Perkembangan teknologi di dunia bukanlah suatu hal yang baru lagi untuk saat ini dikarenakan pada tahun 1990 hingga 2000 masyarakat sudah mengenal adanya internet sehingga membuat banyak sekali tayangan melalui tv, radio ataupun media cetak (seperti koran misalnya) sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Dengan adanya internet dapat memudahkan masyarakat untuk mencari informasi ataupun menjalankan tali silaturahmi tanpa memerlukan waktu yang lama. Tak hanya itu internet menjadi alasan munculnya berbagai jenis teknologi baru sebagai contoh, dulu ponsel biasanya digunakan untuk mengirimkan pesan melalui SMS dan membutuhkan pulsa, akan tetapi saat ini karena kemajuan teknologi dengan hanya membeli kuota internet kita dapat mengakses Google, Whatsapp, Youtube, Instagram ataupun media sosial lainnya. Maka tak jarang akhir-akhir ini daya beli masyarakat terhadap kuota internet lebih tinggi dibandingkan dengan daya beli terhadap pulsa.
Pengaruh adanya teknologi semakin hari semakin berkembang, hingga penerapannya menjadi wajib atau tak terpisahkan dari kehidupan kita. Contoh tahun lalu di 2019, seluruh dunia sedang dalam menghadapi virus covid-19. Dimana saat itu setiap negara mencoba melakukan berbagai upaya untuk bertahan hidup, bekerja, hingga menjalani pendidikan dengan memanfaatkan teknologi digital. Upaya yang dilakukan antara lain, penggunaan aplikasi belanja online, aplikasi meeting online hingga mulai diterapkannya sistem pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan e-learning atau google classroom. Sampai saat ini ketika era covid-19 mulai membaik, tetapi penggunaan teknologi digital pada masyarakat masih cukup tinggi dan sepertinya akan terus naik persentase penggunaannya di masa yang akan mendatang, mengingat industri sekarang sedang berevolusi hingga dikenal lah era industri 4.0. Era ini muncul ditandai dengan adanya perkembangan yang cukup pesat di dunia IT, seperti misalnya mulai banyak yang memanfaatkan teknologi robot atau AI dan teknologi lainnya dalam membantu proses pekerjaan secara otomatisasi.
Akan tetapi perlu diingat bahwa sesuatu hal yang muncul pasti bisa menciptakan dampak positif maupun negatif. Misalnya perkembangan teknologi dibidang pendidikan bisa menghasilkan dampak positif antara lain, (1) memudahkan dalam mencari informasi yang sedang dibutuhkan terkait mata pelajaran yang diajarkan, (2) inovasi dalam pembelajaran, karena dengan adanya aplikasi seperti google meet, zoom meeting serta google classroom atau e-learning membuat siswa/i dapat mengikuti pembelajaran tanpa harus berada di satu ruangan lalu memudahkan para siswa/i dalam pengumpulan tugas yang dimana mereka tidak perlu mengumpulkan nya secara langsung ke sekolah, serta (3) dapat memudahkan baik siswa maupun mahasiswa mengakses perpustakaan secara online sehingga bisa mendapatkan buku bacaan berbentuk soft file (e-book atau format pdf) dengan mudah.
Namun di sisi yang lain ada beberapa dampak negatif dari munculnya teknologi ini terutama bagi anak-anak yang masih bersekolah. Dampak negatif nya yaitu, (1) dengan adanya penggunaan teknologi di sekolah membuat anak-anak menjadi kurang fokus, (2) teknologi semakin canggih dan internet memadai, maka banyak game online yang dapat di download dengan mudah oleh anak-anak sehingga membuat mereka menjadi malas belajar, (3) Sering terjadi cyber bullying, penyebaran pornografi dan hal lainnya. Dikarenakan mereka memperoleh informasi yang mudah dan cepat sehingga terkadang anak-anak tersebut belum mampu menyaring informasi dengan baik. Sekarang pertanyaannya apakah transformasi pendidikan di era digital akan mampu membangun dan terus menjaga karakter, moral serta kesehatan mental di generasi saat ini? Melihat bahwa anak-anak generasi sekarang mayoritas memiliki karakter dan moral yang kurang baik dan rentan terkena beberapa penyakit mental. Hal ini sebetulnya bisa dipengaruhi oleh banyak faktor tetapi perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor penyebab terkuat diantaranya.
Mengapa demikian? karena teknologi membuat penggunanya dapat mengakses dan terhubung dengan jaringan sosial di luaran sana. Dengan kata lain bahwa siapapun dapat melihat aktivitas seseorang baik yang ada di dalam negeri maupun diluar negeri. Misalkan kita mengagumi salah satu artis idol k-pop karena amat mengagumi nya maka kita mengikuti Instagram official boy group nya, lalu mengikuti berbagai sosial media yang mereka pakai sehingga jika idol k-pop tersebut mengunggah foto kegiatan mereka maka kita menjadi tahu apa yang mereka lakukan dan mereka sedang berada dimana. Nah terkadang dengan adanya kemudahan dalam berinternet tersebut membuat kita tanpa sadar dapat melakukan tindakan yang kurang baik.
Sebagai contoh, Shella anak berusia 14 tahun dia memiliki kulit hitam manis. Ia mengunggah foto nya di salah satu sosial media yang dia miliki, anggaplah dia memiliki Instagram. Lalu tidak sengaja Shella melihat di kolom komentar postingan nya, salah satu temannya di sekolah itu mengirimkan sebuah kalimat komentar yang memuat bahwa Shella memiliki kulit yang terlalu hitam, dan tidak cantik. Mungkin secara fisik komentar tersebut tidak akan menyakiti Shella namun secara verbal atau perkataan hal itu bisa saja melukai hati nya dan membuat ia merasa tidak tampil percaya diri hingga bisa membuatnya menjadi anti sosial dan tidak ingin bertemu dengan banyak orang. Kemudian, sekarang banyak game online yang diminati oleh anak-anak usia 5 sampai 12 tahun seperti mobile legends. Sebetulnya setiap permainan memang diciptakan untuk bersenang-senang atau menghibur diri di kala terdapat kesenggangan waktu, tetapi untuk anak seusia itu biasanya mereka belum mampu mengendalikan emosi yang ada di dalam dirinya makanya banyak anak-anak di usia tersebut jika sedang memainkan game dan mereka kalah, tak jarang beberapa dari mereka melontarkan kata atau kalimat-kalimat kasar dan tidak enak untuk didengar.
Hal tersebut menunjukan bahwa pengaruh dari digitalisasi teknologi sungguh besar, sehingga untuk membangun dan terus menjaga karakter serta moral sang anak perlu adanya dukungan peran yang baik dari orang tua atau pun pendidik (guru) di sekolah. Peran orang tua dan pendidik disini menjadi salah satu langkah upaya untuk membentuk karakter dan moral sang anak, sebab anak cenderung meniru orang dewasa sehingga tindakan yang mereka lakukan bisa saja merupakan cerminan dari apa yang mereka tiru tersebut. Di Jepang terkenal dengan istilah “Doutoku-kyouiku”, dimana doutoku berarti moral sedangkan kyouiku artinya pendidikan. Sehingga doutoku-kyouiku merupakan pembelajaran moral yang diberikan oleh sekolah dasar hingga sekolah menengah. Pembelajaran yang diberikan tersebut meliputi bagaimana seorang anak dilatih melakukan suatu pekerjaan dengan kerja keras, mandiri, sopan santun, empati, menghargai, menjalankan suatu kewajiban dengan jujur, adil serta tidak bertindak diskriminasi. Uniknya pembelajaran tersebut tidak ada proses menghafal ataupun ujian tertulis sehingga hanya terfokus bagaimana pemahaman siswa mengenai moral tersebut. Diharapkan di Indonesia pun dapat menerapkan nilai-nilai moral tidak hanya terfokus pada penghafalan namun pemahaman serta diharapkan juga adanya pengendalian oleh orang tua terkait penggunaan gadget pada anak berusia 5-12 tahun tersebut.
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan