Tak terasa, sesaat lagi lulusan sekolah menengah dari SMA, SMK hingga MA mulai masuk ke perguruan tinggi. Euforia mengikuti masa orientasi mulai bermunculan di media sosial, mahasiswa baru merayakan hal tersebut dengan berbagai hal, dari jedag-jedug hingga twibbon mahasiswa baru mulai memeriahkan suasana. Tentu saja hal ini terjadi setap tahunnya, begitu pula dengan drama 'salah jurusan' yang melanda mahasiswa baru di berbagai universitas di Indonesia. Mengapa hal ini bisa terjadi? apa yang salah, dan bagaimana cara mengatasinya?
1. Asal Ikut-Ikutan
Tidak jarang, banyak ditemukan mahasiswa merasa salah jurusan karena ikut-ikutan. Dari FOMO masuk jurusan tertentu karena sedang hype sampai diiming-imingi kakak tingkat, membuat banyak mahasiswa merasa terjebak dan salah jurusan ketika jurusan yang dipilih tidak sesuai dengan ekspektasi. Asal ikut-ikutan ini memang jadi salah satu penyebab paling umum drama salah jurusan. Karena dari awal tidak memahami diri sendiri, tidak punya alasan kuat untuk pilih jurusan itu selain supaya “tidak tertinggal” dengan yang lain. Akhirnya menyerah dan merasa tidak nyaman dengan pilihan sendiri.
2. Kurang Mengenal Diri Sendiri
Alasan kedua yang umum ditemui adalah banyak mahasiswa yang belum memahami dan mengerti dengan kebutuhannya sendiri. Pilihan yang salah berasal dari kurangnya pemahaman tentang diri, dari kelemahan dan kelebihan diri, minat dan bakat, serta hal-hal yang menjadi pertimbangan. Kenal diri itu penting supaya bisa buat keputusan yang bener-bener sesuai diri sendiri.
3. Kurang Riset Jurusan yang Dipilih
Banyak mahasiswa baru yang saat memilih jurusan hanya berpegang pada opini orang lain. Hal ini sering jadi pertimbangan utama, tanpa ada usaha untuk benar-benar mencari tahu lebih dalam. Akibatnya, ketika sudah memasuki dunia perkuliahan, banyak yang kaget karena kenyataan ternyata tidak sesuai ekspektasi.
Sebagai contoh, banyak yang mengira jurusan Arsitektur hanya soal menggambar desain bangunan, padahal kenyataannya ada banyak hitungan detail, teori struktur, dan jam belajar yang padat hingga larut malam. Atau ada juga yang berpikir Psikologi hanya tentang sesi curhat dan mendengarkan orang lain, padahal di awal perkuliahan justru lebih banyak belajar teori, statistik, dan eksperimen.
Minimnya riset sebelum memilih jurusan justru membuat mahasiswa tidak siap secara mental dengan beban dan karakteristik studinya. Karena itu, penting bagi calon mahasiswa untuk meluangkan waktu membaca kurikulum jurusan yang diinginkan, bertanya pada kakak tingkat atau alumni, dan memahami tantangan yang mungkin dihadapi.
Lalu bagaimana langkah yang tepat ketika merasa salah jurusan?
1. Ingat Kembali Mengapa Memilih Jurusan Tersebut
Sebelum buru-buru memutuskan untuk pindah atau berhenti, coba luangkan waktu untuk berifkir ulang. Ingat lagi alasan awal kamu memilih jurusan ini. Apakah karena memang tertarik? Karena prospek kerja? Atau hanya ikut-ikutan? Kadang kita merasa salah jurusan bukan karena jurusannya yang salah, tapi karena belum benar-benar mencoba mengenali cara menikmatinya. Bisa jadi kamu hanya butuh adaptasi sebentar, atau belajar cara baru untuk menghadapi tantangan di perkuliahan.
2. Pertimbangkan Dengan Matang dan Riset Mendalam Jurusan Lain
Kalau setelah refleksi kamu yakin jurusan ini memang bukan untukmu, jangan langsung ambil keputusan terburu-buru. Cobalah riset lagi jurusan-jurusan lain yang lebih sesuai dengan minat dan kemampuanmu. Pelajari kurikulumnya, cari tahu peluang karirnya, dan pastikan kamu memang siap dengan tantangan barunya. Banyak kasus salah jurusan justru terjadi lagi karena pindah tanpa pertimbangan matang.
Coba refleksikan pertanyaan ini: Pelajaran apa yang paling buat kamu penasaran? Pekerjaan apa yang buat kamu betah? Hal apa yang buat kamu semangat buat belajar? dari jawaban-jawaban ini mahasiswa bisa mulai menemukan petunjuk jalan yang lebih cocok.
3. Minta Saran
Kalau masih ragu dan bingung menentukan arah, nggak ada salahnya ngobrol dengan orang yang lebih berpengalaman. Bisa dengan dosen pembimbing akademik, kakak tingkat, atau bahkan konselor kampus. Mereka biasanya punya perspektif lebih luas dan bisa bantu kamu melihat situasi dengan cara yang lebih jernih. Kadang kita butuh orang lain untuk mengingatkan bahwa sebenarnya kita masih punya potensi besar di jurusan ini, atau justru memang waktunya pindah ke jalan yang lebih tepat.
(Foto : Pixabay/Pexels)