Segala Upaya Dilakukan, Indonesia Masih Belum Aman

Pendahuluan

Sudah setahun lebih pandemi Covid-19 melanda Indonesia jumlah angka positif di Indonesia pun terus meningkat. Segala upaya yang dilakukan seperti, dibentuknya satuan serta gugus tugas, penerapan protokol 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjauhi kerumunan), Pembatasan Berskala Besar serta Pembatasan Kegiatan Mikro, dan Vaksinasi Nasional Covid-19. Meskipun begitu, masih saja hal tersebut belum mampu menekan penyebaran Covid-19.

 

Argumen

Langkah Pemerintah Indonesia untuk menekan penyebaran Covid-19 perlu bantuan dari segala pihak dengan harapan bahwa pada tahun 2021 ini akan menjadi titik balik pemulihan bagi Indonesia, namun masih saja ada masyarakat yang abai bahkan melanggar protokol kesehatan. Menurut Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, ada beberapa faktor penyebabnya. Tito menilai penurunan disiplin protokol kesehatan bukan hanya karena penegakan sanksi di daerah yang berkurang. Dia melihat ada faktor kejenuhan masyarakat."Saya kira nggak (bukan cuma penegakan turun). Dua faktor, dua faktor. Faktor pertama masyarakat mungkin take it for granted, mungkin karena jenuh, berkepanjangan hal yang sama padahal seluruh dunia mengalami hal yang sama. Kedua melihat terjadi pelonggaran-pelonggaran akhirnya jadi ikut-ikutan longgar juga. Lalai," kata Tito di kantor Kemendagri, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (8/1/2021).Selain 2 faktor penyebab dari masyarakat itu, Tito juga menyoroti penegakan oleh petugas. Dia tak memungkiri bahwa petugas mungkin juga jenuh."Ketiga juga saya kira petugas juga mungkin ya ada titiknya juga dia jenuh," ujarnya. Hal tersebut juga membuat angka positif Covid-19 di Indonesia semakin meningkat.

PSBB dan PPKM yang dilakukan pemerintah pun masih banyak mendapat komentar hingga penolakan dari masyarakat, seperti yang mulai diberlakukan mulai 3 Juli hingga 20 Juli yaitu PPKM Darurat Jawa-Bali dengan berbagai kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat terutama pelaku UMKM dan pekerja non essential.  Adapun aturan resmi yang dikeluarkan, seperti pusat perbelanjaan/mall/pusat perdagangan ditutup,rumah makan yang hanya melayani pesan antar dan take away, rumah Ibadah yang ditutup, 100% Work from Home untuk sektor non essential, kegiatan sosial ditiadakan, tempat wisata ditutup, seluruh kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online/daring, serta supermarket dan pasar tradisional yang dibatasi jam operasionalnya.

Banyak komentar yang dilontarkan netizen dalam menyikapi aturan-aturan PPKM Darurat tersebut, mulai dari yang berharap masyrakat Indonesia terutama masyarakat Jawa-Bali lebih taat aturan, menyindir pemerintah Indonesia yang tidak menanggung kebutuhan masyarakatnya saat PPKM (lockdown) berbeda dengan negara lain yang menanggung kebutuhan masyarakatnya, bahkan meragukan efektifitas dari kebijakan tersebut apakah masyarakat tetap di rumah atau bahkan masih tetap keluruyan. Para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pun menolak diadakannya PPKM Darurat. Menurut Ikhsan Ingratubun selaku Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) menuturkan PPKM Darurat tersebut karena dapat kembali menjatuhkan UMKM yang kini tengah berjuang untuk bertahan. "Jadi bisa kembali hancur lebur UMKM-nya. Itulah konsekuensi yang diambil pemerintah yang mengutamakan kesehatan. Seharusnya kesehatan dan ekonomi berjalan seiringan," kata Ikhsan. Namun hal tersebut sudah bulat dan memang harus dilaksanakan.

Sebelum dilaksanakan PPKM Darurat tersebut, Vaksinasi Nasional Covid-19 sudah lebih dulu diawali oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu (13/1/2021) sekaligus sebagai awal tahapan Vaksinasi Nasional yang harus dterima oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Hingga saat ini menurut data pada Rabu (30/6/2021) sudah sebanyak 29.279.142 orang telah disuntik vaksin dosis pertama dan sebanyak 13.456.499 orang telah disuntik vaksin dosis kedua.

Sebelumnya masyarakat sempat meragukan dan menolak disuntik Vaksin Covid-19, diketahui dari hasil survei daring masih ada sekitar 41 persen masyarakat yang masih meragukan bahkan menolak meskipun ada sanksinya dikarenakan kurangnya kepercayaan pada masyarakat mengenai Vaksin Covid-19 ini yang sempat ramai diberitakan sebagai permainan negara-negara pembuat Vaksin, kurangnya penguatan edukasi publuk terkait sosialisasi vaksin bahkan masyarakat masih percaya dengan berita hoaks, serta belum adanya informasi detail tentang keamanan dan kehalalan kandungan vaksin tersebut.

Kendati demikian, vaksin bukanlah jaminan untuk terbebas dari Covid-19, namun vaksin bisa menjadi seberkas cahaya untuk melewati pandemi ini. Tetapi, beberapa hal yang telah dianjurkan pemerintah juga harus tetap dijalankan seperti menaati protokol kesehatan bukan berarti setelah di vaksin kita dapat melalaikan semua itu.

Sekali lagi Vaksin Covid-19 ini bukanlah obat Virus Corona, seperti halnya saat dulu kita di Vaksin Varicella untuk mencegah terpapar cacar air meskipun sudah di suntik vaksin bukan berarti kita tidak bisa terpapar cacar air, buktinya masih ada orang yang sudah di vaksin masih bisa terpapar cacar air. Yang dapat membantu mencegah hal itu terjadi adalah pola hidup kita sendiri dengan menjaga kebersihan, makan makanan yang bergizi, dan menjaga sistem kekebalan tubuh.  Bukankah hal itu sama dengan Covid-19? Mengapa masyarakat masih saja abai? Bukankah semua mengharapkan pandemi ini cepat berlalu? Tidakkah jenuh bertemu hanya lewat daring tak bisa saling menatap secara langsung bahkan bersentuhan.

 

 

 

Kesimpulan

 

Memang benar, kesehatan dan ekonomi harus berjalan beriringan tetapi semua yang diupayakan pemerintah adalah untuk mengembalikan senyum tanpa masker masyarakatnya. Meskipun berat jalannya semua pasti ada hikmahnya. Kita jadi sering di rumah, hidup bersih, dan hidup sehat tentunya semua hal yang buruk pun dijauhi, sudah ada perubahan pola hidup kan? Semua pihak memang harus terlibat dalam membantu pencegahan penyebaran Covid-19 bukan hanya pemerintah saja.

 

Tetap patuhi protokol kesehatan, jangan takut vaksin, serta tetap ikhtiar dan yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Kita pasti mampu melewatinya. Apa mau terus menerus memakai masker dan tidak bisa melihat senyum manisnya? kan tidak.

 

Daftar Pustaka

https://news.detik.com/berita/d-5325726/3-faktor-penyebab-disiplin-protokol-kesehatan-menurun-menurut-tito

https://mitra.nu.or.id/post/read/129500/penyebab-penolakan-vaksinasi-covid-19

https://nasional.kompas.com/read/2021/03/02/10213641/setahun-covid-19-upaya-indonesia-akhiri-pandemi-dari-psbb-hingga-vaksinasi?page=1

https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/teknologi/20210701121002-192-661748/ppkm-darurat-netizen-curhat-lockdown-tapi-tak-ditanggung/amp

https://www.google.com/amp/s/m.merdeka.com/amp/peristiwa/update-jumlah-masyarakat-indonesia-sudah-disuntik-vaksin-covid-19-per-30-juni.html

https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/indonesia-57650848.amp

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2021/02/22/23110471/masih-ada-penolakan-vaksinasi-covid-19-pemerintah-diminta-lakukan

https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/nasional/20210702072316-20-662111/rincian-aturan-ppkm-darurat-jawa-bali-3-sampai-20-juli/amp

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fcorona.wonosobokab.go.id%2Fblog%2Foptimis-lawan-corona--wonosobobersamalawancovid19&psig=AOvVaw1uWeAyzrzXWtZckDz3yu1x&ust=1628830798929000&source=images&cd=vfe&ved=0CAsQjRxqFwoTCODwhuHZqvICFQAAAAAdAAAAABAD

  21 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts