungan bisnis di tengah perubahan yang terus terjadi.
previous post
Peran Gen Z Dalam Menyuarakan Keadilan Iklim