Ceritaku Bersama OSC 2018

Hallo sobat OSC...! Apa kabar? Tetap semangat dan jangan lupa bersyukur ya :) Jumpa lagi denganku, Dinda. Kali ini, aku ingin berbagi cerita pengalamanku berkenalan dengan OSC. Perkenalan diawal yang cukup singkat tapi akan selalu melekat dalam cerita hidupku. Langsung saja ya :) Dari awal masuk ke bangku putih abu-abu, aku sudah berniat untuk meneruskan pendidikanku dengan jalur beasiswa. Sejujurnya, aku ingin sekali menerobos batas negeri untuk meraih gelar sarjanaku. Dari kelas 10, aku sudah mulai mencari informasi tentang beasiswa yang ada untuk pendidikan S1. Aku jatuh hati pada salah satu tawaran beasiswa full yang diberikan oleh salah satu negara di Eropa. Tentu saja aku mencobanya. Tapi, takdir belum mengizinkanku pergi meninggalkan negeri ini. Kecewa dan sedih pasti kurasakan. Meskipun begitu, optimisme untuk meneruskan pendidikan di luar negeri masih berada di titik puncak cita-cita besarku. Aku selalu percaya bahwa Tuhan tak akan memberikan hal buruk pada hambaNya. Walaupun mimpiku untuk mendapar gelar S1 luar negeri tidak bisa terwujud. Tuhan memberiku jalan lain yang lebih indah untukku. Online Scholarship Competition 2018. Ya, masih kuingat bagaimana aku berkenalan dengannya. Tanpa sengaja duduk di belakang rekan yang telah mendaftarkan diri di OSC, dengan baik hati dia berbagi info itu kepadaku. Dua hari sebelum penutupan pendaftaran, OSC masih menjadi kata yang sangat asing bagiku. Tak banyak pikir, kudaftarkan saja diriku terlebih dahulu. Kemudian, menggali informasi lebih detail tentang universitas dan program yang ditawarkan. Tahap pertama kulalui dengan cukup buruk. Terburu-buru dengan kegiatan yang harus kuselesaikan dahulu. Lalu membuka website dengan laptop yang ternyata tak bisa digunakan. Akhirnya, menggunakan hp yang gambar soalnya tidak mau muncul di layar. Kupasrahkan saja pada Tuhan. Pada hari jumat dengan hujan lebat dan masih berada di sekolah, dengan hati berdebar aku membuka penguman tahap 1. Aku lolos! Tapi sayangnya teman yang memberiku info tentang OSC justru tidak lolos. Tentu saja rasanya aneh. Senang di atas kekecewaan orang lain. Saat tiba di rumah, aku baru menceritakan apa itu OSC kepada orang tuaku. Mereka senang dengan kabar yang kubawa. Tentu saja mereka mendukung usahaku mendapatkan beasiawa itu. Mereka percaya bahwa aku bisa. Itulah yang membuatku percaya diri dan lebih semangat lagi. Seleksi berkas kulalui dengan lebih mudah daripada tahap pertama. Hingga aku berhak pergi ke Kota Jakarta. Seorang diri! Seleksi terakhir menjadi bagian yang cukup unik untukku. Tak ada satu orang pun yang kukenali. Memaksakan diri untuk selalu bertanya dan menyapa. Semua orang di sana hebat. Cerita yang mereka bawa juga luar biasa. Membuka mataku kembali akan luasnya dunia ini. Menunggu cukup lama sampai pada pengumuman akhir di Balai Kartini. Semua orang tentunya cemas dan lelah. Tapi semua itu terbayarkan saat satu per satu nama mereka dipanggil ke atas panggung. Dan ya, aku salah satunya. Kabar yang membuat lega keluargaku. Perjalanan jauh dari Magelang ke Jakarta seorang diri terbayarkan. Niat dan tekat yang bulat membuahkan hasil. Sekarang tinggal saatnya aku berjuang menyelesaikan tanggung jawab yang telah diberikan Tuhan kepadaku. Seorang gadis desa harus bertahan di kerasnya Kota Jakarta. Meniti pengalaman demi pengalaman untuk bekal selanjutnya. Bagiku, tak ada hal yang kebetulan. Semuanya telah terencana indah dalam KalamNya. Semua kesempatan ada di mana-mana, tinggal kita mau atau tidak untuk mendapatkannya. Meskipun kegagalan akan menyapa tapi jadikan itu sebagai cara kita menghabiskan stok kegagalan dalam hidup kita. Sehingga suatu saat nanti, keberhasilanlah yang akan kita dapatkan. Tunggu apa lagi? Kesempatan menjadi bagian dari OSC telah menanti. Lahap saja kesempatan apapun yang ada di depan mata. Entah berhasil atau tidak, pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa :)