[Mba/Mas Editor, artikel yang ini sudah revisi. Jadi, mohon publish yang ini dan take down artikel yang lama]
“Katanya, hobi membaca. Ditanya gimana isi buku yang udah dibaca saja, kok, linglung?!” Ujar temanmu dengan entengnya.
Sejak usia kita masih belia, pepatah “buku adalah jendela dunia” sudah sering dikumandangkan guna meningkatkan minat baca, pula sebagai pendorong semangat belajar. Tak jarang dari kita yang sudah familier akan hal ini. Bahkan, mungkin ketika kamu membaca tulisan ini, kamu baru saja mendengar ungkapan tersebut. Saya cukup yakin, selagi kita hidup, pepatah “buku adalah jendela dunia” ini tidak akan tergerus zaman dan bakal selalu dikampanyekan.
Perlu kita ketahui, peribahasa itu sendiri memiliki makna yang penting dalam kehidupan kita. Ibarat jendela yang memampukan kita melihat banyak hal baru, begitu pula dengan buku. Melalui buku, kita bisa mendapatkan beragam pengetahuan yang belum kita ketahui dan membuat wawasan kita kian meningkat. Di dalam buku tertuang beragam ilmu pengetahuan, dan bila kita baca, maka pemikiran-pemikiran sempit akhirnya menjadi lebih luas dan terisi. Jika dilihat-lihat, memang tidak ada ruginya jika kita giat membaca dan menjadikan aktivitas ini sebuah hobi.
Namun, ketika sudah membudayakan diri membaca buku lebih banyak sampai terbengkil-bengkil, bukankah hanya segelintir yang terpikir saat kita mencoba mengingat-ingat isi buku yang pernah dibaca?
Selama ini Anda sudah membaca berbagai macam buku, mulai dari jenis yang Anda suka sampai jenis yang terpaksa dibaca. Tapi, saat disuruh jelasin apa isi dari suatu buku, kenapa malah tidak bisa? Mengapa saya justru malah kebingungan? Benarkah saya sebegitu tidak pintarnya sampai buku favorit saya terlupakan? Apakah selama ini saya kurang maksimal dalam membaca?
Beragam tanda tanya mulai mendominasi kepalamu, yang berujung pada pertanyaan: apa gunanya saya gemar membaca kalau seperti ini? Jangankan buku yang sudah dibaca dari 1 hari yang lalu, tulisan yang baru dibaca 2 jam lalu saja sudah terlupakan. Rasanya sia-sia dong saya membaca, pikirmu dengan pesimis.
Kamu pasti tak asing dari peristiwa ini. Dengan begitu, apakah benar ini hal yang buruk?
Pada dasarnya, membaca banyak buku itu seumpama kamu berada di sebuah tempat makan yang menyediakan puluhan menu makanan dan minuman berbeda di depanmu. Nah, menyantap satu macam makanan setara dengan membaca satu buku. Semakin banyak, “rasa” yang bisa kamu nikmati pun kian bertambah. Tentu saja saat itu kamu hanya tahu “rasa”-nya, belum sampai di taraf yang lebih intens, seperti mengenal apa bumbu yang digunakan atau bagaimana cara memasaknya. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kita tidak banyak mengingat isi buku yang sudah dibaca.
Membaca tidak sekadar menghafal
Makanya, yang paling esensial itu, ya, koreksi dulu apa tujuanmu membaca. Apakah memang semata-mata untuk hafalan? Sekalipun saat ini Anda adalah seorang penuntut ilmu, belajar dengan membaca itu tidak disarankan dengan menghafal, namun memahami.
Membaca tidak selalu berkaitan dengan ingatan, karena kita membaca tak hanya untuk memperbanyak ingatan. Lebih dari itu, kita belajar untuk terbuka dengan sudut pandang orang lain (experiencing) serta mengasah menjadi pribadi yang lebih berkualitas, yang nantinya menjadi bekal buat masa depan. Ya minimal, emosi kita bisa stabil deh waktu ketemu sama orang julid seperti kasus di atas.
Memang, ada kalanya hafalan itu penting. Tapi, kalau setiap membaca niatnya hanya untuk menimbun ingatan, sayang lo waktumu terbuang sia-sia. Bagi kamu yang kerap seperti itu, ubah pola pikirmu, ya. Sesederhana kamu tau dan mengerti, itu sudah cukup kok. Kamu pasti bisa!
Tidak semua hal benar-benar terlupakan
Layaknya kenangan masa kecil yang masih membekas dalam pikiran kita, informasi yang kita dapat melalui membaca sebenarnya tidak buyar begitu saja. Mustahil bagi kita mengingat setiap kalimat-kalimat yang berada pada sebuah buku. Barangkali hanya bagian-bagian tertentu yang masih melekat dalam memori kita, atau justru sama sekali tidak ada. Tapi, satu hal yang perlu kamu tau. Terkadang, ada suatu situasi yang secara tidak sadar “menuntut” kita untuk mengingat kembali ilmu yang pernah masuk ke kepala untuk dikeluarkan lalu diolah jadi keputusan atau jawaban yang tepat.
Dari sinilah saya percaya bahwa ilmu-ilmu atau informasi yang telah terbaca tidak akan sepenuhnya hilang, apalagi terlupakan. Pasti ada beberapa cuilan yang masih bertahan, lalu melebur bersama pengetahuan dan memori yang kita simpan. Jangan salahkan daya ingatmu lagi, ya!
Merasa tak cukup hanya membaca, lakukan upaya ini
Tapi, kalau kamu bersikeras tidak ingin membiarkan apa yang sudah kamu baca terhapus sedemikian rupa, kamu bisa mencoba mengulas buku yang sudah pernah kamu baca melalui tulisan (sekalian mengasah kemampuan menulis, ygy). Atau, “rasa” yang masih tertanam di memorimu bisa kamu ceritakan pada orang lain. Dengan berdiskusi, kamu bisa saling bertukar pikiran bahkan beradu argumen mengenai ilmu yang masing-masing ketahui. Kamu juga bisa membuat sebuah mindmap serta menerapkan apa yang sudah dibaca dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud pelestarian ingatanmu.
Pada akhirnya, saya pingin bilang bahwa bukan masalah besar dan tidak ada yang percuma dari membaca meski kamu amnesia isinya, karena kamu membaca tidak hanya untuk menghapal saja, dan tujuanmu membaca bukan untuk itu. Yang penting, buatlah kegiatan membacamu menjadi aktivitas yang menyenangkan, seperti membaca buku yang kamu butuhkan saat ini. Tetap biasakan membaca, ya!
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan