kenapa Membaca Buku Harus Mulai Dijadikan Prioritas?

Halo, Sobat OSC! 

Gimana nih kabarnya? Well, saya harap kalian semua dalam keadaan yang baik ya!

Guys, adakah di antara kalian yang suka membaca buku? Buku jenis apa aja deh, mau buku novel, komik, bahkan buku pelajaran sekalipun. Ada nggak sih? Saya tebak mungkin ada, tetapi tidak terlalu banyak. Yah, memang begitulah tingkat literasi membaca di Indonesia.

Misalnya menurut hasil survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2019 lalu, tingkat literasi masyarakat Indonesia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan karena tergolong sangat rendah. Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara yang terlibat dalam survei ini. Itu artinya Indonesia masuk dalam kategori 10 negara terbawah dalam survei tingkat literasi dunia. 

Hampir sama dengan hasil sebelumnya, The United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) melakukan riset bertajuk World's Most Literate Nation Ranked bersama Central Connecticut State University dan hasil riset ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak bergeser dari posisi terbawah jika berbicara masalah literasi. Indonesia malah semakin terpuruk, menduduki posisi ke-60 dari 61 negara. Hanya berada setingkat diatas negara Bostwana di peringkat 61 dan tertinggal oleh negara tetangga yakni Thailand di posisi ke-59. Minat literasi masyarakat Indonesia hanya berkisar pada angka 0,001% yang berarti hanya ada 1 dari 1000 orang Indonesia yang memiliki ketertarikan terhadap dunia literasi. Miris bukan?

Padahal, kalau berkaca lebih jauh, seharusnya negara dengan populasi masyarakat terbesar ke-4 di dunia punya kekuatan lebih untuk mewujudkan tingkat literasi yang lebih baik. Namun nyatanya malah berbanding terbalik sekali dengan grafik penggunaan media sosial dan internet yang terus melonjak tajam dari waktu ke waktu di Indonesia. Kondisi yang sangat memprihatinkan ini perlu mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak di Indonesia.

Masalah membaca di Indonesia ini dinilai krusial sebab literasi termasuk didalamnya aspek membaca menjadi salah satu kunci vital dalam navigasi kehidupan sehari-hari misalnya untuk melakukan dan mengakses pekerjaan atau layanan, berpartisipasi dalam proses politik, memperoleh pengetahuan dan wawasan dalam jenjang pendidikan dan masih banyak lagi. Bahkan lewat kegiatan membaca, seseorang mampu memperoleh kesenangan/healing tersendiri dari hiruk pikuk dunia.

Membaca adalah salah satu alat pembelajaran paling unggul dan jitu yang terbukti efektif dari masa ke masa. Sebab lewat aktivitas ini, sebagian besar ilmu, pengetahuan, dan keterampilan dapat kita peroleh. Terlebih dalam dunia pendidikan, peranan membaca sangat terasa kental pengaruhnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan meningkatkan kualitas literasi membaca, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dan perkembangan peradaban bangsa di antara negara OECD lainnya.

Oleh karena itulah, mulai sekarang yuk jadikan membaca sebagai suatu prioritas. Tidak perlu waktu berjam-jam kok, kamu bisa menyisihkan waktu luang sekitar 15 sampai 30 menit dalam sehari untuk membaca. Medianya bisa lewat buku -apapun jenisnya, baik itu fiksi maupun non-fiksi, e-book, majalah, bahkan koran sekalipun. Ngga masalah. Yang terpenting adalah tidak ada hari tanpa membaca dalam kamus hidup kamu!

Kalau kamu masih ragu ini, kenapa sih membaca perlu dijadikan prioritas, nih ada beberapa alasan yang akan memperkuat tekad kamu untuk terus konsisten membaca setiap saat karena ternyata membaca memberikan dampak besar baik secara fisik maupun psikis bagi manusia lho dan benefit ini akan terus kamu dapatkan sepanjang hidup kamu as long as you keep reading. Penasaran apa saja? Nih, simak poin-poin berikut!

 

Memperkuat Daya Tahan dan Ingatan Otak

Saat ini, mulai banyak sekali penelitian yang membuktikan dan seketika mengubah pandangan kita yang menyepelekan kekuatan membaca bagi kesehatan manusia, terutama salah satu organ vital yang menjadi pusat kendali tubuh manusia yakni otak.

Bermula dari penelitian yang diadakan tahun 2013 lalu dengan menggunakan pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI), para peneliti mampu memvalidasi bahwasanya membaca melibatkan jaringan berupa sirkuit dan sinyal yang begitu kompleks dalam otak. Bagian yang menariknya adalah semakin matang kemampuan membaca, maka jaringan tersebut akan semakin kuat ketahanannya.

Para peneliti tersebut mengukur efek membaca buku novel terhadap kondisi otak. Para peserta penelitian diminta untuk membaca novel "Pompeli" dalam jangka waktu 9 hari kemudian kondisi otak mereka akan dibandingkan dengan sebelum aktivitas membaca tersebut. Ternyata semakin menuju ke arah klimaks cerita, ada bagian otak yang kian bekerja semakin baik daripada sebelumnya.

Lewat pemindaian juga, ditemukan bahwa lewat aktivitas membaca yang terbilang singkat dalam beberapa hari tersebut, konektivitas sel dan jaringan dalam otak meningkat secara signifikan, terutama pada bagian somatosensory cortex yakni bagian otak yang merespon sensasi fisik seperti pergerakan dan rasa sakit.

"I'm reading so much and exposing myself to so many new ideas. It almost feels like the chemistry and the structure of my brain is changing so rapidly sometimes." -Emma Watson

Mengasah Kepekaan Rasa dan Empati

Nah, sebelumnya tadi kita sudah menyinggung bahwasanya membaca mengaktifkan konektivitas yang lebih baik dari sel dan jaringan orak terutama pada bagian somatosensory cortex yang bekerja terhadap pergerakan dan rasa sakit. riset lain menunjukkan bahwa orang yang senantiasa membaca buku fiksi -yang mengeksplorasi kehidupan dari setiap karakternya- memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memahami perasaan, keyakinan, dan berempati terhadap orang lain.

Para peneliti ini sendiri menyebut riset ini sebagai "theory of mind", seperangkat skill penting untuk membangun, mengarahkan, dan memelihara hubungan sosial. Meskipun sesi singkat membaca fiksi belum dapat memicu perasaan ini, namun riset tersebut membuktikan bahwa para pembaca fiksi yang berkelanjutan dalam jangka panjang cenderung memiliki "theory of mind" yang lebih baik.

"One of the many gifts that books give readers is a connection to each other. When we share on affection for a writer, an author or a story, we also have better understanding of people unlike ourselves. Books cultivate empathy." -Sarah Jessica Parker

Membangun Penguasaan bahasa dan Memperkaya Kosa Kata

Bukan cuma berbicara masalah pengetahuan dan wawasan saja lho, ternyata ilmuwan telah menyimpulkan bahwa seorang siswa yang membaca buku secara teratur mulai dari usia dini akan memiliki perkembangan bahasa yang sangat baik secara bertahap, terutama dalam perihal memperkaya kosa kata yang dimiliki. Dan seperti yang kita tahu penguasaan bahasa dan kekayaan kosa kata ini sangat berpengaruh besar dalam berbagai bidang kehidupan misalnya ketika kamu mengikuti tes standarisasi bahasa dalam penerimaan perguruan tinggi atau dalam melamar pekerjaan sekalipun.

Poling yang diadakan pada tahun 2019 ini diprakarsai oleh Cengage menunjukkan bahwa 69 persen dari staf seleksi pegawai dalam suatu perusahaan atau institusi mencari orang-orang yang dibekali dengan soft-skill, salah satunya adalah kemampuan komunikasi efektif. Dan membaca menjadi salah satu jalan yang bisa kamu tempuh untuk memperkaya kosa kata baru dan mengasah penguasaan bahasa kamu.

Membantu Mencegah Penurunan Kognitif Seiring bertambahnya Usia

Tahu ngga sih kalau membaca itu bisa membuat kamu awet muda dan terhindar dari efek penuaan? Ih, masa? Pasti ada ya yang meragukan hal ini. Namun setelah ini kamu akan percaya setelah mendengar pemaparan dan rekomendasi dari the National Institute of Aging yang sangat merekomendasikan kegatan membaca buku dan majalah sebagai upaya untuk terus menjaga kemampuan kognitif otak seiring dengan bertambahnya usia.

Walaupun penelitian ini tidak mampu membuktikan secara gamblang dan ekslusif bahwasanya membaca mampu mencegah penyakit yang menyerang memori manusia misalnya Alzheimer, akan tetapi penelitian ini memberikan gambar bahwa orang dewasa yang membaca dan bergelut dengan pemecahan soal matematika setiap hari mampu memelihara dan memperbaiki fungsi kognitif otak. Sehingga memulai lebih awal artinya mempersiapkan masa tua yang lebih baik bukan?

Dalam penelitian lain di tahun 2013 oleh Rush University Medical Center menemukan bahwa orang yang terlibat dalam aktivitas yang merangsang mental sepanjang hidup mereka misalnya membaca buku cenderung terhindari dari perkembangan plak, lesi, dan jalinan tau-proteins yang ditemukan pada otak penderita demensia.

Mempersiapkan Tubuh untuk Istirahatdan Tidur Malam yang Nyenyak

Ada ngga nih Sobat OSC yang kesulitan tidur nyenyak di malam hari? Atau bahkan yang ngga bisa tidur sama sekali alias insomnia? Eh, tau ngga sih sebenarnya kamu bisa menanganinya dengan lewat hal sesederhana membaca buku lho!

For your information, dokter yang bekerja di Mayo Clinic menyarankan kita untuk menjadikan membaca sebagai runititas harian menjelang tidur lho. Untuk hasil yang lebih efektif, ada baiknya kamu membaca buku fisik ya dibandingkan e-book sebab kita tahu bahwa sinar biru dari perangkat elektronik misalnya ponsel dapat membuat kamu tetap terjaga dan mengarah kepada efek yang buruk bagi kesehatan.

Dokter juga merekomendasikan untuk membaca di tempat selain kamar tidur biar jaga-jaga agar kamu malah tidak tertidur selama membaca ya hehe.

 

Meringankan Gejala Depresi dan Stress

Dalam suatu kutipan oleh Sir Roger Scruton yang berbunyi "Consolation from imaginary things is not an imaginary consolation." Terkadang orang-orang dengan gejala depresi atau stress merasa tersingkirkan dan diasingkan dari kehidupan sekitar dan sebenarnya hal ini bisa dikurangi dengan membaca buku, Sobat OSC.

Membaca buku fiksi memungkinkan kamu akan suatu kesempatan untuk sementara melarikan diri dari dunia nyata beserta hiruk-pikuknya yang melelahkan dan terhanyut dalam pengalaman imajiner para karakternya. Di sisi lain, buku non-fiksi akan mengajarkan kamu strategi yang mungkin berguna untuk memanajemen gejala tersebut. 

Itulah sebabnya the United Kingdom's National Health Service telah memulai program Reading Well, a Book on Prescription Programme yakni sebuah program besutan dimana para tenaga media meresepkan beberapa jenis buku kategori self-help atau self-healing yang telah dikuratori untuk kondisi tertentu bagi orang yang mengalami depresi dan stress.

Bahkan Memungkinkan Kamu Hidup Lebih Lama alias Panjang Umur

Studi kesehatan dan pensiun jangka panjang yang diikuti oleh 3635 orang dewasa selama 12 tahun bermuara pada suatu titik temu bahwasanya mereka yang membaca buku akan bertahan hidup 2 tahun lebih lama dibandingkan mekrea yang tidak membaca sama sekali atau sekedar membaca majalah dan media lain. 

Studi ini juga menyimpulkan bahwa orang yang membawa lebih dari 3,5 jam per minggu cenderung akan hidup lebih lama alias panjang umur dengan persentase 23 persen daripada yang tidak melakukannya sama sekali.

Memperkuat Analytical Thinking Skills

Pernah ngga sih kamu membaca buku novel bergenre misteri yang bagus banget, yang sampai kamu terheran-heran kok bisa sih alur ceritanya penuh plot-twist begitu? Selama membaca itu juga, saya yakin kamu juga mencoba menerka-nerka dan menyelesaikan misteri yang ada sebelum menyelesaikan bacaan kamu tersebut, ya kan? Jika iya, sebenarnya kamu sudah mengasah critical and analytical thinking skills kamu lho dengan memperhatikan semua detail yang ada dan memilahnya untuk menentukan apa sih sebenarnya penyebab misteri cerita tersebut.

Kemampuan yang sama untuk menganalisis detail juga berguna saat kamu mengkritik plot cerita, menentukan apakah karya fiksi yang kamu baca bagus atau tidak dari kriteria tertentu, apakah karakter yang terlibat sudah dikembangkan dengan baik atau belum, apakah alur cerita dapat diterima akal atau tidak, dan masih banyak lagi. 

Jadi, jelas sekali bukan manfaat membaca dalam mengasah ketajaman critical and analytical thinking skills. Bahkan jika perlu, kamu bisa mendiskusikan buku tersebut dengan orang lain sekadar untuk bertukar pikiran, brainstorming. Disini kamu bisa menyampaikan pandangan kamu dengan jelas karena kamu sudah meluangkan waktu untuk mempertimbangkan semua aspek cerita yang ada.

  149 Views    Likes  

Inovasi kurikulum merdeka untuk membangun pendidikan berkualitas di era digital

previous post

Menjadi Raksasa di Udara, Yuk Ketahui Lebih Banyak Fakta Tentang Pesawat Terbang
Inovasi kurikulum merdeka untuk membangun pendidikan berkualitas di era digital

next post

Inovasi kurikulum merdeka untuk membangun pendidikan berkualitas di era digital

related posts