Kesenian dan Kebudayaan Lampung (part 2)

Halo, Sobat OSC !!!!, Apa kabar ??? Semoga baik-baik saja ya...

Nah, pada kesempatan kali ini, aku akan melanjutkan penjelasan mengenai kesenian dan kebudayaan daerah Lampung dari part sebelumnya, loh, penasaran apa kelanjutannya. Mari simak penjelasan berikut.

Cerita Rakyat

Budaya lisan merupakan pilar istimewa dari budaya Lampung. Melalui tradisi bertutur inilah, proses memindahkan nilai-nilai dan norma terjadi. Cerita rakyat mempunyai nilai-nilai sosial budaya serta spiritual yang terkandung dalam budaya masyarakat Lampung. Cerita rakyat juga memperkenalkan keragaman seni budaya serta promosi kepariwisataan yang ada di daerah Lampung. Berikut adalah contoh judul dari cerita rakyat di Lampung, yaitu :

Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat Ompung Silamponga Sultan Domas Asal Usul Sukadana Asal Usul Danau Ranau Sumur Bandung Buaya Perompak Kisal Telu Pak

 

Pakaian Adat Tradisional

Provinsi Lampung dikenal sebagai daerah penghasil kain tapis, yaitu kain tenun yang disulam dengan benang emas. Dari kain tapis ini, biasanya tercipta pakaian adat Lampung yang sangat indah. Pada saat upacara adat di Lampung, misalkan acara perkawinan, kain tapis yang dipenuhi dengan sulaman benang emas dan bermotif yang sangat indah adalah bagian dari kelengkapan busana adat daerah Lampung.

Untuk pakaian adat sehari-hari, laki-laki Lampung akan mengikat kepalanya dengan menggunakan kikat yang terbuat dari kain batik. Jika di kenakan dalam kerapatan adat akan dipadukan dengan pakaian teluk belanga serta kain. Jika digunakan untuk mengiringi pengantin akan dikenakan kekat akkin (semacam destar yang pada bagian tepinya dihias dengan bunga-bunga yang terbuat dari benang emas dan pada bagian tengah berhiaskan siger). Pada salah satu sudutnya terdapat sulaman benang emas yang berupa bunga tanjung atau bunga cengkeh.

Untuk pakaian sehari-hari wanita Lampung mengenakan kanduk/ kakambut yaitu berupa kudung untuk penutup kepala dengan cara dililitkan. Bahan kanduk atau kakambut ini terbuat dari kain halus tipis atau dari bahan sutera. Lawai kurung di pakai sebagai penutup badan dan bentuknya seperti baju kurung. Pakaian ini dibuat menggunakan bahan tipis ataupun kain sutra dan pada bagian tepi muka dan bagian lengan umumnya dihiasi dengan rajutan renda yang halus.

Jika digunakan untuk menghadiri acara upacara adat, seperti saat upacara perkawinan kaum wanita, baik untuk gadis ataupun yang sudah menikah akan menyanggul rambutnya (belatung buwok). Cara menyanggul rambut model belatung buwok ini dibutuhkan rambut tambahan untuk melilit rambut asli dengan memakai bantuan rajutan benang berwarna hitam halus. Selanjutnya rajutan tadi ditusuk dengan menggunakan bunga kawat yang bisa bergerak-gerak atau disebut dengan kembang goyang.

Makanan Khas

Tidak hanya seni dan kebudayaan khas yang ada di daerah Lampung. Lampung juga mempunyai bermacam-macam makanan khas, yang tentunya tak diragukan lagi kenikmatanya. Contohnya saja Seruit makanan khas provinsi lampung yang terbuat dari ikan yang digoreng atau dibakar kemudian dicampur sembel khas daerah lampung (sambel terasi), tempoyak (olahan durian) atau mangga dan ditambahkan lagi dengan lalapan. Ikan yang diolah tentunya ikan pilihan yang mempunyai kwalitas terbaik. Jenis ikan yang digunakan untuk membuat Seruit biasanya adalah jenis ikan sungai seperti ikan belide, ikan baung, dan ikan layis.

Sedangkan minumannya adalah Serbat. Yaitu minuman yang terbuat dari olahan buah mangga kweni yang di serut kecil-kecil berbentuk panjang kemudian di campur dengan air gula, susu kental dan es. Selain itu juga terdapat makanan khas lampung lainya seperti sambel lampung, lemdok (dodol), keripik pisang kepok, kerupuk kemplang dan manisan yang dapat dijumpai di toko-toko makanan dan oleh-oleh khas Lampung.

 

Diatas adalah penjelasan bagian 2 dari kesenian dan kebudayaan Lampung yang sudah sepatutnya kita untuk bisa sedikit mengetahuinya. Selain dari penjelasan diatas, pastinya masih banyak kesenian dan kebudayaan Lampung yang masih belum terekspos.

Sumber : Pengetahuan Umum-Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai (2013)