berpikir kritis dalam filsafat ilmu

Pemikiran kritis merupakan suatu tindakan dimana seseorang memiliki kemauan untuk melihat suatu objek dari sudut pandang lain. Berpikir kritis akan muncul ketika seseorang mulai mengkonstruksi dan melatih kemampuan analisisnya terhadap suatu fenomena. Seseorang dapat dikatakan kritis apabila mereka mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan, mengungkapkan fakta yang ada, memilih argumen yang logis, mendeteksi bias dengan sudut pandang yang berbeda, menarik kesimpulan Ennis (dalam Fatmawati, dkk. 2014). Mereka yang dikatakan kritis dapat berdialog dengan fenomena karena memiliki kepekaan dan daya pikir. Akibatnya mereka yang memiliki kedua hal tersebut secara tidak langsung dapat mengatasi sebuah permasalahan sosial dengan mudah berdasarkan pemikiran yang pernah dipelajari.

Manusia sebagai mahkluk hidup yang rasional

Sebagai ciptaan Tuhan yang memiliki akal dan budi, manusia mampu membangun tindakan dan sikap terhadap sesamanya melalui cara berpikirnya. Berpikir hanya ada di dalam diri manusia. Mereka menggunakan rasionya untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi. Dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, rasa, penciuman, dan peraba, manusia dapat mendeteksi sesuatu objek. Sehingga ketika objek tersebut telah diterima, mereka akan mulai menganalisis dan mempelajarinya melalui rasionya. Semakin banyak manusia mengetahui sesuatu hal yang baru, maka akan semakin tinggi pertanyaan yang muncul.

Manusia secara filsafat dikatakan akan terus mencari tahu tentang asal usul dan tujuan, dirinya sendiri, nasibnya, dan kebebasannya. Melalui pemikiran tersebut, mereka akan menemukan pertanyaan-pertanyaan yang berakar pada eksistensi dirinya. Sehingga tidak jarang menimbulkan perdebatan dalam pikiran-pikirannya sendiri. Cara-cara kritis yang dimiliki manusia dengan mengajukan pertanyaan untuk dijawab secara rasional dalam mencari sebuah kebenaran akan membutuhkan bantuan rasionya tersebut. Sikap kritis dalam filsafat dan teologis adalah sebuah keniscayaan yang dimiliki manusia untuk membuktikan dirinya sebagai seorang mahkluk hidup yang rasional.

Pembuktian pemikiran tersebut akan terlihat nyata bila diuji dalam sebuah tindakan. Empirisme adalah sebuah metode untuk mengetahui bahwa suatu pemikiran tersebut dapat sesuai atau tidaknya dengan data di lapangan atau kehidupan nyata. Bukti empiris adalah suatu sumber pengetahuan yang diperoleh melalui observasi atau uji coba. Percobaan melalui analisis, pengamatan, atau pengetahuan yang didapat hanya dari pengalaman. Wujud nyata dari empiris adalah informasi yang membenarkan suatu kepercayaan dalam kebenaran atau kebohongan pemikiran manusia.

Berpikir kritis dalam filsafat menjadi sebuah sarana untuk memperoleh pengetahuan. Peran filsafat sebagai ilmu pengetahuan dan sudut pandang membuat seseorang dapat lebih terampil dalam memandang sebuah objek. Pemikiran yang dikonstruksi dalam sebuah kerangka filsafat akan membentuk seseorang menjadi berpengetahuan, berwawasan, dan memperluas sudut pandangnya. Dengan filsafat ilmu manusia akan semakin dapat memperluas cakrawala wawasan ilmiahnya. Hal itu dikarenakan Ketajaman refleksi,kedalaman imajinasi, kepekaan intuisi manusia akan terpacu seiring mereka berpikir kritis. Dampaknya adalah terhindar dari bahaya kerabunan intelektual, simplifisme berfikir yang memuakkan, kehanyutan dalam arus konservatisme ilmu yang timbul karena ilmu dipandang sebagai kata benda (noun) atau barang jadi (taken forgranted)yang sudah selesai.

  1147 Views    Likes  

SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

previous post

Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan
SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

next post

SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

related posts