Hai semuanya, perkenalkan namaku Anjeli Wulandari seorang anak dari keluarga sederhana yang lahir di Batam pada tanggal 20 September 2003 yang saat ini tengah menempuh pendidikan S1 di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dalam Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Aku merupakan anak pertama dari dua bersaudara dimana seperti yang kita ketahui bahwa anak pertama dituntut untuk sukses agar bisa menjadi contoh untuk adik nya. Ketika kecil aku bermimpi ingin menjadi seorang dokter, lalu mimpi itu hanya sekadar mimpi yang tak kan bisa tergapai akibat minimnya biaya yang ada. Lalu apakah aku merasa sedih? Tentu iya, namun tidak menjadi dokter bukan berarti aku tidak akan sukseskan? Aku mencoba bangkit kembali di tengah keterpurukan ekonomi dan mental.
Tepat pada tahun 2021 ketika pandemi COVID-19 masih melanda Kota Batam, keluargaku mengalami keterpurukan ekonomi karena ayah ku yang tidak bekerja dan aku yang terancam tidak bisa kuliah, bagaimana bisa aku kuliah kedokteran jika SPP SMA negeri saja tidak bisa terbayar pada saat itu. Aku pun berpikir realistis dan mencoba mengubur mimpiku, pada saat itu aku masih duduk di kelas 2 SMA dengan sistem pembelajaran daring yang aku manfaatkan untuk bekerja di laundry sambil sekolah agar bisa membayar SPP sekolahku.
Ketika jam istirahat kerja tiba, aku iseng membuka Instagram lalu aku menemui beasiswa di Jepang dan beasiswa OSC, karena beasiswa di Jepang cukup menarik hati lalu aku mencoba mendaftarkan diri namun terhalang oleh pandemi covid dan restu tua, lagi dan lagi impian ku kembali terkubur dalam-dalam. Lalu aku mencoba beasiswa OSC dengan modal nekat dan doa karena aku lintas jurusan (dari saintek ke soshum). Aku mencoba memahami materi soshum, TPA dan PK melalui bimbel online namun ternyata ketika mendekati hari H tes online ternyata materinya berbeda dengan yang aku pelajari, lalu aku mengebut materi tes online dengan pembelajaran via YouTube dalam kurun waktu kurang lebih 2 hari dan masalah menghampiri ku yaitu ketiadaan laptop untuk tes online, mau meminjam laptop dengan teman namun mereka masih memakai laptop nya dan aku pun memberanikan menggunakan handphone walaupun tidak direkomendasikan. Alhamdulillah aku lolos tes online dan lanjut ke tahap seleksi berkas.
Tahap seleksi berkas merupakan tahap paling kompleks masalahnya selama aku mengikuti rangkaian beasiswa OSC ini. Dalam tahap ini dimintai berkas yaitu SKCK dan SKBN dimana untuk mengurus berkas tersebut harus mengeluarkan biaya tertentu dan saat itu aku tidak memiliki biaya dan akhirnya orang tua ku meminjam sejumlah uang kepada pemilik laundry tempat aku bekerja dan untuk SKCK aman terkendali. Ketika ingin membuat SKBN, masalah kembali muncul yaitu ketika aku sudah tiba di rumah sakit dan ternyata uang yang ku bawa kurang, lalu aku pulang dengan kesedihan yang mendalam sembari berdoa dalam hati "kenapa gini banget ya Allah proses beasiswa hamba, jeli yakin jeli pasti lolos, semoga jeli kuat ya Allah menghadapi segala cobaan yang ada" sepanjang jalan dari rumah sakit menuju rumah, aku menangis mengingat cobaan yang ada dan ketika tiba di rumah aku semakin nangis, mengapa tangisan ku semakin deras? Karena ketika aku tiba di rumah dan menceritakan kejadian di RS bahwa uang nya kurang, orang tua ku mengatakan "udah gak usah dilanjutkan, belum tentu lolos, nanti gak lolos ngabisin duit aja" aku mengabaikan omongan orang tua ku dan masuk ke kamar sembari nangis sejadi-jadinya karena sakit sekali berjuang namun tiba-tiba disuruh berhenti di tengah jalan. Pada saat itu pikiranku buntu, tidak tau mau meminjam duit dengan siapa dan aku menceritakan kejadian ini kepada guruku di sekolah, beliau pun langsung memberikan sejumlah uang dan tidak mau diganti uang nya, beliau hanya mengatakan "Anjeli harus sukses yaa dan uang nya tidak usah dikembalikan, semangat ya". Betapa terharunya aku karena masih ada yang peduli dan aku semakin yakin bahwa kekuatan doa yang selalu ku panjatkan itu benar adanya. Hari demi hari berlalu dan aku pun dinyatakan lolos seleksi berkas dan lanjut ke tahap wawancara.
Tahap wawancara adalah tahap akhir sebagai penentu, apakah kita akan lolos menjadi seorang awardee atau hanya sebatas finalis. Pada hari H tahap wawancara, Batam dilanda hujan dan signal dirumah ku tidak memadai untuk mengikuti zoom meeting, karena berbarengan dengan jadwal aku mengikuti kegiatan pengajian di Masjid Agung Batam maka aku pun pergi menuju masjid tersebut karena ada WiFi yang memadai untuk aku zoom meeting, 1 jam sebelum wawancara dimulai aku pergi ke Masjid Agung Batam dalam keadaan menerobos dinginnya jalan sehabis hujan dan Alhamdulillah tiba di masjid sebelum wawancara mulai dan WiFi nya memadai. Aku masih sempat mengikuti kegiatan pengajian walaupun hanya di awal dan proses wawancara ku berjalan lancar walaupun hanya dengan menggunakan handphone. Hari demi hari berlanjut dan tibalah pengumuman awardee OSC 2021, cukup deg-degan dan sembari menunggu namaku di sebutkan, aku selalu membaca sholawat dan istighfar agar tidak terlalu sakit jika ternyata tidak lolos menjadi seorang awardee. Alhamdulillah perjuangan ku yang cukup berat berakhir dengan indah dan aku lolos sebagai awardee OSC 2021 di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dalam Prodi Pendidikan Bahasa Inggris.
Tidak ada yang tidak mungkin selagi kita mau mencoba dan berusaha sekuat mungkin untuk meraihnya. Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil dan jangan malu dengan keterbatasan yang ada, selama proses seleksi beasiswa OSC aku menggunakan handphone dimana ini tidak direkomendasikan namun apa boleh dikata jika memang hanya handphone yang di punya dan tidak bisa meminjam laptop kepada teman. Yakinlah bahwa Tuhan itu maha adil dengan segala takdirnya dan kita sebagai umatnya harus berusaha sekuat mungkin dan diiringi dengan doa agar usaha kita berbuah manis. Semangat para pejuang OSC tahun 2022, semoga cerita ini bisa menjadi penyemangat untuk kalian.
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan