Pandemi Paling Mengerikan Sepanjang Masa, Flu Spanyol

I. AWAL MULA FLU SPANYOL

Gambaran Umum Pandemi flu Spanyol tahun 1918, adalah pandemi yang paling mematikan dalam sejarah, menginfeksi sekitar 500 juta orang di seluruh dunia — sekitar sepertiga dari populasi planet ini — dan menewaskan sekitar 20 juta hingga 50 juta korban, termasuk sekitar 675.000 orang Amerika. Flu 1918 pertama kali terjadi dan teridentifikasi di Eropa, Amerika Serikat dan sebagian Asia sebelum menyebar ke seluruh dunia. Pada saat itu, belum ada obat atau vaksin yang efektif untuk mengobati jenis flu yang mematikan ini. Masyarakat diperintahkan untuk memakai masker, sekolah, teater dan bisnis ditutup dan mayat ditumpuk di kamar mayat darurat sebelum virus mengakhiri pawai globalnya yang mematikan.

1. Apa itu Flu? Influenza bisa diartikan sebagai virus yang menyerang sistem pernafasan kita. Virus ini sebenarnya sangat berbahaya. Mengapa? Penyebab virus ini adalah air-bone, ketika seseorang batuk, bersin atau berbicara, tetesan pernafasan dihasilkan dan ditularkan ke udara, dan kemudian dapat dihirup oleh siapapun yang ada didekatnya. Selain itu, orang yang menyentuh sesuatu dengan virus di atasnya dan kemudian menyentuh mulut, mata, atau hidungnya dapat terinfeksi.

2. Musim Flu Amerika Serikat (U.S.A) merupakan negara yang memiliki musim flu, sudah menjadi rahasia umum bahwa di negara ini musim flu umumnya berlangsung dari akhir musim gugur hingga musim semi. Dalam satu tahun, lebih dari 200.000 orang Amerika dirawat di rumah sakit karena komplikasi terkait flu, dan selama tiga dekade terakhir, ada sekitar 3.000 hingga 49.000 kematian AS terkait flu setiap tahun, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Namun, Influenza akan lebih berbahaya bagi anak kecil, orang berusia di atas 65 tahun, wanita hamil, dan orang dengan kondisi medis tertentu, seperti asma, diabetes, atau penyakit jantung. Mereka akan menghadapi risiko komplikasi terkait flu yang lebih tinggi, termasuk pneumonia, infeksi telinga dan sinus, serta bronkitis. Pandemi flu seperti Pandemi Flu Spanyol 1918 terjadi ketika strain baru influenza yang ganas terbentuk dan menyebar dari orang ke orang, yang belum memiliki tingkat kekebalan yang cukup untuk menghadapi galur virus baru tersebut.

3. Gejala Flu Spanyol Gelombang flu Spanyol pertama terjadi pada musim semi dan memiliki gejala influenza yang normal. Para pasien biasanya mengalami gejala flu yang khas seperti menggigil, demam dan kelelahan, biasanya pulih setelah beberapa hari, dan jumlah kematian yang dilaporkan rendah. Sebaliknya, gelombang flu Spanyol yang kedua seperti mimpi buruk bagi orang-orang di tahun-tahun itu. Gelombang kedua terjadi pada musim gugur tahun yang sama (1918). Hanya dalam setahun, yaitu 1918, harapan hidup orang Amerika merosot menjadi belasan tahun.

4. Penyebab Flu Spanyol Virus H1N1 dari unggas yang berpindah ke manusia merupakan penyebab pandemi ini menurut para ahli. Salah satu aspek yang tidak biasa dari flu 1918 adalah menyerang banyak orang muda yang sebelumnya sehat — sekelompok orang yang biasanya kebal terhadap jenis penyakit menular ini — termasuk sejumlah veteran Perang Dunia I. Faktanya, lebih banyak tentara AS yang meninggal akibat flu 1918 daripada yang tewas dalam pertempuran selama PD I. Empat puluh persen Angkatan Laut A.S. terkena flu, sementara 36 persen Angkatan Darat A.S. jatuh sakit, dan pasukan yang bergerak di seluruh dunia dengan kapal dan kereta yang penuh sesak mempercepat penyebaran virus pembunuh ini. Meski korban tewas akibat flu Spanyol seringkali diperkirakan 20 juta hingga 50 juta korban di seluruh dunia, ada perkiraan lain yang menyatakan korbannya sekitar 100 juta orang, belum ada angka pasti dari korban pandemi flu ini karena kurangnya tenaga medis. dan buruknya sistem pencatatan di banyak tempat Kebenaran yang harus kita semua ketahui adalah hampir setiap lokasi di seluruh dunia memiliki kekebalan yang rendah terhadap flu 1918 ini. Di AS, korban berasal dari penduduk kota besar hingga masyarakat pedesaan Alaska. Bahkan Presiden Woodrow Wilson dikabarkan terjangkit flu ini pada awal 1919 saat merundingkan Perjanjian Versailles yang mengakhiri Perang Dunia I.

5. Mengapa Disebut Flu Spanyol? Oke guys, poin utama yang perlu kami garis bawahi adalah virus itu tidak berasal dari Spanyol. Lantas, mengapa disebut Flu Spanyol? Oke, saat itu banyak negara terutama negara-negara Sekutu dan negara-negara Poros yang menutup-nutupi berita flu untuk meredam kegelisahan publik. Di sisi lain, hanya Spanyol, yang memiliki pers bebas yang meliput wabah tersebut sejak awal, pertama kali melaporkannya di Madrid pada akhir Mei 1918. Oleh karena itu, banyak orang yang berasumsi dan percaya bahwa virus tersebut berasal dari Spanyol,  meskipun kenyataannya bukanlah demikian.

6. Teori Tentang Asal Mula Flu Spanyol Para ilmuwan masih belum bisa memastikan dari mana asal flu Spanyol tersebut, meski teori-teori menunjuk ke Prancis, China, Inggris, atau Amerika Serikat sebagai tempat asal virus tersebut. AS disebutkan karena kasus pertama yang diketahui dilaporkan di Camp Funston di Fort Riley, Kansas, pada 11 Maret 1918. Beberapa orang percaya bahwa tentara yang terinfeksi menyebarkan virus ke kamp militer lain di seluruh negeri, kemudian membawanya ke luar negeri. Pada bulan Maret 1918, 84.000 tentara Amerika menuju ke seberang Atlantik dan diikuti oleh 118.000 lebih pada bulan berikutnya.

II. BERAKHIRNYA FLU SPANYOL

1. Pemberantasan Flu Spanyol Cara memerangi flu spanyol yaitu dengan karantina, social distancing, dan menjaga kesehatan diri. Apa? Hanya itu!?. Ya, ketika flu 1918 terjadi, para dokter dan ilmuwan masih ragu tentang penyebab dan cara mengobatinya. Tidak seperti saat ini, tidak ada vaksin atau antivirus maupun terapi kesehatan yang efektif. (Vaksin flu berlisensi pertama kali muncul di Amerika pada 1940-an.) Masalah yang rumit adalah kenyataan bahwa Perang Dunia I telah membuat beberapa negara bagian Amerika kekurangan dokter dan petugas kesehatan lainnya. Dan dari tenaga medis yang tersedia di AS, banyak yang terserang Flu Spanyol juga. Selain itu, rumah sakit di beberapa daerah dipenuhi oleh pasien flu sehingga sekolah, rumah pribadi, dan bangunan lain harus diubah menjadi rumah sakit darurat, beberapa di antara rumah sakit tersebut dikelola oleh mahasiswa kedokteran. Pejabat di beberapa komunitas memerintahkan karantina, memerintahkan warga untuk memakai masker dan menutup tempat umum, termasuk sekolah, rumah ibadah, dan teater. Orang-orang disarankan untuk menghindari berjabat tangan dan tetap di dalam ruangan, perpustakaan menghentikan peminjaman buku dan diterbitkannya peraturan berupa larangan meludah adalah langkah-langkah yang diambil untuk memberantas penyebaran Flu Spanyol ini. Menurut The New York Times, selama pandemi, Pramuka di New York City mendekati orang-orang yang mereka lihat meludah di jalan dan memberi mereka kartu yang bertuliskan: "Anda melanggar Kode Sanitasi."

2. Pengobatan Untuk Flu Spanyol Dengan tidak adanya obat flu yang tepat, dokter biasanya meresepkan aspirin sebagai obat bagi pasiennya. Aspirin telah menjadi merek dagang oleh Bayer pada tahun 1899, namun patennya kadaluwarsa pada tahun 1917, yang berarti perusahaan baru dapat memproduksi obat tersebut selama pandemi Flu Spanyol. Sebelum kematian besar-besaran pada tahun 1918, Persatuan Ahli Bedah AS, Angkatan Laut dan Jurnal Asosiasi Medis Amerika semuanya merekomendasikan penggunaan Aspirin. Para ahli medis menyarankan pasien untuk mengonsumsi hingga 30 gram per hari, dosis yang sekarang diketahui beracun (yang sangat berbahaya, bahkan sekarang para dokter mengatakan bahwa 4 gram Aspirin sehari adalah jumlah maksimum Aspirin yang dapat dikonsumsi manusia. Konsumsi Aspirin lebih dari 4 gram akan berbahaya). Overdosis aspirin menyebabkan kematian masif pada Oktober 1918. Overdosis Aspirin dapat menyebabkan hiperventilasi dan edema paru, atau penumpukan cairan di paru-paru.

3. Dampak Flu Terhadap Masyarakat Virus ini membawa duka di mana-mana. Waktu itu, banyak rumah duka kewalahan dengan tingginya angka kematian dan mayat-mayatpun bertumpuk. Banyak orang harus menggali kuburan untuk anggota keluarganya sendiri. Virus ini juga berdampak pada perekonomian, banyak bisnis di Amerika Serikat yang tutup. Layanan dasar di Negeri Paman Sam seperti pengiriman surat dan layanan pengumpulan sampah terhalang karena banyaknya pekerja yang terserang flu bahkan di beberapa tempat kekurangan pekerja pertanian untuk memanen tanaman. Pandemi ini menyebabkan ekonomi hancur kala itu.

4. Bagaimana Amerika Serikat menghentikan pandemi Flu Spanyol Gelombang kedua Flu Spanyol menghantam kota-kota pesisir Amerika Serikat pada musim panas 1918, ketika itu para tentara yang  telah terinfeksi mudik (pulang kampung karena selesai melaksanakan penugasan) menyebarkan penyakit tersebut kepada penduduk terutama di kota-kota yang padat. Tanpa obat yang cukup dan juga pengobatan yang tepat, Walikota di kota-kota tersebut harus membuat keputusan untuk menghentikan pandemi. Sayangnya, banyak dari para walikota itu yang membuat keputusan buruk. Seperti Kota Philadelphia misalnya. Dr. Wilmer Krusen, Direktur Kesehatan Masyarakat dan Amal untuk kota tersebut, bersikeras bahwa kematian yang meningkat bukanlah diakibatkan oleh "flu Spanyol", melainkan hanya karena flu biasa. Jadi pada tanggal 28 September, kota itu melakukan parade  yang dihadiri oleh puluhan ribu orang Philadelphians (sebutan bagi warga Kota Philadelphia, AS), menyebabkan wabah penyakit menyebar luas. Hanya dalam 10 hari, lebih dari 1.000 orang warga Philadelfia tewas, dengan 200.000 lainnya sakit. Baru kemudian kota menutup salon dan teater. Pada Maret 1919, lebih dari 15.000 warga Philadelphia telah kehilangan nyawa. St. Louis, Missouri, berbeda: Sekolah dan bioskop ditutup dan pertemuan umum dilarang. Karena itu, angka kematian di St. Louis hanya satu per delapan dari angka kematian Philadelphia selama puncak pandemi. Sementara itu warga San Francisco akan didenda $ 5 jika mereka tertangkap basah (ketahuan) tidak memakai masker.

5.  Berakhirnya Pandemi Flu Spanyol Pada musim panas 1919, pandemi flu berakhir, beberapa orang terinfeksi, beberapa orang meninggal dan sisanya mengembangkan kekebalan. Hampir 90 tahun kemudian, pada tahun 2008, para ilmuwan mengumumkan bahwa mereka menemukan apa yang membuat flu 1918 begitu mematikan: Tiga gen dari virus H1N1 melemahkan saluran bronkial dan paru-paru pasien yang akhirnya membawa masuk bakteri pneumonia. Sejak 1918, telah terjadi beberapa pandemi influenza lain, meski tidak semematikan Pandemi Flu Spanyol tahun 1918. Pandemi flu dari tahun 1957 hingga 1958 menewaskan sekitar 2 juta orang di seluruh dunia, termasuk sekitar 70.000 orang Amerika, dan pandemi dari tahun 1968 hingga 1969 menewaskan sekitar 1 juta orang, termasuk sekitar 34.000 orang Amerika. Lebih dari 12.000 orang Amerika meninggal selama pandemi H1N1 (baru) yang terjadi dari 2009 hingga 2010. Pandemi virus korona baru tahun 2020 menyebar ke seluruh dunia membuat negara-negara di muka ini berlomba untuk menemukan obat untuk COVID-19 dan masyarakat terperangkap didalam rumah guna menghentikan penyebaran virus korona.

Sumber

Salicylates and Pandemic Influenza Mortality, 1918–1919 Pharmacology, Pathology, and Historic Evidence. Clinical Infectious Diseases.

In 1918 Pandemic, Another Possible Killer: Aspirin. The New York Times.

How the Horrific 1918 Flu Spread Across America. Smithsonian Magazine.

What the Spanish Flu Debacle Can Teach Us About Coronavirus. Politico.

  238 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts