Hello! I'm Happy

Hello! I’m Happy

          Halo! Aku Happy. Umurku 6 tahun dan aku tinggal bersama mama. Di sini, aku lebih bahagia. Ada Foxy si rubah, Kina si gajah, dan Bulobulo si kelinci. Kami berencana bermain petak umpet pagi ini. Matahari belum terbit sih, tapi rasanya pasti seru bermain petak umpet.

Ah, itu Bulobulo. “Hei Bulobulo! Di mana yang lain?” tanyaku padanya.

Bulobulo hanya memandangiku dan beranjak pergi dari hadapanku. Yah, dia memang kelinci pemalu yang tak banyak omong. Oh iya, kata mama aku harus segera bangun. Aku pun bangun dari kasur. Kamarku yang tanpa ventilasi membuatnya masih sangat gelap. Aku melihat jam dinding, wah sudah jam 5 pagi. Aku mau main keluar bareng teman-temanku, deh.

Aku menuruni tangga, melihat mama sedang memasak. Wajahnya sedang seperti biasanya, larut dalam kesedihan. Aku jadi teringat kata-kata mama untuk menyuruhku terus bahagia, sesuai namaku ‘Happy’! Baiklah, aku sapa dulu mama.

“Ma, aku ke hutan dulu, ya! Mau main petak umpet sama teman-teman. Tenang aja, aku akan selalu bahagia kok. Mama kalau mau nangis, nangis aja. Aku gak ganggu mama kok.”

Aku meninggalkan mama, kayaknya mama nggak dengar sapaanku. Di luar rasanya cukup dingin, ya masih pagi hari. Coba aku menutup mataku, semoga cuaca hari ini dapat lebih segar.

“CITTTTTT, BRUK…!”

“Hah, suara apakah itu? Seperti suara kembang api! Jangan-jangan Kina lagi main kembang api! Aku ke sana ah…!”

Kina memang suka main kembang api, di tepi telaga dekat pohon beringin itu. Suasananya memang sangat sejuk, tak ada hujan ataupun panas matahari yang bisa menjangkau. Aku jadi tak sabar pergi ke sana. Bulobulo dan Foxy pasti sudah ada di sana!

Ketika aku sampai di sana, aku hanya melihat Kina saja. Dia tampaknya sedang sedih. Aku menyapanya saja deh, “Kina! Kenapa kamu sedih?”

“Oh, Happy. A-aku ditinggal sembunyi sama Foxy saa-sama Bulobulo,” katanya dengan sesenggukan.

“Ah, kamu cengeng sih. Ayo ikuti aku, kita cari mereka,” kataku sambil menarik tangan Kina yang besar.

Hutan pagi itu terasa damai sekali, rasanya aku ingin tidur di sana sepanjang waktu. Rindangan pohon seakan membentuk jalan padaku untuk mencari Bulobulo dan Foxy.

“NGIU NGIU NGIU…”

Suara itu membuatku seketika membuka mata dan melihat aku ada di tengah perkotaan penuh asap. Ugh, rasanya ingin menutup hidungku terus. Limbah, sampah, dan asapnya bau sekali. Tapi, untung ada Ki.., eh? Ke mana Kina? Aku kehilangan dia lagi. Tapi, apa itu? Sepertinya aku melihat ekor Foxy. Aku kejutkan saja dia.

“DOR!” “BAHHH…!” teriak Foxy, seakan ketakutan.

“Hahahaha, santai aja, Foxy! Ini Happy. Kenapa sih? Hihihihihi,” tawaku kesenangan.

Foxy hanya menatap dengan perasaan masih takut. Yah, mungkin saja  dia masih marah padaku, hehehe.

“Tadi aku bersama Kina di hutan, tapi ke mana, ya dia? Foxy lihat, gak?”

“Hmm, kayaknya nggak. Coba kita cari ke arah sana, mungkin Kina tersesat,” ucap Foxy, berwibawa tapi kelihatan sedih. Ya, Foxy memang lebih dewasa dibandingkan aku dan Bulobulo.

Kami pun melanjutkan perjalanan. Suasana di kota itu sangat sibuk, di mana-mana banyak orang berlalu-lalang. Mereka berpenampilan aneh menurutku, memakai topeng dan pakaian jas untuk kerja. Berjalan cepat, bagaikan kelinci di dongeng Alice in Wonderland. Ya, mungkin karena mereka terburu-buru ingin pergi dari tempat sumpek ini yang sampai membuat langit kota berwarna cokelat. Sepertinya aku harus menceritakan semuanya pada Foxy . . .

“HUAAAAAAAAA……”

Eh, ke mana lagi Foxy? Dia menghilang dan aku berpindah lagi setelah aku membuka mata. Namun, tempatnya lebih bagus. Aku ada di tempat bersalju. Tempatnya mirip Antarktika, tapi tidak mirip dengan yang aku lihat di buku. Lalu, di mana ya aku? Sambil memikirkan itu, aku menemukan Bulobulo! Aku kejar coba.

“Bulobulo, ketangkep! Eh, Bulobulo, tunggu aku!”

Buolobulo hanya menatap dan berlari lebih cepat, mengambil langkah seribu. Yah, dia tak pernah berbicara padaku sejak pertama kali bertemu. Namun, tatapan Bulobulo seakan menyuruhku mengikutinya, jadi aku ikuti saja. Tempat bersalju itu sangat tenang, bagaikan surga. Udaranya pun aneh, tak dingin sama sekali, malah hangat. Sinar matahari bercahaya terang, bagaikan selimut sutra yang nyaman sekali. Di sana, banyak anak-anak yang bermain-main. Banyak di antara mereka yang menyapaku, rasanya aku ingin sekali tinggal di sinsi.

“Mau ikut?” tanya Bulobulo dengan lembut.

Aku tersenyum dengan suaranya, mirip papa yang sudah lama pergi meninggalkan mama, Suara Bulobulo lembut dan sangat gentle. Aku mengangguk tanda mengiyakan.

“Tapi, aku mau pamit ke rumah dulu ya, Bulobulo. Mama takutnya marah aku nggak pulang-pulang,” kataku yang diiringi dengan anggukan dan senyuman Bulobulo.

Aku digandeng Bulobulo dan kembali ke rumah. Mama masih berdiam diri di dapur, sambil menangis. Kelihatannya sesuatu terjadi.

“Ma, aku sama Bulobulo main dulu ya. Kami mau main bareng teman-teman lain kok, jadi tenang aja.”

Aku memeluk mamaku dengan erat, lalu menggandeng tangan Bulobulo ke telaga di hutan tadi. Anehnya, aku melihat bekas ban mobil, sepertinya ada tamu barusan ke rumahku. Aku tak terlalu risau, karena mama bilang harus bahagia.

Di telaga, aku bertemu kembali dengan Foxy dan Kina. Kami bersamaan melompat ke telaga dan sampai ke tempat bersalju itu. Aku pun langsung menarik Bulobulo, Foxy, dan Kina untuk main bersama. Aku bahagia sekali di sini. Semoga mama tidak menangis lagi ya, sama seperti katanya, bahagia. ????

Kata Foxy, mama lagi ada tamu. Pintunya terbuka lebar, muncul seorang pria gagah yang tak kukenal Eh, apa kukenal, ya? Yang penting, semoga mama dan papa bahagia, walau papa sudah pergi. Sekarang aku main dulu! Hello! I’m Happy. Aku senang sekali di sini, bermain bersama teman-teman. Namun, mengapa aku tak bisa membuka mataku lagi ya?

  16 Views    Likes  

meriah Megah Acara Orientasi Mahasiswa Baru Universitas Ciputra Surabaya

previous post

Mengenal Lebih Dekat Dengan Universitas Mercu Buana Jakarta
meriah Megah Acara Orientasi Mahasiswa Baru Universitas Ciputra Surabaya

next post

meriah Megah Acara Orientasi Mahasiswa Baru Universitas Ciputra Surabaya

related posts