Halo, Sobat OSC! Tentu teman-teman sudah tidak asing lagi bukan dengan salah satu tokoh inspiratif di Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Nah, di artikel kali ini, aku akan memberikan gambaran gaya kepemimpinan versi Ki Hajar Dewantara yang cocok bagi kita sebagai calon pemimpin bangsa yang harus mempunyai jiwa kepemimpinan.
Sebelumnya, apa sih itu kepemimpinan?
Secara harfiah, kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpim” yang berarti mengarahkan, membina, menuntun, menunjukkan, dan mempengaruhi.
Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan antara pemimpin dengan yang dipimpin dalam melaksanakan untuk tujuan yang saling menguntungkan.
Lalu, apa saja sih gaya-gaya kepemimpinan pada umumnya?
1. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini berfokus dimana setiap keputusan dan kebijakan diambil dari pemimpin yang otoriter itu secara penuh. Sehingga, aspirasi dari anggotanya cenderung tidak didengarkan dengan baik. Gaya kepemimpinan ini kurang ideal.
2. Partisipatif
Gaya kepemimpinan partisipatif pada prosesnya saling berkesinambungan, dua arah, dan di dalamnya terdapat diskusi interaktif antara pemimpin dan anggotanya. Gaya kepemimpinan ini lebih ideal dan relevan.
3. Bebas Kendali
Jika gaya kepemimpinan otoriter berfokus pada pemimpinnnya, gaya kepemimpinan bebas kendali adalah kebalikannya. Yaitu bersifat bebas, tidak ada kendali penuh dari pemimpin. Namun, gaya kepemimpinan ini juga kurang ideal.
Lalu, bagaimana gaya kepemimpinan yang biasa disebut trilogi kepemimpinan dari Ki Hajar Dewantara?
1. Ing Ngarsa Sung Tuladha
Sesuai maknanya, “di depan memberi contoh”
Pemimpin adalah contoh bagi anggotanya. Sebagai pemimpin, tentunya harus memberikan contoh dalam karakteristiknya. Misalnya, ketika pemimpin menekankan penting kedisiplinan, maka pemimpin juga harus bisa memberi contoh datang tepat waktu.
2. Ing Madya Mangun Karsa
Memiliki arti “di tengah memberikan motivasi”, seorang pemimpin ketika berada di tengah-tengah anggotanya dan memberikan sebuah pekerjaan sebagai rangkai mencapai tujuan organisasi, tentu saja harus bisa memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan anggotanya. Sehingga hal ini dapat menggugah semangat dan motivasi dari anggotanya. Pemimpin juga harus bisa memberikan atmosfer positif ketika organisasi sedang di tengah-tengah permasalahan.
3. Tut Wuri Handayani
Trilogi terakhir memiliki arti “dari belakang memberikan dorongan”. Seorang pemimpin harus bisa menempatkan dirinya di belakang untuk mampu mengembangkan hingga memunculkan pemimpin-pemimpin baru untuk proses regenerasi. Pemimpin berada di belakang jika organisasi yang dipimpin berhasil mencapai tujuannya, memberikan apresiasi atars keberhasilan kepada anggotanya. Dengan ini, pemimpin mampu menumbuhkan kepercayaan diri bagi anggota timnya agar berani mengambil inisiatif.
Nah, setelah mengetahui beberapa versi gaya kepemimpinan. Menurut kalian, gaya kepemimpinan mana yang paling baik dan cocok jika kalian sebagai pemimpin nanti?
Sumber gambar: MDI Tack
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan