Pasar Papringan merupakan salah satu destinasi wisata pasar tradisional unik yang berlokasi di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Di tengah modernisasi pasar dan gaya hidup masyarakat, pasar ini tetap eksis sebagai suatu ruang yang menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan lokal. Nama Papringan dalam bahasa Jawa dapat diartikan sebagai kebun bambu, sebuah penanda dan harapan bahwa pasar ini tumbuh dari dan untuk alam sekitar. Pasar Papringan bukan hanya sekedar tempat jual beli, melainkan juga bagian dari upaya revitalisasi desa yang berdampak positif dalam segi ekonomi, sosial, hingga budaya.
Sejak beroperasi pada tahun 2017, Pasar Papringan buka setiap hari Minggu Pon dan Minggu Wage dalam penanggalan Jawa, yaitu sekitar dua kali dalam selapan atau 35 hari. Kegiatan pasar berlangsung dari pukul 6 pagi hingga 12 siang. Sebagaimana namanya, pasar ini berada di atas lahan kebun bambu seluas sekitar 2.500 meter persegi. Kini, pasar ini kini menjadi salah satu destinasi wisata yang dituju oleh banyak pengunjung bahkan dari luar kota.
Salah satu daya tarik utama pasar ini adalah mekanisme transaksinya yang unik. Pengunjung tidak berbelanja dengan uang rupiah secara langsung, melainkan harus menukar uang mereka dengan uang pring, yang dalam bahasa Jawa berarti bambu. Adapun satu uang pring berupa potongan bambu kecil yang bernilai Rp2.000 per keping. Sistem transaksi ini tidak hanya memperkuat identitas pasar sebagai ruang budaya, tetapi juga menjadi sarana edukasi nilai-nilai tradisi kepada generasi muda.
Pasar Papringan juga menjunjung tinggi nilai keberlanjutan dan ramah lingkungan. Semua kemasan makanan dan produk yang dijual menggunakan bahan tradisional ramah lingkungan seperti batok kelapa, daun pisang, piring anyaman, dan kendi. Bahkan beberapa penjual juga menggunakan perapian dengan tungku dan kayu bakar. Dalam operasinya, bahan plastik tidak digunakan untuk penyajian makanan dan produk, dan sebagai gantinya, disediakan keranjang anyaman bambu atau besek. Praktik ini menunjukkan komitmen terhadap pelestarian lingkungan sekaligus mempertahankan cara hidup tradisional Jawa.
Nuansa tradisi Jawa terasa kental di pasar ini. Pengunjung pasar dapat menjumpai aneka makanan tradisional seperti wedang pring, dawet, entho, gethuk, klepon, tiwul, dan lainnya. Selain makanan, tersedia pula kerajinan berbahan tradisional seperti ethek-ethek, kitiran, mobil-mobilan bambu, dan gantungan. Beberapa penduduk sekitar juga didapati menjual sayuran hasil panen dan ternak. Anak-anak dapat bermain dengan mainan tradisional seperti egrang, ayunan, dan jungkat-jungkit yang juga terbuat dari bambu. Pertunjukan budaya seperti tari tradisional, karawitan, dan gamelan, yang juga sering kali digelar, menambah kekhasan pada pasar ini.
Pasar Papringan dikelola oleh komunitas lokal yakni Komunitas Mata Air, yang merupakan sekelompok anak muda Dusun Ngadiprono, dengan pendampingan oleh Komunitas Spedagi. Dengan pendekatan partisipatif dan gotong royong, pasar ini berhasil menjadi ruang interaksi sosial yang aktif dan produktif. Pasar ini dapat dikatakan sebagai simbol pelestarian tradisi sekaligus penguatan ekonomi berbasis komunitas.
Dampak dari Pasar Paringan terasa nyata. Sebelum pasar ini beroperasi, sebagian besar warga sekitar mengandalkan pertanian sebagai sumber utama penghasilan. Kini, mereka dapat menambah pemasukan dengan berdagang atau menyediakan layanan di pasar. Pasar ini turut melestarikan budaya dan menghidupkan kembali konsep pasar tradisional Jawa yang selaras dengan nilai-nilai ramah lingkungan. Di sisi lain, kehadirannya berdampak positif pada segi sosial dengan mempererat relasi antarwarga sekaligus menarik kunjungan dari masyarakat luar daerah, termasuk wisatawan yang tertarik pada budaya lokal.
Pasar Papringan adalah sebuah titik temu antara tradisi, lingkungan, ekonomi, dan solidaritas sosial. Di tengah arus zaman yang senantiasa berubah, pasar ini menjadi pengingat bahwa kemajuan tak selalu harus menghapus akar budaya. Sebaliknya, tradisi bisa menjadi fondasi yang kokoh untuk membangun masa depan yang lebih lestari dan berdaya.
previous post
Rahasia Penting dalam Pelatihan Kerja: Gen Z Harus Tau!