Tradisi lompat batu dari Pulau Nias,Sumatera Utara

Tradisi Lompat Batu dari Pulau Nias,Sumatera Utara

By M Kurniawansyah R

 

Sumatra Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian Utara Pulau Sumatra. Provinsi ini beribu kota di kota Medan, dengan luas wilayah 72.981,23 km². Sumatra Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di Indonesia, setelah provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Mayoritas masyarakat Sumatera Utara merupakan keturunan Batak, kuliner khasnya banyak dipengaruhi oleh orang-orang Batak. Salah satu ciri khas makanan yaitu menggunakan buah andaliman yang memiliki rasa pedas getir. Ciri khas lainnya yaitu olahan dari ikan dan daging mendominasi dan berkuah.

Luas daratan Sumut sekitar 3,82 persen dari luas Indonesia dengan jumlah pulau sebanyak 206 dengan ini menjadi kan Sumatera Utara menjadi provinsi terluas ke 3 di pulau Sumatera dan juga menjadi provinsi terluas ke 9 di Indonesia.

Ada salah satu pulau dari sumatera utara yang cukup terkenal yaitu pulau Nias.Pulau Nias sendiri sebutan untuk pulau dan kepulauan yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatra, Indonesia, dan berada di dalam wilayah Provinsi Sumatra Utara. Pulau ini merupakan pulau terbesar di antara gugusan pulau di pantai barat Sumatra, dihuni oleh mayoritas suku Nias.

Pulau Nias mempunyai jarak ± 85 mil laut dari Sibolga (daerah Propinsi Sumatera Utara). Luas wilayah Kabupaten Nias adalah sebesar 1.004,06 km², sejajar dan berada di sebelah barat Pulau Sumatera serta dikelilingi oleh Samudera Hindia.

Ciri khas orang Nias, terutama dari kawasan Nias Utara, Nias Tengah, dan Kota Gunungsitoli, secara dominan dapat diidentifikasi dengan mudah, yakni berambut hitam, berbentuk oval, berkulit putih, dan berpostur tubuh sedang.

Ada fakta menarik dari pulau Nias sendiri yaitu Hombo Batu Atau yang biasa disebut Lompat Batu.Tentunya sudah tidak asing lagi dengan Tradisi Lompat Batu ini masyarakat Suku Nias. Tradisi ini bisa ditemukan di Desa Bawomataluo Kabupaten Nias Selatan.

Desa Bawomataluo, salah satu desa adat di Kabupaten Nias Selatan yang sangat kental dengan Tradisi Lompat Batu. Bawomataluo, dalam bahasa Nias, berarti bukit matahari. Sesuai dengan letaknya yang berada di atas bukit dengan ketinggian 324 meter di atas permukaan laut, dibangun berabad-abad lalu.

Tradisi Lompat Batu biasanya dilakukan para pemuda dengan cara melompati tumpukan batu yang mencapai setinggi 2 meter dan setebal 40 cm untuk menunjukan bahwa mereka sudah pantas untuk dianggap dewasa secara fisik.Tradisi ini bisa menjadi pertunjukan yang menarik, khususnya bagi para pelancong  yang datang ke sana.

1.Sejarah Fahombo

Menurut sejarah, fahombo pertama kali muncul karena seringnya terjadi peperangan antarsuku di Tanah Nias.Pada waktu itu,setiap kampung memiliki bentengnya masing-masing. Untuk memenangkan peperangan antar suku,maka setiap pasukan harus memiliki kemampuan untuk melompati benteng tersebut.Dan pada akhirnya mereka secara khusus untuk memiliki kemampuan ini  mereka membuat tumbukan batu yang berguna untuk melatih fisik terutama dalam melompat.

Dengan seiring berakhirnya perang tersebut,lompat batu ini masih dilakukan oleh masyarakat di sana hingga menjadi suatu tradisi.Tradisi lompat batu kemudian berkembang menjadi ritual atau media bagi para pemuda untuk menunjukan bahwa dia sudah benar-benar dewasa.Perlu diketahui, bahwa tradisi ini tidak dapat dilakukan semua masyarakat Nias,tetapi hanya dilakukan oleh kampung-kampung  tertentu saja.Karena keunikannya dari Tradisi Lompat Batu ini sehingga mulai dikenal masyarakat luas dan menjadi simbol budaya bagi masyarakat Nias.

 

2. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Tradisi Lompat Batu

Tradisi lombat batu ini dilakukan di tempat khusus yang dimiliki oleh setiap kampung di Nias. Tempat khusus ini sudah ada sejak dulu, dan tetap digunakan secara turun menurun. Tradisi lompat batu ini biasanya diadakan pada waktu dan tempat yang sudah ditentukan oleh masyarakat kampung sekitar dan akan diikuti oleh para pemuda dewasa yang akan melakukan lompat batu tersebut.Tempat tersebut ditandai dengan batu setinggi 2 meter dan ketebalan 40 cm yang nantinya digunakan untuk dilompati para peserta lombat batu.

 

3. Pelaksanaan Tradisi Lompat Batu

Pelaksanaan Tradisi Lompat Batu, biasanya disaksikan oleh para warga kampung. Kemudian para peserta bersiap dengan menggunakan baju pejuang Nias menunggu gilirannya. Saat sudah gilirannya, peserta akan mengambil ancang-ancang yang tidak terlalu jauh dari tumpukan.Kemudian berlari kencang dan menginjakkan kaki pada sebongkah batu sebagai tumpuannya yang berada tepat dibawah.

Lalu dia melompat ke udara dan melewati batu besar setinggi 2 meter tersebut. Saat melompat, peserta tidak boleh sampai menyentuh batu besar tersebut, apabila menyentuh batu paling atas maka dia dikatakan  belum berhasil.Para pemuda melakukan lompat batu ini sangat beresiko tinggi,lain halnya jika mereka berhasil maka mereka akan merayakannya dengan syukuran adat.

 

4.Makna Pelaksanaan  Lompat Batu          

Lompat batu bukan hanya sekadar cara para pemuda Nias menunjukkan kedewasaannya,tetapi proses latihan yang akan dilalui untuk bisa melompati batu setinggi dua meter ini bukanlah hal begitu mudah.Diperlukannya latihan keras dan waktu yang begitu lama agar bisa berjalan lancar tanpa ada cedera.Tradisi ini juga menjadikan para peserta untuk berjuang bersama dan menampilkan kehebatan mereka.Bahkan tradisi ini juga bisa menjadi cara untuk membentuk karakter yang tegas,kuat dan tangkas dalam menjalani kehidupan ini.

Tradisi ini dapat menjadi suatu media dimana masyarakat kampung sekitar bisa saling berkumpul dan mendukung para pemuda yang akan mengikutinya. Selain itu, Selain sebagai bentuk ritual maupun upacara adat, tradisi ini juga dilakukan sebagai wujud apresiasi mereka terhadap budaya yang telah diwariskan oleh leluhur atau nenek moyang mereka.

 

5. Warisan Budaya

Pada saat ini masyarakat di Nias masih sangat menjaga dan melestarikan tradisi lompat batu ini. Pada saat dulu lompat batu digunakan sebagai latihan untuk menghadapi perang, sekarang tradisi lompat batu dilaksanakan sebagai ritual dan simbol budaya orang Nias. Bahkan, tradisi ini kini juga menjadi salah satu warisan budaya yang juga mendatangkan daya tarik wisatawan dari dalam maupun luar negeri.

Karena keunikan yang dimiliki dari tradisi ini, maka tidak heran apabila adanya pengajuan dari pemerintah Indonesia kepada dunia internasional khususnya UNESCO, jika Desa Bawomataluo menjadi salah satu warisan dunia, maka akan berdampak besar terhadap daerahnya. Termasuk pendapatan daerah dan perekonomian masyarakat setempat.

 

Sumber Foto :Fotografermedan.net

                       Len-diary.com 

                       Medcom.id

                       Mytrip.co.id

                       Travel.tribunnews.com

                       Shavainistia.files.wordpress.com

                       

  2643 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts