10 KONFLIK DALAM FILM NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI SEBAGAI BAHAN APRESIASI

Hallo Sobat OSC ...

Ada yang sudah pernah menonton film Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini belum? Bagi yang belum Dini ada sedikit review ni tentang film ini. Yuk kita simak bareng-bareng!

Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini adalah film drama Indonesia tahun 2020 yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko dan diproduksi oleh Visinema Pictures. Film tersebut diadaptasi dari novel berjudul Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini karya Marcella FP. Film tersebut dibintangi oleh Rachel Amanda sebagai Awan (Anak bungsu), Rio Dewanto sebagai Angkasa (Anak pertama), Sheila Dara Aisha sebagai Aurora (Anak Kedua), Ardhito Pramono sebagai Kale (Teman Angkasa yang dekat dengan Awan), Donny Damara sebagai Narendra (Ayah Angkasa, Aurora, dan Awan), Susan Bachtiar sebagai Ajeng (Ibu Angkasa, Aurora, dan Awan), Oka Antara sebagai Narendra muda, Niken Anjani sebagai Ajeng muda, dan Agla Artalidia sebagai Lika (Pacar Angkasa). Hingga saat ini, film ini ditonton oleh 2.256.908 orang dan menduduki peringkat 2 film Indonesia terlaris 2020, setelah Milea: Suara dari Dilan.

Ide cerita dari film ini bisa dibilang masuk akal, karena mengandung kebenaran batiniah dari sifat manusia, film  jenis ini biasanya berakhir dengan Happy Ending dimana orang-orang baik akan selalu menang dan yang jahat akan kalah. Demikianlah apa yang disebut dengan “kebenaran batin”. Setiap peristiwa ceritanya juga mengandung hubungan sebab akibat yang kuat. Hubungan ini dapat dilihat dari beberapa aksi kemarahan yang dilakukan oleh tokoh karena masalah yang dihadapinnya. Ketegangan atau suspense yang terdapat dalam film ini membuat saya secara terus menerus memiliki rasa ingin tahu tentang kelanjutan dari setiap adegannya bahkan sampai detik-detik durasi filmnya berakhir.

Judul cerita yang diambil dari film ini termasuk Striking Statement atau judul yang mengejutkan, biasanya bombastis dan sensasional. Sebelumnya saya dan bahkan mungkin kaum milenial yang lain sudah tidak asing dengan kalimat “Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini”, karena kalimat ini banyak bertebaran di media sosial seperti Instagram, Facebook, Tweeter, dan sebagainya. Tetapi saya belum mengerti sebenarnya apa maksud dari kalimat tersebut dan darimana asalnya. Setelah saya menonton filmnya menurut saya kemungkinan kalimat yang pada masanya pernah menjadi trend tersebut adalah bersumber dari Novel yang kemudian difilmkan.

 Tema yang diangkat dalam film ini berkategorikan ide sebagai tema. Kita bisa mengembangkan pemahaman tentang tema jenis ini dengan berpedoman pada “Tema sebagai sebuah pernyataan hidup”. Tema film ini memuat tentang kehidupan keluarga manusia yang meliputi kecemburuan antara saudara kandungnya sendiri yang mengganggap bahwa kedua orangtua mereka pilih kasih terhadap anak-anaknya. Kecemburuan yang dominan dirasakan oleh Aurora terhadap adiknya yang bernama Awan. Namun pada akhirnya saudara bertiga ini akur kembali. Saya kira tema ini sangat memberikan pesan moral yang positif untuk para penontonnya, tentang bagaimana cara menyelesaikan konflik dalam keluarga.

Karakterisasi tokoh Angkasa sangat bertanggung jawab terhadap adik-adiknya, tetapi ia memiliki tingkat emosional yang tidak stabil. Aurora sangat introvet, berbeda dengan Awan yang selalu terbuka. Rendra (Narendra) sang ayah sangat egois namun terlihat berwibawa, sedangkan sang ibu, Ajeng sangat penyabar. Kale yang dekat dengan Awan sangat percaya diri dan humoris. Pacar Angkasa yaitu Lika sangat dewasa dalam menyikapi masalahnya dengan keluarga Angkasa.

Konflik dalam film ini menjadi pusat perhatian saya saat menonton. Banyak sekali konflik yang timbul baik itu berupa konflik internal maupun eksternal. Konflik internal muncul dari masing-masing tokoh terhadap dirinya sendiri, tentang kehidupan Awan yang menurutnya tak adil karena selalu dikekang oleh sang ayah akibat rasa takutnya karena pernah merasakan hampir kehilangan anaknya itu. Aurora yang menganggap bahwa dirinya sudah tak dianggap lagi di keluarganya. Dan Angkasa yang selalu merasa dirinya tak berguna karena terus disalahkan oleh sang ayah apabila sesuatu hal terjadi pada Awan. Ibu yang selalu tersiksa bila teringat masa lalu, dan sang ayah yang dibayang-bayangi oleh rasa cemasnya yang berlebihan terhadap Awan. Konflik eksternal muncul pada saat Awan mengenal Kale dan membuat dirinya terus bertengkar dengan ayahnya.

Konflik-konflik tersebut dapat saya tunjukkan dengan beberapa gambar tangkapan layar saya sebagai berikut.

Kekecewaan Ajeng terhadap Rendra yang  juga merasa dirinya bersalah karena tidak membiarkan Ajeng melihat saudara kembar Awan yang meninggal dunia.

Keduanya menyembunyikan kabar duka atas meninggalnya saudara kembar Awan dari Angkasa, Aurora, dan Awan.

Awan tertabrak motor saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar yang menyebabkan sang ayah khawatir berlebihan sampai Awan Remaja.

Salah satu bentuk rasa kecemasan Rendra yang berlebihan terhadap Awan, ia bahkan mencampuri urusan pribadi Awan, sehingga membuat Awan tidak bisa merasakan bagaimana rasanya memilih dalam hidupnya.

Kecemburuan Aurora pada Awan saat masih kecil dan terus berlanjut hingga remaja karena sikap Rendra yang pilih kasih.

Pertengkaran antara Angkasa dengan ayahnya karena Awan tertabrak motor lagi ketika pulang dari kantor tempat Awan bekerja.

Perselisihan antara Lika dengan Angkasa karena masalah ingin datang ke pameran Aurora, keduanya terancam putus hubungan asmaranya.

Sikap Kale membuat Awan kecewa karena dirinya tak bisa bersamanya.sehingga Awan kabur ke rumah temannya.

Pertengkaran Awan dengan ayahnya karena perubahan sikap Awan semenjak kenal dengan Kale.

Ketiga anak tersebut mengetahui rahasia yang selama ini dipendam oleh kedua orangtuanya bahwa Awan sebenarnya memiliki saudara kembar.

Alur dan plot yang digunakan dalam film ini adalah alur flashback karena mengisahkan kejadian-kejadian pada masa lalu yang dialami pada saat mereka masih kecil. Suprise yang diberikan film ini terletak di akhir durasi yang sangat tak disangka, sehingga membuat saya terus merasa penasaran pada saat menonton selama kurang lebih dua jam.

Setting yang sering dipakai antara lain rumah, kantor arsitektur tempat Awan bekerja, kantor Rendra, studio musik tempat Angkasa bekerja, jalan, pasar, stasiun kereta api, pameran seni benda-benda langit karya Aurora dan lainnya.

Unsur teknik dalam film ini meliputi musik yang cenderung bergenre romantis dan slow membuat saya terhanyut dalam tangisan air mata. Suaranya sangat jelas, bahkan juga tersedia teks film termasuk dengan suara-suara lain yang dituliskan dalam teks sehingga membuat saya fokus mencernanya. Serta pencahayaan yang memadai membuat film ini terlihat berkesan dan sesuai dengan musiknya.

Demikianlah unsur-unsur dramatik dan teknis dalam film “Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini”. Sementara itu yang menarik perhatian saya adalah konflik-konflik yang terjadi di dalamnya untuk dijadikan sebagai bahan apresiasi sastra. Film ini membuat saya tersadar bahwa saling terbuka, mendukung satu sama lainnya, jujur, adil, serta rasa sayang yang tulus dalam keluarga dapat dijadikan sebuah kunci rumah tangga yang harmonis. Karena klimaks dalam cerita ini hanya berangkat dari sebuah kebohongan sang ayah kepada anak-anaknya.

Kalo menurut Sobat OSC sendiri dari unsur mana ni yang paling menarik perhatian untuk diapresiasi?

Gimana Sobat OSC, Tertarik buat nonton film “Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini” nggak ni? Sekarang nggak perlu repot kalo mau nonton film layar lebar, Sobat OSC bisa dengan mudah mencarinya di Facebook maupun Youtube lho...

 

Selamat Menyaksikan!

  8671 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts