ChatGPT : Penolong atau Malapetaka ?

Seiring berjalannya waktu, kehidupan manusia terus mengalami transformasi. Dalam era revolusi industri 4.0, bahkan sekarang telah digagas era society 5.0, hampir seluruh kehidupan manusia berlangsung dengan basis teknologi. Tentu permasalahan – permasalahan yang dirasakan pada masa lampau sudah dijawab dengan adanya teknologi sekarang ini. Teknologi menawarkan begitu banyak kemudahan dalam kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang kian pesat juga memberikan tantangan yang berbeda.

Dewasa ini cukup marak penggunaan chatbot berbasis kecerdasan buatan / artificial intelligence yakni ChatGPT, khususnya di kalangan pelajar dan mahasiswa. ChatGPT bisa membantu Anda untuk membuat esai, program komputer, artikel, lelucon, bahkan puisi, tanpa harus menghabiskan waktu untuk berpikir.  Kemudahan yang diberikan tentu sudah cukup berlebihan dan membuat pelajar/mahasiswa mengalami keterkungkungan terhadap teknologi. Berdasarkan laporan UBS, ChatGPT sudah digunakan oleh lebih dari 100 juta orang sepanjang Januari 2023. Alih – alih membantu pekerjaan manusia, teknologi malah membuat manusia mengalami kebergantungan dan dapat menghancurkan diri sendiri.

Penulis cukup tertarik dan setuju dengan kalimat dalam buku Gagasan Tentang Manusia : Marx's Concept of Man tulisan Erich Fromm, yakni , “Semakin banyak barang berguna diciptakan, semakin banyak manusia yang tak berguna”. Kendati demikian, kita harus sadar bahwa perkembangan teknologi adalah suatu keniscayaan. Kita tidak boleh menolak perkembangan teknologi, tetapi juga tidak boleh tergilas atas setiap perubahan yang ada. Setiap zaman tentu memiliki tantangan, hambatan, dan kebutuhan yang berbeda.

Namun, apakah semata-mata ChatGPT langsung memberikan dampak begitu negatif bagi manusia, khususnya anak-anak muda ? Tentu terlalu cepat untuk berkonklusi demikian. ChatGPT dapat dimanfaatkan secara baik, misal dengan mengembangkan suatu ide, tidak muluk-muluk hanya bergantung penuh pada ChatGPT. Akan tetapi, dengan adanya kemudahan tersebut, maka tidak sedikit mahasiswa cenderung melakukan tindak kecurangan dalam perkuliahan. Oleh karena itu, pendidikan juga perlu melakukan perubahan atau transformasi. Agar pendidikan tetap bisa berjalan dengan baik kendati canggihnya ChatGPT, maka penugasan-penugasan tidak boleh lagi sekadar penugasan secara teori. Perlu perubahan seperti membuat tugas-tugas berbasis portofolio dan tugas-tugas berbasis proyek, agar mahasiswa tetap bisa berpikir kreatif walau dengan ChatGPT.

Oleh karena itu, meskipun ChatGPT memberikan banyak kemudahan bagi kita, teknologi tersebut tetap tidak bisa menggantikan kreativitas yang kita miliki. Terus latih diri untuk berpikir kreatif !

Sumber gambar :

https://www.tsvcap.com/post/chatgpt-has-accelerated-the-flywheel  

  7 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts