Sebagai negara yang menduduki posisi keempat dalam kategori jumlah penduduk terbanyak di dunia, rasanya memang warganet asal Indonesia dapat ditemukan di berbagai macam platform dan situs-situs internet. Terlebih lagi, memang dasarnya orang Indonesia hobi berselancar secara virtual dan banyak penduduk kita yang sudah melek teknologi. Bayangkan, dari balita sampai generasi bapak-ibu kita sudah jago buka Youtube dan main WhatsApp.
Ngomong-ngomong soal internet, semua orang pasti tahu Youtube. Situs penyedia layanan video ini sudah lama eksis di jagat virtual dan rasanya akan terus bertahan untuk satu dekade yang akan datang. Semua orang bebas membuat konten video, bebas membuat playlist, dan bebas berkomentar. Berbagai macam konten dari vlog, video tutorial, konten musik, konten politik, berita, bahkan video operasi sterilisasi anjing (yang saya jadikan referensi sebelum membawa anjing saya ke klinik minggu depan) pun ada. Dari konten normal sampai nyeleneh yang memiliki viewer restriction pun ada di Youtube.
Beberapa tahun belakangan ini, video dengan konten-konten yang membahas seputar Korea sangat populer di kalangan warganet Indonesia. Tentu, hal ini seiring dengan Kpop yang makin naik daun di kancah internasional. Jangankan konten Youtube, bahkan sudah banyak situs-situs marketplace di Indonesia yang gencar berkolaborasi dengan artis-artis Kpop untuk melakukan promosi seperti si ijo, si oren, dan si biru hehehe.
Baru saja ada gosip hangat mengenai salah satu Youtuber asal Korea Selatan yang namanya sempat trending di Twitter karena sebuah skandal. Kasus ini bermula dari mantan editor dan ilustrator yang bercerita bahwa hasil karyanya yang dipakai di kanal Youtube Youtuber tersebut ternyata tidak dibayar dengan harga yang semestinya dan sang ilustrator tersebut tidak diberikan tulisan credit seperti perjanjian awal kerja sama mereka. Selain itu, diceritakan juga bahwa sosok Youtuber ini sangat berbeda ketika off-camera dan ia hanya menganggap penonton dari Indonesia sebagai tempat mencari pundi-pundi uang karena warganet Indonesia mudah dimanipulasi untuk mendatangkan views ke videonya.
Hm, tidak heran bahwa kini banyak warganet yang berujung kecewa dan akhirnya memilih untuk unsubscribe kanal Youtube tersebut. Dari kasus ini, ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik sebagai warganet dan penonton Youtube berkewarganegaraan Indonesia:
1. Jangan memiliki obsesi berlebihan terhadap konten-konten yang seluruhnya berkaitan dengan Indonesia
Jujur, harus diakui bahwa kita ini adalah orang-orang yang memiliki kecintaan tinggi terhadap tanah air kita, Indonesia. Kita bangga bukan main ketika Greysia Polii dan Apriyani Rahayu memenangkan medali emas untuk cabor bulutangkis ganda putri. Bangga ini tidak hanya karena Indonesia meraih prestasi hebat, namun juga ada rasa bangga karena dengan hal ini nama Indonesia bisa lebih dikenal di kancah internasional. Iya, warga Indonesia paling girang kalau ada orang luar negeri yang tahu tentang negara kita. Soalnya kebanyakan orang asing cuma tahu Bali aja, hiks.
Kita senang melihat orang-orang luar negeri membuat konten tentang Indonesia. Entah itu konten tentang reaksi atau konten mencicipi makanan Indonesia, kita senang melihat orang luar menyampaikan pujian kepada segala sesuatu yang berhubungan dengan Indonesia. Dan jujur, banyak Youtuber Korea yang membuat konten-konten Indonesia karena tahu bahwa warganet di Indonesia memiliki ‘Korean Dream’ atau obsesi terhadap segala hal yang berbau Korea.
Nah, saran saya adalah janganlah kita terlalu percaya dan terobsesi dengan konten-konten seperti ini. Kenapa? Karena toh kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di balik layar. Bisa saja apa yang kita lihat sudah ter-script dan dimanipulasi, alias bukan reaksi jujur dari Youtuber tersebut. Seperti penjual, mereka harus mengikuti selera pasar untuk mendapatkan penghasilan.
2. Nggak perlu lah mengidolakan orang lain, manusia pasti punya sisi buruknya masing-masing.
Youtuber, Idol, Model, Pebisnis, dan segala jenis profesi hanyalah sebagian dari kehidupan masing-masing orang sebagai manusia. Terutama pekerjaan yang mengharuskan seseorang untuk tampil di hadapan publik; apa yang mereka tunjukkan kepada khalayak umum hanyalah sebuah ‘persona’ belaka. Citra diri di depan orang lain atau di depan kamera tentu bisa jadi sangat berbeda dengan apa yang ada di balik layar. Ini artinya, bahkan tokoh publik dengan image paling baik dan paling murni pun bisa membuat kesalahan dan bisa memiliki sifat-sifat kurang baik yang tidak kita suka! Lemesin aja shay, jangan pernah terlalu mengidolakan orang lain ya kalau nggak mau sakit hati dan merasa terkhianati ketika orang yang kalian suka melakukan suatu kesalahan.
3. Pahami model bisnis yang sedang kita jalani, pilah-pilah mana yang paling baik bagi diri sendiri
Judul video youtube yang sering kali clickbait dengan menggunakan kata kunci ‘reaksi’ dan ‘Indonesia’ ini memang dasarnya adalah strategi marketing untuk mendapatkan jumlah views dan subscriber dalam dunia Youtube. Kita harus sadar bahwa sejatinya apa yang kita tonton secara gratis (nggak gratis-gratis amat sih karena harus lihat dua iklan dulu sebelum lihat videonya hehehe) adalah pemasukan bagi sang pembuat video. Ya, kita hidup dalam kerangka ekonomi virtual yang sifatnya sederhana: konten kreator menjual konten/videonya, dan kita sebagai penonton ibarat pembelinya.
Kalau memang sadar bahwa ada beberapa konten yang kurang bermutu dan hanya memanfaatkan clickbait tanpa memberi dampak baik, kamu bebas untuk tidak menonton video tersebut lagi atau unsubscribe. Gampang toh? Ada kalanya kita harus memilah-milah juga konten mana yang bagus, bermutu, dan memang benar-benar layak untuk menerima upah dari adsense.
Gampang, kan? Sekarang, saatnya kembali rebahan dan buka Youtube lagi sampe subuh….