Lebaran atau hari raya Idulfitri adalah momen yang paling dinanti oleh umat Muslim di seluruh dunia. Di Indonesia lebaran memiliki tradisi yang berbeda-beda pada setiap daerah. Salah satu tradisi yang masih lestari di Tegal adalah “Ater-ater Gula Teh”, yaitu kebiasaan berbagi gula pasir dan teh kepada keluarga, tetangga dan orang terdekat. Tradisi ini bukan sekedar memberikan gula pasir dan teh, tetapi memiliki makna yang mendalam dalam mempererat tali silaturahmi dan rasa syukur. Mau tahu lebih lanjut? Simak asal-usulnya dulu ya!
Asal-usul Tradisi Ater-ater Gula Teh
Tradisi ini sudah ada sejak dulu dan menjadi bagian budaya masyarakat. Kata “Ater-ater” berasal dari kata “Ater” yang berarti mengantar. Sedangkan kata “Gula teh” merujuk pada benda yaitu gula pasir dan teh. Sebelum itu yuk mengenal sejarah gula dan teh di Tegal!
Tegal memiliki pabrik gula tertua di Indonesia, pabrik ini didirikan pada zaman pemerintahan Belanda sekitar tahun 1832 silam. Kejayaan pabrik gula tertua di Indonesia memicu berdirinya pabrik gula lain di Tegal lho! Tidak hanya itu Tegal juga memiliki beberapa pabrik teh yang berdiri pada masa penjajahan, bahkan Tegal dikenal sebagai penghasil teh berkualitas. Maka dari itu masyarakat tegal memiliki tradisi atau budaya Moci.
Asal-usul tradisi ater-ater gula teh ini berasal dari keluarga yeng lebih mampu sering membagi bingkisan berisi gula dan teh kepada keluarga yang kurang beruntung. Seiring berkembangnya waktu tradisi ini berkembang menjadi kebiasaan semua orang untuk memberi bingkisan kepada keluarga, saudara dan tetangga pada hari raya Idulfitri. Sekarang sudah tahu bukan?
Makna dan Filosofi
Meskipun terlihat sederhana, pemberian gula teh memiliki filosofi yang mendalam lho!
1. Gula - melambangkan manisnya hubungan sosial, dengan harapan agar tali silaturahmi tetap terjaga dan semakin erat seperti gula yang lengket.
2. Teh – melambangkan kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga. Teh sering disajikan saat momen berkumpul sehingga teh berarti mengajak untuk terus menjaga hubungan baik.
3. Simbol tali silaturahmi – dengan memberikan gula dan teh harapannya hubungan sosial tetap manis dan hangat.
4. Bentuk sedekah dan kebersamaan – tradisi ini merupakan bentuk berbagi untuk mempererat kebersamaan.
5. Ungkapan rasa syukur – setelah menjalankan ibadah bulan Ramadan dengan berbagi merupakan bentuk rasa syukur.
6. Menghormati orang tua – biasanya jika bertamu ke keluarga atau saudara yang lebih tua pada hari raya Idulfitri diwajibkan untuk membawa bingkisan gula dan teh sebagai rasa hormat.
Proses Ater-ater Gula Teh Saat Lebaran
Biasanya bingkisan berisi gula dan teh dikemas dalam pastik atau wadah khusus agar terlihat bagus untuk diberikan. Pemberian ini biasanya dilakukan sebelum, bertepatan dengan hari raya Idulfitri atau sesudah hari raya Idulfitri bertepatan dengan acara halahbihalal atau kunjungan ke keluarga. Pemberian ini lebih baik dilakukan secara langsung.
Tradisi ini sudah turun-temurun dan masih dilakukan sampai sekarang. Seiring berkembangnya zaman ater-ater gula teh biasanya ditambah dengan makanan ringan, sirup, atau bahkan sembako.
Tradisi ater-ater gula teh merupakan bentuk kearifan lokal yang saat ini masih lestari. Dengan berbagi gula teh bisa mempererat tali silaturahmi, sebagai bentuk dari rasa syukur dan menebar kasih sayang.
Bagaimana dengan tradisi di daerahmu? Apakah ada tradisi serupa saat Lebaran?
Sumber:
Pengamatan terhadap kebiasaann ater-ater dalam perayaan Idulfitri di Tegal. Referensi budaya dan kebiasaan masyarakat pesisir Jawa Tengah, Khususnya di Tegal. Dikutip dari Espos.id dan Puskapik.com.