Kampung adat primitif Bampalola, Alor Barat Laut, Alor, Nusa Tenggara Timur.

Di Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Alor, Kecamatan Alor Baral Laut terdapat sebuah desa bernama Bampalola. Nama desa ini berarti pemali. Yang dimaksudkan dengan pemali adalah adat-adat yang masih dijaga dan terus terpelihara dan tidak boleh dilanggar, apabila dilanggar maka akan mendatangkan musibah tersendiri bagi yang melanggar. Adapun patangan tersebut adalah menjaga diri agar tidak mengucapkan kata-kata dengan sembarangan saat berada di desa lama Kampung Bampalola. Namun jangan khawatir masyarakatnya sangat ramah dan terbuka dengan semua pengunjung. Pengunjung  akan merasa diterima dengan baik sebagai bagian dari keluarga.

Desa ini terbagi menjadi dua wilayah. Kampung lama dan baru. Jarak kedua wilayah ini cukup jauh. Kita dapat menggunakan mobil dan motor untuk sampai pada wilayah desa kampung baru, namun untuk sampai ke desa kampung lama harus berjalan kaki dengan medan yang cukup menantang sepanjang perjalanan karena area pinggirnya jurang yang cukup dalam. ( sangat cocok bagi wisatawan yang suka hiking / sport tourism dan culture tourism).  Tempat tinggal masyarakat kampung lama Desa Bampalola masih primitif. Semua rumah terbuat dari kayu sebagai tiangnya, anyaman bambu sebagai dindingnya dan atap dari tanaman alang-alang kering. Rumah adat ini berdiri bergugusan secara khusus tersendiri diatas Bukit Tulagadong dan dikelilingi jurang. Umumnya masyarakat desa ini berpencaharian petani. Namun ada juga yang berternak, usaha warung sembako kecil-kecilan, tukang kayu, tenun ikat dan lain sebagainya.

Sejaranya pada zaman dahulu ada seorang moyang Bangpalolmo yang berburu dari daerah maebang sampai ke tulagadong. Disana ia menemukan tiang rumah adat pertama denga ukiran Ali Ob. Dari tiang tersebut kemudian dicari tambahan  tiga tiang lainnya dan didirikan rumah, diberi nama Laktuil yang kemudian berkembang menjadi perkampungan tradisional. Kegiatan makan baru padi dilakukan pertama kali oleh Moyang Bangpalolmo, dia merupakan keturunan ke 27 dari Raja Tanah. Selanjutnya di masa moyang Tang Pen yang merupakan keturunan ke 47 terjadi musibah kelaparan. Di suatu malam putri semata wayangnya, Loin Tang bermimpi bahwa dia harus dikorbankan sebagai tumbal kemaslahatan banyak orang. Walaupun dengan berat hati ayahnya akhirnya mengorbankan sang anak. Ia dipakaikan pakaian yang cantik dan dipakaikan mahkota janur, didudukan di atas mesbah dan dicincang. Potongan-potongan tubuhnya dihamburkan di ladang. Tujuh hari kemudian maka tumbuhlah berbagai macam tanaman di ladang sampai saat ini.

Salah satu acara adat yang cukup terkenal dan menarik banyak wisatawan adalah acara makan baru padi ( Ala Baloe ). Acara ini merupakan acara ritual mencakup  persiapan ritual makan baru padi dari persiapan tanam, penanaman, pungut hasil, musyawara ritual makan baru, upacara adat makan baru. Ritual dilakukan oleh utusan dari 5 suku ( suku raja/ afen lelang, suku kapitan/ lamuil lelang, suku marang/ alemate dan foebe, suku kafin lelang, dan suku mor lelang) yang berbalas-balasan menggunakan bahasa daerah. Sampai pada acara ramalan tanam dan hasil tahun depan. Acara ini selalu diakhiri dengan lego-lego sampai pagi.  Waktu perayaan ritual adat makan baru padi ini, Bupati dan semua hadirin akan disambut dengan baik oleh masyarakat desa. Di jemput di depan kampung dengan tarian cakalele dan lego-lego yang indah dan menarik hati. Pada waktu ini semua masyarakat dari 10 kampung ( 7 dari Pulau Pura dan 3 dari Alor ) akan berkumpul dan mengenakan pakaian adat. Ada lagi hal unik yang membuat penulis terkesima ketika mengunjungi Kampung bampalola ini. Bahwasannya semua pengunjung ketika masuk ke dalam sebuah rumah adat harus mencicipi sajian makanan yang telah disiapkan oleh tuan rumah tidak boleh ditolak. Apabila pengunjung memasuki 5 rumah adat maka pengujung harus juga mencicipi makanan yang disediakan oleh setiap rumah.

Dari hasil yang dibawah anak dua hasil yang wajib dibawa dan diserahkan di awal ritual yaitu tebu dan pinang. Tebuh ini malambangkan kekuatan dan beroqah sedangkan piangkan untuk meramalkan hasil panen tahun depan.  Dan dalam memasak nasi baru, ibu-ibu harus menjaga agar buih dari nasi yang dimasak secara tradisional ini harus tumpah merata ke segala arah jika tidak maka hasil panen tahun depan pun tidak merata. Dan ramalan selanjutnya dari letak buah pinang saat di belah dan dijatuhkan.

Sekian yang bisa penulis bagikan buat Sobat Medcom. Happy membaca. Jangan lupa berkunjung ke kampung tradisional Bampalola.

  383 Views    Likes  

Inovasi kurikulum merdeka untuk membangun pendidikan berkualitas di era digital

previous post

Menjadi Raksasa di Udara, Yuk Ketahui Lebih Banyak Fakta Tentang Pesawat Terbang
Inovasi kurikulum merdeka untuk membangun pendidikan berkualitas di era digital

next post

Inovasi kurikulum merdeka untuk membangun pendidikan berkualitas di era digital

related posts