Dalam melihat perkembangan teknologi, terdapat 3 pendekatan berbeda dalam melihat perkembangan teknologi: Pertama, kaum dystopian. Kaum pesimistik, menganggap bahwa perkembangan teknologi membawa dampak negatif dalam kehidupan manusia, sehingga sebisa mungkin harus menghindari penggunaan teknologi. Selanjutnya adalah kaum Neo-futurism. Kaum hyper-optimistic, menganggap teknologi adalah solusi utopis yang bisa membantu dan menyelesaikan segala permasalahan umat manusia di dunia. Terakhir, Techno-realist. Kaum realis, mengakui bahwa teknologi memiliki manfaat besar, tetapi juga memiliki dampak negatif yang signifikan, sehingga perlu adanya regulasi untuk melindungi manusia dari dampak negatif tersebut.
Terdapat 3 dampak negatif dari adanya teknologi digital:
Perubahan nilai dan tata norma
Dalam kehidupan sehari-hari, kita hidup dengan norma-norma sosial yang memiliki nilai yang harus dipatuhi. Kehadiran teknologi menjadi disrupsi, mengubah norma masyarakat, sesuatu yang asalnya tabu bisa saja dianggap normal karena teknologi. Misalnya mencuri, dianggap tabu, tapi di dunia teknologi mencuri adalah hal biasa, sebut saja piracy, copy-paste dan plagiarisme.
Perubahan budaya dan norma masyarakat
Contoh sederhananya, orang Indonesia yang terkenal religius (karena sebagian besar masyarakatnya penganut agama taat) ternyata menjadi masyarakat yang juga hobi menonton pornografi melakukan perjudian di dunia. Besarnya dampak negatif teknologi tidak hanya menimbulkan dampak negatif terhadap perubahan pola perilaku, tetapi juga pada kondisi mental. Banyak masyarakat yang mengalami mempunyai adiksi penggunaan gawai, hal ini juga menyebabkan kecemasan teknis, kondisi dimana orang-orang lebih khawatir berangkat dengan handphone low-battery dibanding tidak membawa uang. Ketika dunia menjadi konvergen dan segala sesuatu bisa diakses dari genggaman, maka saat itulah ketergantungan masyarakat terhadap gawai menjadi sesuatu yang normal.
Penjajahan teknologi
Thomas Mcphail, seorang peneliti komunikasi menjelaskan bahwa kolonialisme global dapat dilihat dari beberapa aspek:
Seberapa banyak konten asing masuk dan berasimilasi dengan budaya lokal.
Seberapa banyak konten tersebut diadopsi.
Seberapa banyak budaya lokal seperti budaya immaterial, material hilang.
Tidak seperti masa lampau dimana kolonisasi terjadi karena Militer (1000M), Agama 1000-1600M) dan perdagangan (1600-1950M). Saat ini justru terjadi kolonisasi terjadi karena negara-negara di dunia mengadopsi teknologi dari negara negara maju.
(Foto: Pexels
previous post
Menjelajahi Pesona Pantai Wisata Bulukumba: Surga