Hai Sobet OSC! Pada kesempatan kali ini kita akan membahas sedikit tentang keramik. Kalian pasti sudah tidak asing lagi dong dengan keramik, bahkan mungkin diantara kita ada yang menjadi kolektor barang-barang unik dari keramik? Keramik biasa digunakan sebagai vas, tableware, patung, dan masih banyak lagi benda yang dapat ditemui di sekitar kita yang terbuat dari keramik. Yuk simak sebentar penjelasan singkat mengenai asal mula keramik berikut...
Keramik berasal dari Bahasa Yunani “keramos” yang berarti periuk yang dibuat dari tanah liat dan mengalami proses pembakaran. Disebutkan bahwa keramik ditemukan sejak zaman pra-sejarah secara tak sengaja. Manusia zaman itu tidak sengaja membakar wadah tanah liat sehingga mengeras. Sejak saat itu, orang dengan sengaja membakar tanahh liat untuk berbagai kebutuhan. Hasil kerajinan tanah liat zaman Neolithikum biasa dihiasi tekstur kulit kerang, kulit kayu, permukaan batu, tali, anyaman, serat tumbuhan, kain, dan benda bertekstur lainnya dengan cara “dicap” pada permukaan tanah liat yang belum dibakar. Di Indonesia, keramik jenis gerabah dikenal sejak zaman Neolithikum sekitar tahun 1000-2500 sebelum Masehi. Masyarakat menggunakan tanah liat sebagai bahan peralatan untuk menyimpan minuman dan makanan dan benda-benda pendukung kepercayaan yang dibuat dari gerabah (tanah liat jenis earthenware). Ditemukan beberapa peninggalan seperti gerabah, dan alat pembuat pakaian dari kulit kayu, yang banyak dipengaruhi oleh para imigran dari Asia Tenggara. Pada masa itu, teknik pembuatan produk tanah liat adalah dengan dibentuk langsung menggunakan tangan kemudian dipadatkan dengan benda keras seperti papan. Tanah liat dibagi menjadi 3 berdasarkan densitas bakarnya: Earthenware, Stoneware, dan Porcelain. Earthenware atau disebut gerabah, tembikar, atau terracotta, dibakar di suhu sekitar 900°C. Earthenware berwarna kemerahan, dan biasanya tidak digelasir. Earthenware bisa menyerap air sekitar 10-15%. Selanjutnya ada Stoneware yang dibakar dengan suhu mencapai 1250°C. Stoneware menyerap air sekitar 2-5%, jika dilapisi gelasir menjadi kedap air. Terakhir adalah Porcelain dengan suhu bakar mencapai 1300°C. Porcelain sangat tidak plastis, tetapi merupakan yang paling keras dan menyerap air hanya 0-1%. Porcelain yang tipis dan berwarna putih dapat tembus cahaya
Wah, menarik ya.. semoga artikel ini menambah pengetahuan kalian ya...
Sampai jumpa!
Referensi:
https://www.amesbostonhotel.com/seni-keramik/
https://download.isi-dps.ac.id/index.php/en/category/61-karyasenirupa?download=2552:sejarah-tradisi-keramik-indonesia
Prima Yustana, S. M. (2018). Mengenal Keramik. Surakarta: ISI Press.
Photo by Ahmed Elbetar: https://www.pexels.com/photo/an-artisan-making-clay-pottery-4898084/
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan