Pendahuluan
Pada tahun 2045, Indonesia ditargetkan memasuki generasi emas dimana telah memasuki usia satu abad. Indonesia Generasi Emas 2045 merupakan wacana yang dibangun untuk mempersiapkan Indonesia yang berkualitas. Bonus demografi akan didapatkan Indonesia sekitar 70 persen penduduknya didominasi generasi muda atau penduduk usia produktif (Rajani, 2023). Generasi muda menjadi pondasi Indonesia menuju suatu kemajuan yang sejajar dengan negara-negara maju. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila generasi muda dibina dengan baik dan benar. Pembinaan dilakukan melalui pendidikan.
Dewasa ini, pendidikan telah terintegrasi dengan teknologi secara digital. Globalisasi dan modernisasi memungkinkan penyebaran perkembangan teknologi ke seluruh dunia secara pesat. Adaptasi dilakukan secara terus menerus mengikuti perkembangan yang ada agar tidak tertinggal dengan negara lain. Segala kemudahan diberikan oleh teknologi mulai dari akses hingga efisiensi. Di sisi lain, teknologi juga memiliki dampak negatif apabila tidak diimbangi dengan literasi digital yang memadai salah satunya kecanduan bermain game (Sudibyo, 2011). Pendidikan secara digital dapat dilakukan dalam upaya memaksimalkan efek positif yang diberikan dari adanya teknologi. Hal tersebut akan membantu dalam mewujudkan Indonesia Generasi Emas 2045.
Triumvirat pendidikan menjadi faktor penentu keberhasilan implementasi pendidikan secara digital. Triumvirat merupakan aktor yang terdiri dari pemerintah, guru, dan orang tua. Kata triumvirat merujuk pada era Romawi dimana terdapat tiga orang paling berkuasa, yakni Julius Caesar, Gnaeus Magnus Pompey, dan Marcus Licinius Crassus. Ketiga penguasa tersebut memiliki hubungan satu sama lain dalam upaya kontrol terhadap Senat Romawi (Burns & Boggs, 2023). Dalam konteks ini, triumvirat pendidikan memiliki hubungan satu sama lain dalam menyukseskan generasi muda yang berkualitas. Hal itu sekaligus menjadi permasalahan dalam artikel ini berupa, “Bagaimana triumvirat pendidikan membantu dalam mewujudkan Indonesia Generasi Emas 2045 pada era digital?”
Peran Triumvirat Pendidikan
Pemerintah menjadi aktor pertama dalam menyusun paradigma hingga prinsip pendidikan. Paradigma menjadi penting karena berkaitan dengan sesuatu hal mendasar yang berdasarkan nilai yang dianut bersama. Pancasila dapat dijadikan sebagai dasar melalui nilai-nilai pada setiap silanya untuk diimplementasikan. Misalnya, nilai ketuhanan pada sila pertama mengandung makna pembentukan karakter generasi muda sesuai dengan ajaran agama. Selanjutnya, konsep serta prinsip pendidikan dibentuk yang dapat dilihat contohnya Trilogi Pendidikan dari Ki Hajar Dewantara dan Program Kampus Merdeka dari Nadiem Makarim. Paradigma serta prinsip pelaksanaannya disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang saat ini adanya transformasi pendidikan digital.
Sesuatu yang bersifat mendasar tersebut dapat diimplementasikan melalui hal-hal yang bersifat teknis. Sektor pendidikan ditempatkan pada posisi dasar dalam pembangunan ekonomi melalui regulasi yang ditetapkan. Selain itu, kurikulum yang dijadikan acuan dapat mengakomodasi kepentingan generasi muda yang dapat diterapkan secara praktis. Pemerataan fasilitas dan pengelolaan anggaran menjadi penting agar pendidikan dapat inklusif. Pengadaan tenaga pendidik diperhitungkan secara terukur agar dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Kualitas tenaga pendidik, yakni guru difasilitasi secara komprehensif sehingga dapat menghasilkan generasi muda yang bermutu (Nurrijal, 2024).
Kedua, guru menjadi aktor pelaksana dalam memberikan ilmu pengetahuan dan membentuk karakter. Pemberian ilmu pengetahuan tidak dapat berpatokan pada sistem tradisional seperti menghafal. Guru dapat berinovasi agar generasi muda dapat tertarik menimba ilmu. Pengajaran yang diberikan dapat diawali dari berpikir secara logika menggunakan metode tertentu. Logika yang telah terbentuk dapat merangsang generasi muda untuk berpikir kreatif dan inovatif. Dasar logika yang terbentuk menjadi alat untuk menerima materi-materi ilmu pengetahuan umum. Materi yang wajib untuk diajarkan dewasa ini, yakni penggunaan teknologi atau berkaitan dengan literasi digital.
Transformasi pendidikan digital menuntut pengguna khususnya generasi muda untuk secara bijak menggunakannya. Guru berperan dalam memberikan literasi digital dan pendampingan dalam penggunaan teknologi. Pada era digital, generasi muda, yakni siswa diberikan kemudahan dalam mengakses segala informasi yang diinginkan melalui internet. Siswa dapat mengakses hal-hal negatif apabila tidak terdapat filter berupa ilmu pengetahuan dan karakter. Guru menjadi jawaban atas permasalahan tersebut dengan menjadi pendamping. Guru dapat menjelaskan bagaimana belajar secara independen melalui internet untuk mengembangkan kreativitasnya. Pemberian materi untuk mencari informasi yang benar dengan baik juga penting mengingat era digital banyak penyebaran berita bohong. Kemudahan teknologi membuat generasi muda mencari segala cara secara instan mendorong guru agar menekankan proses daripada hasil.
Terakhir, orang tua sebagai lembaga paling dasar dalam membentuk karakter generasi muda. Pembentukan karakter dipengaruhi oleh faktor agama, budaya, hingga sosial. Orang tua memberikan ajaran yang sesuai dengan agama seperti berbuat baik terhadap sesama. Faktor budaya yang merupakan hasil dari kearifan lokal berisi nilai tertentu secara alami diikuti oleh generasi muda. Faktor sosial berkaitan dengan cara berhubungan dengan masyarakat lain dengan baik. Partisipasi orang tua cenderung minim di Indonesia. Orang tua perlu memberikan perhatian lebih dalam membentuk sikap dan nilai positif di rumah (Nurrijal, 2024).
Orang tua perlu beradaptasi terhadap perkembangan teknologi yang ada dalam membimbing dan mendidik anak. Literasi digital harus dimiliki oleh orang tua untuk mengoperasikan dan menggunakan teknologi secara bijak. Literasi digital didapatkan melalui program berupa sosialisasi dan pelatihan yang diberikan pemerintah. Pembimbingan dan pengawasan orang tua dibutuhkan karena anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang tua. Pembimbingan dapat berupa aplikasi tertentu digunakan sesuai dengan kebutuhan anak terkait dengan pendidikan. Pengawasan berkaitan dengan sesuatu yang diakses hingga waktu penggunaan teknologi.
Ketiga elemen memiliki tugas, fungsi, dan hubungan yang saling berhubungan serta mempengaruhi. Upaya mencapai Indonesia Generasi Emas 2045 tidak akan terwujud apabila salah satu elemen tidak berjalan. Hal tersebut seperti yang terjadi pada triumvirat pertama yang gagal karena kematian Crassus, Pompey berpihak ke Senate sehingga terdapat ketidakseimbangan (Burns & Boggs, 2023). Setiap elemen masih memiliki kekurangan untuk dievaluasi dalam rangka perbaikan. Selain itu, setiap elemen juga memiliki tantangannya tersendiri pada era transformasi pendidikan digital. Hal yang penting untuk digarisbawahi bahwa ketiga elemen bersinergi bukan berkompetisi melainkan saling mengawasi serta mengingatkan.
Kesimpulan
Triumvirat pendidikan menjadi faktor penentu dalam mewujudkan Indonesia Generasi Emas 2045 pada era Digital. Sektor pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi sektor lain. Sektor-sektor tersebut seperti ekonomi, politik, hingga keamanan. Sumber daya manusia yang berkualitas akan terbentuk apabila sektor pendidikan bermutu dan berjalan dengan baik. Triumvirat pendidikan yang terdiri dari pemerintah, guru, dan orang tua memiliki hubungan antara satu sama lain. Kekurangan hingga tantangan menjadi hal yang harus diatasi dalam mencapai tujuan Indonesia Generasi Emas 2045.
Referensi
Burns, R., & Boggs, C. (2023). First Triumvirate|Definition, History & Significance. Study.Com. https://study.com/learn/lesson/julius-caesar-the-first-triumvirate.html
Nurrijal. (2024). Analisis Perbandingan Sistem Pendidikan Negara-Negara Maju Sebagai Komparasi Kemajuan Pendidikan di Indonesia. JBB: Jurnal Biologi Babasal, 3(1).
Rajani, F. (2023). Mewujudkan Generasi Emas 2045 Melalui Bahasa dan Sastra. Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah Kemdikbudristek. https://balaibahasakalteng.kemdikbud.go.id/mewujudkan-generasi-emas-2045-melalui-bahasa-dan-sastra/#:~:text=Generasi Emas 2045 merupakan sebuah,dan berkarya di segala bidang.
Sudibyo, L. (2011). Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia. Jurnal Widyatama Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, 20(2).
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan