Sobat OSC, tahu gak sih kalau ternyata ada beberapa kebiasaan yang sering kita anggap remeh yang jika dibiarkan itu malah akan merugikan diri kita. Atau terkadang kita sadar akan kebiasaan tersebut sudah termasuk toxic, tapi sayangnya tidak ada usaha untuk merubahnya, baik itu dari diri kita sendiri yang tidak ingin berusaha untuk berubah, ataupun dari lingkungan pertemanan kita yang entah kita sadari atau tidak malah menghambat proses bertumbuh.
Perlu diketahui bahwa kita adalah dengan siapa kita bergaul. Dan support sistem jelas amat sangat berpengaruh terhadap proses kita bertumbuh. Namun semua perubahan yang terjadi itu harusnya selalu dimulai dari satu langkah atau tindakan kecil dari diri kita sendiri. Kuncinya adalah langkah nyata yang konsisten, bukan hal besar tetapi hanya angan-angan. Karena pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan yang diselesaikan. Serta target dan goal paling sukses adalah yang berusaha untuk dicapai, bukan sekedar ditulis atau dipikirkan. Dan pada akhirnya, inspirasi dan motivasi akan datang dari mana saja, baik dari eksternal lingkungan dan pergaulan maupun internal diri kita. Dan pastinya starting point dan kecenderungan kita pun berbeda-beda. Namun justru bagian penting dan yang paling sulit untuk berubah dalam perubahan itu adalah ‘persistence’.
Berkaitan dengan ini, daripada kita terus melihat ke orang lain, membuat alasan dan berlindung dibalik kata ‘Toxic Society’ atau ‘Toxic Relatioship’, bukankah akan jauh lebih produktif jika kita melihat apa yang benar-benar ada dalam kontrol kita. Mulai dari apa yang kita pikirkan, apa yang kita baca, bagaimana respon yang kita berikan, gaya hidup kita, termasuk habit atau kebiasaan kita.
Untuk itu, dalam artikel kali ini akan dibahas mengenai kebiasaan toxic yang harus kita sadari dan jauhi mulai dari saat ini!
Procrastination (Suka menunda)
Terdengar sederhana, namun ditengah semua kemudahan, kecepatan informasi dan banyaknya disttraksi yang menggangu fokus kita sekarang, kebiasaan menunda ini benar-benar tantangan khususnya untuk kita anak muda. Pola pikir procrastination seperti “masih ada waktu besok, kenapa harus dikerjakan hari ini”, tanpa sadar akan membuat kita sering menggampangkan sesuatu, menyepelekan dan menunda pekerjaan untuk diselesaikan. Perlu dipahami dan diingat selalu bahwa ‘sesuatu yang ditunda, akan cenderung ditinggalkan’. Maka sama halnya dengan habit atau kebiasaan. Jangan salahkan kalau orang lain sudah berada di suatu titik tertentu sedangkan kita masih disini-sini saja, kalau ternyata kita pun masih sering menunda-nunda sesuatu untuk dikerjakan. Saat hal itu penting, krusial, sejalan dengan target dan goal, apalagi berdampak maka mulai kerjakan dari sekarang. Karena pada akhirnya juga rasa malas, takut, khawatir, bingung, itu semua akan selalu menjadi tantangan. Tapi bukannya tantangan itu ada untuk dihadapi, bukan dihindari?
People Pleaser (Selalu Ingin Membuat Orang Lain Senang)
Salah satu ‘skill’ yang penting untuk dimiliki di zaman sekarang ini ialah berani untuk berkata tidak pada hal yang tidak pada sesuatu yang tidak sesuai dengan target, goal, dan fokus kita. Perlu diingat bahwa tidak semua hal bisa kita penuhi, dan kita juga tidak akan mampu membuat semua orang bahagia dan senang. Kita harus lebih berani menyaring dan mampu membedakan mana yang penting dan mendesak. Saat kita berani mnegatakan tidak pada sesuatu yang tidak penting dan tidak berpengaruh dalma hidup kita, itu akan membuat kita jadi punya lebih banyak waktu dan fokus dalam mengerjakan sesuatu yang memang menjadi target atau bahkan yang kita senangi.
Boros
Ini adalah salah satu kebiasaan yang sangat toxic apalagi untuk anak muda di era sosmed saat ini. Seringkali kita membeli sesuatu bukan karena butuh, melainkan karena ingin. Lebih parahnya lagi, sekarang kita hidup di zaman informasi bisa beredar sedemikian cepat bahkan lewat cara-cara yang tidak kita sadari. Kita dengan mudah mendapatkan informasi marketing lewat sosial media atau iklan-iklan yang muncul saat kita sedang berselancar di internet. Bahkan dalam berbagai macam konten yang kita nikmati, sudah banyak soft selling yang dimasukkan. Well, harus diakui memang kita hidup dizaman seperti ini dan mau tidak au kita harus menerima realitas yang terjadi. Untuk itu, selalu perhitungkan dahulu berkali-kali, bener tidak ya ini yang kita butuhkan. Usahakan untuk lebih wise dalam membeli barang atau mengelola keuangan kita, dan selalu men screening mana barang atau keperluan yang kita butuhkan dan mana yang kita inginkan.
Semua kebiasaan toxic tersebut seharusnya dan sebaiknya berada dalam kontrol kita. Karena saat kebiasaan-kebiasaan tersebut kita jauhi, otomatis frekuensi pertemanan, lingkungan dan sirkelnya pun cepat atau lambat akan berganti dengan sendirinya. Tanpa terkecuali bagi author, artikel ini pun juga dibuat sebagai pengingat bagi diri sendiri pribadi. Semoga artikel kali ini bermanfaat!
Thank u for reading! See u!
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan