Halo, Teman-teman!
Hanna di sini. Pada kesempatan kali ini, Hanna mau bahas sedikit tentang Abusive Relationship. Kalian pernah dengar tentang abusive relationship? apa yang kalian tau tentang hal itu? memukul pasangan? atau menyakiti secara fisik lainnya? eitss, jangan salah, ya, teman-teman. Ternyata abusive relationship bukan hanya sekedar kekerasan fisik saja, loh! Yuk, kita bahas lebih lanjut!
Abusive relationship atau kekerasan dalam hubungan merupakan hubungan yang di dalamnya terdapat perilaku kekerasan dengan tujuan membentuk kekuasaan atau kendali terhadap korban. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara fisik, verbal, emosional ataupun seksual. Dalam terjadinya kekerasan dalam hubungan terdapat tiga kata kunci, yaitu kesengajaan, kekuasaan dan kontrol.
Dalam sebuah hubungan sangat wajar terjadi konflik namun menurut sebuah jurnal, disebutkan bahwa konflik yang muncul secara terus menerus dapat menyebabkan munculnya kekerasan yang dilakukan oleh satu pihak kepada pihak lainnya. Sebenarnya, terdapat 3 hal yang pasti ada dalam kekerasan, yaitu kesengajaan, kekuasaan dan kontrol.
Seorang tokoh dibidang psikologi bernama Hurlock, menjelaskan bahwa berpacaran seharusnya menjadi sumber untuk mencari keamanan, kenyamanan dan rekreasi, namun kenyataannya, dapat terjadi kekerasan dalam hubungan. Walaupun begitu, banyak korban yang sulit untuk keluar dari hubungan tersebut, terutama perempuan karena hal ini berhubungan dengan gender, dimana wanita memperlihatkan sisi feminim sedangkan laki-laki memperlihatkan sisi maskulin. Dimana tokoh lainnya bernama Suntrock menyebutkan bahwa laki-laki dituntut untuk mendominasi dalam hubungan dan memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam mengendalikan hubungan, sedangkan wanita hanya dapat menanggapi atau berpartisipasi pada rencana yang ditentukan oleh laki-laki. Selain itu, wanita juga menghayati peran yang diberikan oleh lingkungan bahwa laki-laki wajar untuk untuk mendominasi dan wanita wajar bersikap pasif.
Terlepas dari masalah gender, baik laki-laki maupun wanita dapat menjadi korban kekerasan dalam hubungan. Pada intinya, kekerasan dapat dilakukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan/kekuatan dan kontrol yang lebih banyak dalam sebuah hubungan dan dilakukan dengan kesengajaan.
Biasanya, para korban akan sulit untuk keluar dari hubungannya, korban akan kembali luluh karena pelaku menyatakan ia menyesal, meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya sehingga korban memaafkan dan kembali pada hubungan tersebut, hal ini disebut sebagai cycle of violence. Dr. Lenore Walker menjelaskan bahwa cycle of violence memiliki tiga fase, diantaranya fase ketegangan, fase krisis, dan fase honeymoon.
Fase pertama adalah fase ketegangan, dimana pelaku akan bertingkah laku agresif seperti berteriak, mengkritik, atau marah. Disini korban akan merasa bahwa segala sesuatu yang ia lakukan akan membuat keadaan makin buruk dan. Pada fase kedua merupakan fase krisis atau puncak dari kekerasan itu terjadi. Fase terakhir adalah fase honeymoon, pelaku akan merasa sangat bersalah telah melakukan kekerasan sehingga ia meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Namun kenyataannya, siklus akan terus berulang.
Tokoh psikologi lainnya bernama Murray, membagi kekerasan seksual ke dalam tiga bentuk kekerasan, diantaranya :
Kekerasan verbal dan emosional, seperti memanggil pasangan dengan nama yang tidak pantas, memberi pandangan yang mengintimidasi, mengecek ponsel pasangan, menggunakan kata-kata kasar/berteriak/membentak, menguasai waktu pasangan, menjauhkan pasangan dari teman dan keluarga, membuat pasangan merasa tidak nyaman, menyalahkan pasangan dalam sebuah masalah, playing victim, mengancam, menginterogasi/cemburu berlebihan/mengontrol kegiatan pasangan dan mempermalukan di depan umum. Kekerasan seksual seperti, memaksa berhubungan seksual, memaksa menyentuh bagian seksual saat tidak diizinkan, memaksa melakukan aktivitas seksual ketika tidak diizinkan. Kekerasan fisik seperti memukul/menampar/mendorong, mencengkeram tangan untuk menghalangi pasangan melakukan sesuatu, bertengkar atau bercanda sampai menyakiti pasangan.Nah, setelah membaca tulisan di atas, apakah kalian bisa mengidentifikasi hubungan kalian? Bagi teman-teman yang merasa berada dalam hubungan yang abusif, yuk, jangan takut untuk bercerita dengan keluarga atau teman yang kalian percayai! Ingat, kalian layak dicintai dengan baik dan benar tanpa kekerasan sedikitpun!
-Hanna
di Untag Surabaya.
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan