Indikator teknikal digunakan oleh para trader untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana kondisi psikologi pasar dan kondisi penawaran dan permintaan pasar. Seorang trader dengan pengetahuan yang luas tentang indikator teknikal biasanya lebih siap menghadapi pasar saham, ketimbang mereka yang kurang pengetahuan tentang indikator teknikal berikut ini. Dengan menggunakan indikator berikut ini, dapat membantu memberitahukan kamu sinyal beli dan sinyal jual pada suatu saham. Kamu tidak perlu menggunakan semuanya, cukup sesuaikan dengan tujuan investasi pribadi kamu, selera resiko dan gaya trading kamu, kemudian pilih beberapa yang menurut kamu membantu dalam membuat keputusan trading kamu. Berikut 5 Indikator Teknikal yang wajib sekali kalian ketahui !
RSI adalah indikator momentum yang biasa digunakan oleh para trader untuk menentukan kekuatan perubahan harga di pasar. Penggunaan RSI yang paling mendasar adalah sebagai indikator jenuh beli (overbought) dan jenuh jual (oversold). RSI bergerak dari rentang 0-100, ketika RSI bergerak diatas rentang 70, saham akan dianggap overbought dan kemungkinan mengalami penurunan, sebaliknya ketika RSI bergerak dibawah rentang 30, saham akan dianggap oversold atau undervalued ini umumnya berarti saham telah turun dan kemungkinan akan berbalik arah menuju pergerakan positif. Asumsi ini dapat juga berbahaya karena dalam kenyataannya elastisitas pergerakan harga tidak bisa diukur dengan pasti, jadi biasanya para trader menunggu indikator naik diatas 70 dan kemudian turun kebawah sebelum menjual saham, atau turun dibawah 30 dan kemudian naik keatas sebelum membeli saham. Berikut contoh penggunaan RSI pada saham ACES pada timeframe 1 hari.
Indikator ini memiliki kesamaan dengan RSI yaitu menentukan apakah pasar sudah jenuh beli(overbought) atau jenuh jual(oversold), indikator ini didasarkan pada asumsi bahwa harga penutupan harus ditutup mendekati arah yang sama dengan tren saat ini artinya jika trend atau harga sedang naik maka harga akan cenderung ditutup dekat dengan harga tertinggi dalam range begitupun sebaliknya saat tren sedang turun. Sama seperti RSI, nilai stochastic bergerak dalam rentang 0-100, bedanya kondisi overbought terjadi saat stochastic di atas 80 dengan kemungkinan harga akan turun, dan oversold saat stochastic di bawah 20 dengan kemungkinan harga akan naik. Terdapat 2 garis pada indikator ini, namun untuk penjelasan lebih lengkap tidak akan dipaparkan karena terlalu panjang, namun 2 garis ini dapat memberikan sinyal yang kuat yaitu, ketika garis berwarna biru berada diatas garis berwarna merah maka sinyal kenaikkan harga menjadi kuat, begitupula sebaliknya. RSI akan lebih akurat jika diterapkan pada kondisi pasar yang sedang trending dibandingkan stochastic sedangkan stochastic akan lebih akurat untuk kondisi pasar yang sideways. Berikut contoh penggunaan Stochastic Oscillator pada saham ACES pada timeframe 1 hari.
Moving Average Convergence Divergence (MACD) digunakan untuk memprediksi peralihan tren dan perubahan momentum. Pada MACD terdapat oscilator yang terbagi menjadi 2 yaitu diatas dan dibawah angka nol, serta sebuah histogram(garis berwarna merah pada gambar dan 2 buah garis yang disebut garis MACD(warna biru) dan garis sinyal(warna merah) yang bergerak lebih lambat. Garis MACD terbentuk dari pengurangan moving average 26 (pergerakan rata-rata selama 26 hari) dengan moving average 12 (pergerakan rata-rata selama 12 hari), sedangkan garis sinyal terbentuk dari moving average 9 (pergerakan rata-rata selama 9 hari) pada garis MACD itu sendiri. Cara paling mendasar membaca MACD adalah saat garis MACD memotong keatas garis sinyal ini biasanya disebut golden cross yang merupakan sinyal beli dan harga biasanya cenderung naik, sedangkan saat garis MACD memotong kebawah garis sinyal ini biasanya disebut dead cross yang merupakan sinyal jual dan harga cenderung turun atau bisa juga jika garis MACD berada diatas nol untuk jangka waktu yang berkelanjutan, saham akan cenderung naik, begitu juga sebaliknya jika garis MACD berada dibawah nol. Perubahan harga tidak selalu terjadi begitu saja ketika sinyal ini muncul, terkadang terdapat sinyal palsu, dan ini memerlukan pengalaman yang lebih lanjut. Untuk cara yang lebih lanjut dalam membaca MACD silahkan cari link yang khusus membahas satu topik ini saja, karena terlalu panjang jika di paparkan. Berikut contoh penggunaan MACD pada saham ASII pada timeframe 1 hari.
Moving average atau sering disingkat sebagai MA, adalah harga rata-rata saham selama periode waktu yang telah ditentukan kemudian dihubungan dengan sebuah garis, pergerakan time frame moving average dapat disesuaikan secara bebas sesuai kebutuhan trader. Periode waktu yang paling umum digunakan dalam moving average adalah MA 15(3 minggu), MA 20(1 bulan), MA 30(1 bulan 2 minggu), MA 50(2 bulan 2 minggu), MA 100(5 bulan) dan MA 200(10 bulan), semakin pendek rentang waktu yang digunakan, semakin sensitif pula terhadap perubahan harga, semakin lama rentang waktunya, semakin tidak sensitif rata-ratanya. Moving average yang pendek lebih cocok untuk trading jangka pendek, sedangkan moving average yang panjang lebih cocok untuk investasi jangka panjang.
Moving average dengan time frame yang berbeda dapat digunakan secara bersamaan untuk memberikan sinyal jual atau beli yang lebih akurat ketimbang satu moving average . Singkatnya, pada contoh saya memakai MA 20 dan MA 50, ketika MA 20 berpotongan dibawah MA 50 maka harga akan cenderung mengalami penurunan, sebaliknya ketika MA 20 berpotongan diatas MA 50 maka harga akan cenderung mengalami kenaikkan. Tidak ada time frame yang tepat untuk digunakan saat mengatur moving average, sesuaikan lah dengan kebutuhan trading kamu, dan sesuai pengalaman serta lakukan ekperimen kamu sendiri sampai mendapatkan formula yang pas untuk kamu. Untuk penjelasan lebih lengkap carilah topik yang khusus membahas moving average. Berikut contoh penggunaan MA 20 dan MA 50 pada saham BBRI pada timeframe 1 hari
Bollinger bands biasa dipakai untuk menentukan apakah suatu saham diperdagangkan dalam kondisi jenuh beli atau jenuh jual serta memberikan sinyal beli atau jual kepada traders. Bollinger bands memiliki tiga garis tren yaitu Simple moving average (SMA) atau middle band, Upper band dan Lower band. Bollinger ditentukan oleh serangkaian garis tren yang dirancang oleh dua buah standar deviasi(positif dan negatif) berdasarkan Simple moving average (SMA) dari harga pasar, SMA yang paling umum digunakan adalah periode 20 hari dan 2 standar deviasi. Upper band juga dapat dijadikan sebagai resistance sedangkan lower band dapat dijadikan sebagai support.
Cara sederhana untuk membaca bollinger bands adalah, semakin dekat nilai saham pada upper band, maka sinyal jual semakin kuat, sedangkan semakin dekat nilai saham pada lower band, maka sinyal beli semakin kuat, dan middle band sebagai pemberi sinyal apakah saham tersebut akan sideways,uptrend ataupun downtrend. Seperti contoh saham ASII dibawah ini, ketika harga sudah menyentuh upper band maka seketika saham tersebut mengalami penurunan secara signifikan, dan ketika saham tersebut menyentuh lower band, seketika saham tersebut mengalami kenaikkan secara signifikan, namun terdapat beberapa kondisi harga saham hanya mencapai middle band, namun harga cenderung akan berada pada batasan bollinger band tersebut.
Tanpa belajar analisis teknikal, para investor ataupun traders pada dasarnya akan buta, bergerak dengan insting dan layaknya berjudi dengan uang mereka. Untuk para investor perlu diimbangi juga dengan analisis fundamental agar probabilitas keuntungan semakin tingga. Sekali lagi, tidak ada satu pun indikator atau kelompok indikator yang akan selalu memberikan hasil yang akurat 100%. Semoga info ini dapat bermanfaat untuk kalian semua.
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan