betapa pentingnya keterpedulian sesama manusia.

Pada suatu saat ketika sya masih berumur belasan tahun, ayah saya dan saya berdiri di antrean untuk membeli tiket pertunjukan sirkus. Akhirnya, hanya tinggal satu keluarga diantara kami dan loket tiket. Keluarga tersebut memberikan kesan yang sangat mendalam pada diri saya.

Keluarga itu tamoak sangat sederhana. Mereka mempunyai delapan anak, dan boleh jadi semuanya masih berumur di bawah 15 tahun. Mereka mempunyai sikap yang sangat baik. Semuanya berdiri antre dengan tertin, berjajar dua-dua dibeakang orang tua merka sambil bergandengan tangan.

Mereka semua sangat antusias berbicara tentang badut-badut sirkus, gajah, dan hal-hal lain yang akan mereka lihat malam itu. Orang pasti paham kalau mereka semua tidak pernah melihat sirkus sebelumnya. Tampaknya malam itu akan menjad momen yang sangat penting dalam kehidupan masa remaja mereka.

Si ayah dan ibu berada di depan, berdiri dengan bangganya. Si ibu memegang tangan suaminya, menatapnya seolah-olah mengatakan, "Kau adalah kesatriaku dalam pakaian baja yang bersinar." Si suami tersenyum dengan penuh kebanggaan, menatap seolah-olah menjawab, "memang benar."

Penjual tiket menanyakan kepada si ayah berapa tiket yang ia inginkan. Dengan bangga ia menjawab, "Saya membeli delapan tiket anak-anak dan dua tiket dewasa agar bisa membawa seluruh keluarga saya menonton sirkus."

Penjual tiket lalu mengatakan harga tiket yang harus dibayar. Istri lelaki tersebut melepaskan tangan suaminya, kepalanya terkulai, dan bibir lelaki itu tamoak mulai gemetar. ia lalu mendekat sambil memiringkan tubuhnya ke penjual tiket seraya mengulang pertanyaanya, "berapa?" Kembali penjual tiket mengatak harganya.

Rupanya uang lelaki itu tidak cukup untuk membayarnya. Apa yang akan terjadi jika seandainya ia berbalik dan mengatakan kepada kedelapan anaknya bahwa ia tidak mempunyai cukup uang untuk membawa mereka melihat sirkus?

Mengetahui apa yang terjadi, ayah saya memasukan tangan ke saku celananya, mengambiluang 20 dolar, dan menjatuhkannya ke lantai (Sekedar informasi,  kami sama sekali bukan orang kaya!). Ayah saya lalu membungkuk, mengambil uang tersebut, dan menepuk bahu lelaki itu sambil mengatakan, "Maaf, Pak, uang ini jatuh dari saku Anda."

Lelaki itu tanggap terhadap maksud ayah saya. Jelas ia tidak ingin minta bantuan, tetaoi yang pasti ia menghargai bantuan tersebut dalam situasi putus asa, menyedihkan danjuga memalukan. Ia tetap menatap mata ayah saya secara langsung, menyambut tangan ayah ke dalam kedua tangannya, sambil menggenggam erat uang 20 dolar tersebut. Dengan bibir gemetar dan air mata membasahi pipinya, ia menjawab, "terima kasih, terima kasih, Pak. Uang ini sangat berarti bagi saya dan keluarga saya."

Akhirnya kami kembali masuk ke dalam mobil dan langsung pulang. Kami tidak jadi nonton sirkus malam itu, tetapi kami mersa senang.

Setelah kita membaca cerpen diatas apa yang anda rasakan? bagaimana jika hal itu terjadi padamu?.

Maka mulailah kita melatih keterpedulian kita dari sedini mungkin.

  563 Views    Likes  

Cetak Prestasi dengan Strategi Persiapan Ujian Terbaik

previous post

MASIH SEPI PEMINAT? INI DIA KEUNTUNGAN DARI MASUK JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN!
Cetak Prestasi dengan Strategi Persiapan Ujian Terbaik

next post

Cetak Prestasi dengan Strategi Persiapan Ujian Terbaik

related posts