Gap Year? Bukan Masalah!

Hai Sobat OSC, kenalin nama aku Sandra Oktavia. Aku adalah salah satu pemenang OSC 2019. Di artikel kali ini, aku mau sharing sedikit tentang perjalananku meraih beasiswa penuh dari OSC.

Pertama kali aku daftar OSC bukan di tahun 2019, tapi di tahun 2017, tepat ketika aku masih duduk di bangku SMA kelas 3. Singkat cerita aku bisa lolos sampai ke tahap seleksi berkas. Di tahap ini, aku, dengan didukung oleh guru Bimbingan Konseling, menyertakan seluruh prestasiku di sekolah. Dengan seluruh optimisme yang aku punya, hal itu membawaku sampai ke Jakarta, yaitu tes akhir, wawancara.

Merasa sangat excited buat berangkat ke Jakarta, aku mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, termasuk jawaban-jawaban dari pertanyaan yang mungkin ditanyakan pada saat wawancara. Saat itu, aku mendaftar di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Tapi ternyata saat itu, Semesta belum mengizinkanku untuk meraih beasiswa ini.

Seperti perasaan kontestan yang gagal pada umumnya, akupun sempat merasa down dan merasa gagal untuk meraih cita-citaku duduk di bangku kuliah. Saat itu aku tidak berpikir apapun. Lulus di tahun 2018 dan memilih untuk bekerja, itu yang aku lakukan. Tentunya, perasaan iri itu sangatlah kuat, ketika teman-teman sebayaku sudah menikmati bangku kuliah bersama teman-teman baru dan lingkungan yang baru, aku masih harus fokus pada pekerjaanku. Ambisi yang telah aku bangun bertahun-tahun harus diruntuhkan. Apakah masih ada harapan? Sepertinya tidak. Aku hanyalah sekadar anak lulusan SMA, yang berusaha membantu orang tua mencukupi kehidupan.

Namun, semakin aku merasa tidak ada harapan belajar di bangku kuliah, semakin aku merasa banyak peluang untuk aku belajar sambil aku bekerja. Setahun berlalu, aku semakin yakin bahwa aku tetap bisa belajar sama seperti teman-teman lainnya yang ada di bangku kuliah. Dan di momen-momen seperti inilah justru aku mempelajari jauh lebih banyak hal, apa yang belum pernah aku pelajari sebelumnya di bangku SMA. Mungkin di titik inilah, Semesta melihat kesungguhanku menekuni minatku di bidang mengajar Bahasa Inggris.

Suatu hari, pihak OSC mengirimkan tawaran mendaftar beasiswa OSC di tahun 2019. Sedikit ada perasaan bahwa aku tidak mungkin bisa lolos. Tapi hati kecilku berkata, “Apa salahnya dicoba?” Akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar, dengan suatu motivasi yang benar tanpa ada ambisi dan kesombongan.

Semesta membuka jalan-Nya, aku ada di hari di mana aku harus berangkat ke Jakarta untuk tes tahap ke-3, yaitu wawancara. Aku berpesan kepada kedua orang tuaku, “Kalau kali ini aku gagal lagi, percayalah Semesta punya jalan-Nya.” Mereka bersepakat denganku.

Aku bertemu Wakil Dekan FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yang pernah mewawancaraiku 2 tahun yang lalu, dan beliau mengenaliku. Singkat cerita, beliau juga melihat kegigihanku untuk mendaftar beasiswa di universitas dan jurusan yang sama.

Hari itu, perasaan yang sama datang lagi seperti yang pernah aku rasakan sebelumnya, cemas, khawatir, dan tak sabar menantikan hasilnya. Mendengar satu per satu nama disebutkan, aku semakin takut karena namaku tak kunjung disebut. Sampai pada akhirnya, aku mendengar namaku disebut. Rasa haru dan lega menyelimuti, membayangkan betapa bahagianya kedua orang tuaku yang selalu menantikanku pulang dengan berita sukacita.

Hari ini, semua tangisan dan perjuangan mengalahkan ambisi, serta kegigihan terhadap suatu tujuan, telah terbayar lunas dengan harapan yang diwujudkan oleh OSC. Terima kasih, OSC. Semangat untuk kalian para pejuang gap year, masih ada harapan.

  406 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts