Hanacaraka : Aksara tradisional Jawa

Indonesia mempunyai beraneka ragam seni, budaya, dan bahasa. Salah satu keanakeragaman kepunyaan kita yang mulai terkikis perkembangan zaman adalah keragaman aksara sastra nusantara. Aksara sastra nusantara ini diantaranya yaitu aksara Jawa, Bali, Sunda, Bugis, Rejang, dan lain sebagainya. Hanacaraka merupakan salah satu dari keragaman aksara sastra nusantara tersebut. Aksara Jawa sering disebut juga dengan “Hanacaraka”. Hanacaraka merupakan aksara hasil perkembangan dari aksara Pallawa dan merupakan turunan dari aksara Brahmi yang berasal dari India. 

Aksara Hanacaraka terdiri dari 20 bentuk antara lain Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Dha, Ja, Ya, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga. Dari cerita yang berkembang, huruf huruf ini jika disatukan menyambung menjadi satu cerita legenda tentang Ajisaka. Diceritakan Ajisaka mempunyai 2 utusan, yang satu diperintahkan untuk mengembara bersamanya sedangkan yang lainnya diamanahkan untuk menjaga pusaka hingga ia kembali. Keduanya merupakan utusan yang taat pada perintah. Pada suatu hari, Ajisaka memberi perintah kepada utusan yang selalu bersamanya untuk membawakan pulang pusaka Ajisaka dari utusan yang telah amanahkan untuk menjaganya. Ketika utusan yang diperintahkan untuk pergi mengambil pusaka bertemu dengan utusan penjaga pusaka, utusan tersebut (penjaga pusaka) bersikukuh untuk tetap menjaganya sampai Ajisaka sendiri yang datang mengambil pusaka tersebut darinya. Singkat cerita, karena kedua utusan ini tetap teguh pada pendiriannya masing masing untuk menjaga amanah yang ia bawa, akhirnya mereka bertarung saling mengadu kesaktian. Di akhir cerita, tidak ada yang menang diantara mereka dan akhirnya mereka tewas. Aksara hanacaraka setiap hurufnya sarat akan makna yaitu “kehidupan merupakan kehendak dari Tuhan. Manusia hendaknya hanya menaruh pengharapan kepada Tuhan. Segala urusan hendaknya diniatkan untuk mencari keberkahan berpedoman pada tuntunan Illahi. Saling menyanyangi dan mengasihi antar sesama dan senatiasa berbuat baik untuk memelihara alam. Manusia diharapkan mampu menyelaraskan diri dan melepaskan egoisme pribadi manusia”.

Aksara Hanacaraka diperkirakan sudah ada di nusantara sejak abad ke-15. Pada zaman dahulu, aksara Hanacaraka digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk menulis dan berkomunikasi dalam bahasa Jawa. Seiring dengan perkembangan zaman dan modernisasi, penggunaan aksara ini tergantikan oleh aksara latin. Sehingga, pelestarian aksara Hanacaraka dilakukan dengan menjadikannya menjadi muatan lokal yang diajarakan di sekolah-sekolah mulai dari SD, SMP, hingga SMA di Jogjakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

  8141 Views    Likes  

Cara Menentukan Passion

previous post

Struggles of Freshmen: Tantangan yang Dihadapi Mahasiswa Semester Awal
Cara Menentukan Passion

next post

Cara Menentukan Passion

related posts