Hallo Sobat OSC! Kembali lagi di artikel Dini. Jadi, masih inget kan kemarin kita membahas soal tahapan-tahapan untuk mengikuti kampus mengajar angkatan 2. Kalau ada yang lupa, boleh baca artikel sebelumnya nihJ Nah, artikel kali ini akan Dini isi dengan kisah sekolah sasaran di mana aku di tempatkan. Yuk simak selengkapnya!
Aku dan tim ku yang berjumlah 6 mahasiswa di tempatkan di SD Negeri 2 Tempuran Kec. Trimurjo, Lampung Tengah. Bayangan-bayangan asyik bahwa kita akan mengabdi bersama teman-teman baru yang berasal dari beberapa universitas sudah muncul. Ada 2 orang yang dari Universitas Islam Lampung (UNILA), kemudian Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, dan terakhir, aku sendiri dari Universitas Islam Malang.
Namun, bayangan itu harus sirna seketika karena salah satu tim kami mengundurkan diri. Kami juga sempat berputus asa, terlebih teman ku yang mengundurkan diri ini rumahnya nggak jauh dari rumah ku. Ya, kami bahkan sempat berencana untuk berangkat bersama setiap hari ke sekolah sasaran. Tak banyak yang tahu alasannya apa, kami pun tak bisa memaksakan kehendaknya. Kemudian tim kami tinggal berlima. Lalu masalah lain datang, karena jarak sekolah sasaran dengan rumah teman-teman sangat jauh, ya sekitar 3 jam dan bahkan ada yang masih berdomisili di Yogyakarta, mereka memutuskan untuk mengajukan sekolah sasaran ke Dinas Pendidikan.
Didampingi oleh DPL kami, akhirnya pengajuan pindah sekolah tersebut disetujui dengan beberapa pertimbangan, antara lain sekolah yang diajukan tersebut memenuhi kriteria dari panitia kampus mengajar angkatan 2, yaitu akreditasinya masih B atau C (Khusus untuk SD) dan jarak tempuh dari rumah ke sekolah sasaran lebih dari 40 km. Lalu, bagaimana dengan aku? Apakah aku juga mengajukan pindah sekolah? Sedangkan jarak antara rumah ku dengan sekolah sasaran hanya sekitar 13 km dan memerlukan waktu paling lama sekitar 1 jam. Apakah aku tetap akan berada di sekolah sasaran tanpa mereka?
Jujur, sebenarnya karena persetujuan tersebut membuat aku makin bingung apakah aku bisa melewati tugas ini sendirian di SD Negeri 2 Tempuran, tanpa tim. Tapi, di sisi lain aku juga ikut bersyukur bahwa mereka bisa lebih dekat dari lokasi sekolah sasaran yang diajukan. Dan artinya akan semakin banyak sekolah yang bisa dibantu oleh kegiatan kampus mengajar angkatan 2. Akhirnya, dengan segala pertimbangan, dukungan dari teman-teman dan DPL, aku tetap akan mengabdi di sekolah itu. Kami memang tak mengabdi di sekolah sasaran yang sama, tetapi DPL kami masih sama dan bahkan segala penugasan di aplikasi MBKM juga kami diskusikan bersama. Selain itu, kami masih terus berkomunikasi hingga sekarang karena program ini akan jauh lebih bermakna jika dilalui bersama.
Mulai lah aku melakukan adaptasi dengan sekolah sasaran. Aku harus melewati jalan yang lumayan berlubang dan daerah persawahan untuk sampai di sekolah sasaran. Namun, semuanya terbayar lunas, guru-guru di sana bisa menerima kedatanganku dengan baik. Aku juga bertemu dan ngobrol dengan Kepala Sekolah SD Negeri 2 Tempuran. Beliau menjelaskan pembelajaran di sekolah saat ini secara daring dan luring. Kelas rendah belajar secara luring karena masih sangat membutuhkan pendampingan belajar dan masih semangat-semangatnya untuk pergi ke sekolah. Sementara itu, kelas tinggi belajar daring secara penuh melalui aplikasi WA. Sekolah ini sama sekali belum pernah melakukan pembelajaran secara virtual dengan aplikasi zoom. Oleh karena itu, Sobat OSC perlu menyusun program kerja yang akan dilaksanakan selama satu semester dalam laporan awal yang diunggah selama satu minggu setelah observasi di sekolah sasaran.
Sangat disayangkan karena sebenarnya fasilitas sarana dan prasarana di SD Negeri 2 Tempuran sudah baik. Terdapat gedung perpustakaan yang layak dan gedung UKS yang lengkap, ada dapur, WC guru, dan ruangan computer. Selain itu, ruang kelas, ruang guru, dan halaman sekolahnya juga sudah layak. Namun, karena sudah lama tidak digunakan selayaknya sekolah sebelum masa pandemi, semua ruangan jadi kurang terawat. Dari sini, aku juga bertanya-tanya kapan usainya pandemi, agar sekolah terus berseri?
Sobat OSC perlu membantu dalam pembelajaran, adaptasi teknologi, dan administrasi sekolah agar jika kita sudah selesai masa mengabdinya, sekolah tersebut mengalami kemajuan. Upayakan ketika membantu guru mengajar di kelas, Sobat OSC bisa pindah-pindah kelas ya, tidak hanya menetap di satu kelas saja. Saat aku membantu guru mengajar di kelas 2 secara luring, mereka belum terbiasa untuk memakai masker. Oleh karena itu, Sobat OSC perlu menerapkan pembiasaan tersebut kepada anak-anak dengan edukasi-edukasi protokol kesehatan COVID-19.
Kami belajar membaca, menulis, menyanyi bersama di kelas. Oiya, untuk menyemarakkan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI kemarin, aku mengadakan lomba menyanyi (Kelas rendah) dan lomba membaca teks proklamasi (Kelas tinggi) secara virtual melalui video di WAG. Tapi, tetap seru kok, karena semuanya bisa saling tahu gimana ekspresi teman-teman yang lain.
Sebagai penutup, Sobat OSC bakal terharu ketika anak-anak didik memanggil kita dengan panggilan “Ibu guru”. Sementara itu, untuk kelas 6 aku bahasakan untuk memanggil “Kakak” agar hubungan kita lebih dekat. Sampai sini dulu ya Sobat OSC kisah Dini mengajar di SD Negeri 2 Tempuran. Tunggu kisah selanjutnya ya, sampai jumpa...
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan