Kenalan dengan Green Digital Skills sebagai Investasi Masa Depan!

Dunia kerja zaman sekarang semakin terdigitalisasi karena perkembangan teknologi. Artinya, setiap bidang lambat laun akan terintegrasi dengan teknologi, termasuk dunia lingkungan. Mungkin yang kita tahu sebelumnya, lingkungan hanyalah tentang tanah, air, udara, dan setiap hal yang kita lihat di alam. Namun, seiring teknologi menguasai dunia, lahirlah green digital.

Green digital merupakan konsep yang menggabungkan pemanfaatan teknologi digital dengan prinsip keberlanjutan/sustainability untuk mendukung lingkungan yang lebih sehat. Intinya, green digital mendorong penggunaan teknologi secara efisien, ramah lingkungan, dan berorientasi pada masa depan. Salah satu contohnya berupa pemanfaatan Internet of Things (IoT) untuk smart city yang hemat sumber daya. Jadi, green digital bukan hanya soal teknologi, tetapi juga bagaimana teknologi tersebut digunakan untuk menjaga bumi tetap lestari.

Dalam artikel ini, kita akan membahas skill-skill yang dapat kamu kembangkan selama belajar tentang green digital. Mengapa green digital skills penting? Karena mengajarkan cara memanfaatkan teknologi digital secara ramah lingkungan, sekaligus meningkatkan daya saing di dunia kerja masa depan yang berfokus pada keberlanjutan! Pada akhirnya, kita sebagai manusia harus beradaptasi dengan perubahan yang ada agar selalu up-to-date!

 

  APA ITU GREEN DIGITAL SKILLS?

Green digital skills adalah keterampilan menggunakan teknologi digital secara cerdas dan berkelanjutan untuk mendukung solusi ramah lingkungan. Skill ini mencakup kemampuan mengintegrasikan inovasi digital dengan praktik hijau, seperti efisiensi energi, pengelolaan data berkelanjutan, hingga pemanfaatan teknologi untuk menjaga kelestarian bumi.

Mari kita gali mengenai smartphone. Proses pembuatan smartphone dan alat teknologi lainnya dari end-to-end berkontribusi besar pada polusi lingkungan. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

Jika perusahaan tidak mengutamakan sumber daya lokal, maka jejak karbon dari transportasi bahan dan komponen akan semakin besar;

Tidak mengurangi penggunaan bahan mentah sehingga eksploitasi alam terus meningkat dan cadangan sumber daya alam cepat menipis;

Mengabaikan penggunaan material daur ulang, khususnya plastik dan logam langka, akan memperparah pencemaran serta menambah volume limbah;

Desain produk yang boros material akan membuat kebutuhan produksi meningkat dan memperbesar sisa limbah;

Kemasan berlebihan justru memperbanyak sampah sekali pakai yang sulit terurai;

Jika material yang sulit didaur ulang dicampur, maka peluang daur ulang menurun drastis dan sampah menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA);

Konsumsi air berlebihan pada proses produksi akan mengurangi ketersediaan air bersih bagi masyarakat dan lingkungan;

Rantai distribusi yang panjang meningkatkan emisi karbon akibat transportasi;

Mengabaikan energi terbarukan berarti industri tetap bergantung pada bahan bakar fosil yang mencemari udara;

Energi yang tidak dioptimalkan dalam produksi hingga pembuangan perangkat akan memperbesar jejak karbon; serta

Produk yang tidak mendukung perbaikan atau penggantian komponen kecil akan mempercepat siklus limbah elektronik (e-waste).

Dengan mengetahui hal ini, kita pun jadi lebih aware tentang bagaimana produk elektronik dapat menyumbang emisi karbon, serta memberikan gambaran cara-cara mengelolanya dengan lebih baik. Inilah yang dimaksud green digital skills!

 

MENGAPA GREEN DIGITAL SKILLS ADALAH INVESTASI MASA DEPAN?

Permintaan terhadap green skills terus meningkat seiring banyaknya industri yang bertransformasi menuju keberlanjutan. Tidak hanya sektor teknik atau rekayasa, kebutuhan tenaga profesional yang mampu mengelola transisi berkelanjutan juga semakin tinggi. Menurut LinkedIn Global Green Skills 2023, meskipun perekrutan global melambat antara Februari 2022 hingga Februari 2023, lowongan kerja yang mensyaratkan minimal satu green skill justru tumbuh hingga 15,2%. Artinya, memiliki green digital skills bukan sekadar nilai tambah, tetapi sudah menjadi kebutuhan nyata di dunia kerja.

Kenaikan ini tidak hanya terjadi di sektor tradisional seperti energi atau manufaktur, melainkan juga di bidang yang mungkin tidak terduga, seperti fashion dan finance. Perusahaan-perusahaan di sektor tersebut mulai mencari cara untuk mengurangi jejak karbon, mendukung circular economy, dan menggunakan teknologi ramah lingkungan. Hal ini membuka peluang besar bagi individu dengan green digital skills untuk berkontribusi, baik melalui desain produk yang berkelanjutan, analisis data untuk efisiensi energi, maupun strategi komunikasi digital untuk meningkatkan kesadaran publik.

Selain itu, profesi yang berkaitan dengan ESG (Environmental, Social, and Governance) kini semakin banyak dibutuhkan. Perusahaan global maupun lokal semakin sadar bahwa keberlanjutan bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga terkait dengan tata kelola yang baik dan tanggung jawab sosial. Peran seperti Sustainability Manager, ESG Analyst, hingga Green Project Consultant diprediksi akan semakin berkembang. Mereka membutuhkan dukungan dari tenaga kerja yang mampu mengintegrasikan teknologi digital dengan solusi hijau, sehingga green digital skills menjadi kompetensi yang sangat relevan.

Kesadaran masyarakat dan dunia usaha terhadap SDGs (Sustainable Development Goals) juga ikut mendorong tren ini. Banyak organisasi dan institusi menargetkan pencapaian SDGs, misalnya pengurangan emisi karbon, efisiensi energi, hingga pendidikan berkelanjutan. Untuk mencapai itu semua, dibutuhkan SDM yang menguasai green digital skills agar solusi berkelanjutan bisa diwujudkan dengan dukungan teknologi. Dengan kata lain, green digital skills adalah investasi masa depan yang tidak hanya bermanfaat untuk karier individu, tetapi juga bagi keberlangsungan bumi.

 

CONTOH PENERAPAN GREEN DIGITAL SKILLS

Salah satu bentuk nyata penerapan green digital skills adalah melalui green digital design. Konsep ini mendorong kita untuk merancang produk dan layanan digital dengan cara yang lebih efisien, hemat energi, dan ramah lingkungan. Tidak hanya soal estetika atau fungsi, tetapi juga bagaimana setiap elemen digital memberikan dampak minimal terhadap lingkungan.

Misalnya, penggunaan green hosting yang mengandalkan energi terbarukan dalam mengoperasikan server. Dengan beralih ke penyedia hosting hijau, sebuah website tidak hanya hadir secara digital, tetapi juga ikut menekan emisi karbon dari aktivitas online. Lebih lanjut, desainer atau developer bisa melakukan perhitunggan jejak karbon website untuk mengetahui seberapa besar energi yang dihabiskan setiap kali halaman diakses. Data ini kemudian bisa menjadi dasar untuk membuat website lebih ringan, cepat, dan rendah emisi.

Prinsip green digital design juga bisa diterapkan dalam aktivitas sehari-hari. Contohnya, mengunduh video dibanding menonton secara streaming berulang kali dapat menghemat konsumsi data dan energi server dalam jumlah besar. Begitu pula dengan menghitung carbon footprint dari aktivitas digital pribadi, yang dapat membuka mata kita tentang besarnya dampak kecil dari kebiasaan online sehari-hari. Bahkan fitur sederhana seperti screen time limit bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan mental pengguna, tetapi juga mengurangi energi yang dikonsumsi perangkat.

Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini, kita membuktikan bahwa dunia digital tidak harus menjadi beban bagi bumi. Justru melalui desain yang cerdas dan berkesadaran, teknologi bisa menjadi bagian dari solusi keberlanjutan. Inilah esensi dari green digital design: menciptakan pengalaman digital yang bermanfaat, efisien, dan sekaligus peduli pada masa depan planet kita.

 

  BAGAIMANA CARA MULAI MENGASAH GREEN DIGITAL SKILLS? Mengasah green digital skills bisa dimulai dari langkah sederhana, misalnya dengan mengikuti kursus atau sertifikasi online yang membahas isu keberlanjutan dan teknologi digital. Materi ini akan membuka wawasan tentang bagaimana dunia digital berhubungan dengan lingkungan, serta memberikan panduan praktis untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia kerja.

Selain itu, bergabung dengan komunitas peduli lingkungan berbasis digital juga bisa menjadi cara efektif untuk belajar sekaligus berkolaborasi. Dari komunitas, kita bisa saling bertukar ide, berbagi pengalaman, dan menginspirasi satu sama lain dalam menciptakan solusi kreatif yang berdampak positif bagi bumi. Dukungan dari lingkungan yang memiliki visi serupa akan mempercepat proses belajar dan menumbuhkan semangat keberlanjutan.

Untuk melatih keterampilan secara langsung, mulailah dari proyek kecil. Misalnya, mencoba mendesain konten digital yang ramah energi, menggunakan tools untuk menghemat daya perangkat, atau membuat kampanye sederhana di media sosial tentang gaya hidup berkelanjutan. Langkah-langkah kecil ini akan membiasakan kita untuk berpikir kritis sekaligus berinovasi dalam konteks green digital.

Kabar baiknya, INCO Academy menyediakan program pelatihan sertifikasi Green Digital Skills secara gratis. Program ini dirancang agar peserta dapat memahami sekaligus menguasai keterampilan yang relevan dengan tren keberlanjutan di era digital. Menariknya, setelah menyelesaikan program, peserta juga akan mendapatkan akses LinkedIn Premium selama 1 tahun penuh—sebuah peluang besar untuk memperluas jaringan profesional dan meningkatkan karier. Kesempatan berharga ini tentu tidak boleh dilewatkan oleh siapa pun yang ingin menjadi bagian dari perubahan menuju masa depan digital yang lebih hijau.

  23 Views    Likes  

Tradisi Nyareng Pattuddu: Syukur, Silaturahmi, dan Identitas Mandar

previous post

Belajar atau Berselancar? Dilema Mahasiswa di Lautan Media Sosial
Tradisi Nyareng Pattuddu: Syukur, Silaturahmi, dan Identitas Mandar

next post

Tradisi Nyareng Pattuddu: Syukur, Silaturahmi, dan Identitas Mandar

related posts