HIRUK PIKUK KEHIDUPAN

Dengung bising kendaraan merapat, saling menyalip untuk menjadi yang tercepat. Seolah dunia menitip sebuah salam hangat. Tak lupa matahari menyapa, kicau burung beserta, hembusan angin menerpa sembari menenangkan jiwa. Jiwa yang haus keadilan, di mana orang masih kurang toleran, hanya mendahulukan golongan tanpa bersahabat dengan keadaan. Begitulah keadaan pagi hari, selalu ramai demi mencari sesuap nasi dengan ketabahan hati serta doa menyertai. Apapun dilalui tanpa sesal di kemudian hari. Semua berlomba untuk menjadi yang tercepat agar tak dipecat, yang terlambat akan dibuang yang tepat waktu akan disayang, ya memang benar. Jika begitu, semua orang akan setuju setidaknya mendengarkan sedikit diperlukan, daripada hanya menyimpulkan tanpa memahami keadaan. Terlalu sering hal itu terjadi, yang lemah akan disuruh pergi demi menyelamatkan yang tak punya hati nurani, yang miskin akan berlomba demi mendapatkan tunjangan yang tidak justru menghamburkan, yang berjuang sendiri tak diperhitungkan yang memiliki riwayat keluarga akan sangat diperjuangkan. Miris ya! Kehidupan yang diinginkan masih menjadi angan-angan, kehidupan yang direncanakan akhirnya hancur berantakan, kehidupan yang harusnya menyenangkan justru menakutkan. Ketika akal sehat tak dibutuhkan segala cara dihalalkan, suara hati yang dipendam dan mulut yang harus dibungkam. Keadaan yang membingungkan memaksa logika dikedepankan, keadaan yang menyiksa menginginkan hati dikesampingkan, keadaan yang demikian tak pernah didambakan. Tak ada yang mau hidup ditekan, hidup dikekang, semua ingin hidup senang. Tapi semua perlu aturan, semua perlu penyesuaian bukan untuk beberapa kalangan tapi untuk semua orang, bukankah indah bila hidup berdampingan ? Toleransi yang mengikis hati berakhir melukai. Meminta dipahami tanpa mau memahami. Beranggapan bahwa diri seutuhnya benar tanpa mau membuka kacamata yang terpasang. Banyak yang terluka akibat lidah, banyak yang terkhianati akibat janji dan akhirnya mendapat perih. Diri yang mau menang sendiri, kebahagiaan yang dipamerkan demi sebuah pujian. Uang yang dianggap dapat membeli seluruh dunia, benarkah ? Tak semua yang ada di dunia dapat dibeli dengan uang. Bukankah waktu, kebahagiaan, dan umur hanya datang sekali, bisakah hal itu dibeli dengan uang ? Tidak, yang bisa dilakukan hanya menghargainya dan bersyukur pada yang kuasa. Maka dari itu, hargailah jangan membuang uang dan waktu untuk hal yang tak penting pakailah dengan tepat agar tak membuat sesat. Kehidupan yang berjalan memang tak selurus jalan tol, sehalus benang wol, yang ada tenggang rasa masih nol. Ucapan terima kasih yang jarang, ucapan permisi yang hilang, yang terdengar hanya ucapan saling serang. Bukankah 2 kata itu wajib diungkapkan, saat diucapkan banyak hati yang merasa dihargai, bukankah terkesan nyaman bila hidup seperti itu? Saling menghargai satu sama lain tanpa memikirkan latar belakang kehidupan orang. Bila bisa hidup berdampingan, mengapa harus berjauhan bahkan berjalan sendirian? Hidup saling menghargai mengajarkan bahwa arti hidup bukan untuk diri sendiri, tetapi bersama orang lain. Tidak ada yang bisa hidup sendiri atau hanya berdua dengan pujaan hati. Cobalah untuk mengubah pola pikir bahkan pola hidup untuk mengartikan bahwa arti hidup lebih dari yang dilihat mata dan didengarkan telinga. Daun yang ikut menari menghibur hati yang sepi, burung-burung bernyanyi menemani jiwa yang merasakan bahagia tanpa mau berbagi. Memegang prinsip apa yang ku miliki itu milikku, ada saja tipe manusia seperti itu. Manusia yang kala melihat hati yang patah, usaha yang kalah, tetap saja memegang teguh prinsipnya. Saat yang punya segalanya menyombongkan diri sembari mendongakkan kepala tanpa melihat siapa dia sebelumnya. Kesombongan yang dibentuk akan terbentur, terjatuh bahkan terperosok bukan karena angin yang menggoyahkan, tetapi karena langkah yang dipilih. Langit yang tinggi saja tidak pernah pamer, mengapa manusia yang jauh di bawahnya sibuk sekali mencari pengakuan? Lucu sekali. Kehidupan yang miris disertai lingkungan yang terkikis. Kurangnya kesadaran akan kebersihan, sampah yang berserakan bagai daun yang berguguran. Banyak yang dirugikan bahkan lingkungan terasa menyedihkan. Tanaman dan hewan merasa terancam karena sampah yang mencekam. Keadaan manusia masih abai, tetapi dengan bangga membuat cuitan “Cepat pulih Indonesia ku” tanpa mengupayakan perubahan. Manusia masih saja tidak peduli, tidak sadar bahwa bumi ini bukan untuk manusia saja. Tanah longsor, banjir bandang, dan kebakaran hutan bisa disebut hadiah dari Tuhan untuk menegur manusia yang sampai saat ini masih saja belum sadar. Sekolah sampai tinggi, gelar berderet, bila minim kesadaran apa artinya ? Orang cerdas tidak dinilai dari lamanya sekolah, banyaknya gelar, ataupun tingginya jabatan, tetapi bagaimana kehadiranmu sangat dinantikan lingkungan. Memulai perubahan bukan untuk mendapat pujian, bukan untuk ajang pamer kelebihan, tetapi untuk menghargai kehidupan. Melestarikan lingkungan berarti kau ikut andil dalam kepedulian, bila tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan masih saja membuang sampah sembarangan, apa bedamu dengan perusak lingkungan yang lain? Semua butuh tahapan bukan yang lantang lurus melainkan penuh tantangan. Banyak doa yang masih belum terwujud, hanya ada semoga namun belum menjadi nyata. Ketika kau berserah semesta ingin bercanda, sabar ya! Itu salah satu pemanis kehidupan. Ketika hal itu terjadi, selalu saja menyalahkan keadaan, terlebih bisa saja menyalahkan Tuhan. Coba intropeksi dirimu, sudah sebesar apa usahamu ? Sudah serajin apa ibadahmu ? Hingga dengan santai kau menyalahkan Tuhan, lucu bukan ? Hujan deras yang turun sudah membawa pesan bahwa ada tangisan sebelum kebahagiaan, ada tantangan sebelum kemenangan. Semua terekam dalam hujan, hujan yang turun membasahi bumi tak pernah datang sendiri layaknya sedih yang datang bertamu. Namun, di balik itu ada pelangi. Pelangi yang datang sendiri namun memberi warna-warni, layaknya bahagia yang menghampiri. Begitulah hidup, tetaplah maju dalam meraih cita seimbangkan dengan usaha dan doa yang tulus ikhlas. Jangan mudah menyerah pada keadaan, keadaan tak berubah, yang bisa merubah itu tindakan dan pikiran yang berjalan beriringan. Tetap semangat dan jangan sampai menyerah. Jika kau menyerah, apa yang kau dapat? Memang sudah seperti yang kau inginkan? Semangatlah! Penikmat keadaan yang tak mau keluar dari zona nyaman yang selalu meratapi kehidupan tanpa memulai perubahan.

  589 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts