Elizabeth Murray lahir di daerah Bronx, kota New York, Amerika Serikat pada tanggal 23 September 1980 dari ayah dan ibu yang pecandu narkoba. Beliau adalah putri kedua dari dua bersaudara. Selama hidupnya orangtua Liz (sapaan akrab Elizabeth Murray) tidak pernah memiliki rumah sendiri, keluarga mereka selalu mengontrak ruangan rusun sempit, orangtua Liz keduanya sama-sama mengidap HIV/AIDS.
Liz menjadi tunawisma ketika beliau berusia 15 tahun, pada waktu itu sang ibunda meninggal dunia, dan ayah beliau pindah ke pusat penampungan tunawisma. Liz terpaksa putus sekolah selulus SMP, beliau sekitar 2 tahun tidak sekolah dan menjadi tukang cuci piring untuk menyambung hidup, beliau biasa beristirahat di stasiun kereta bawah tanah kota New York (New York Subway Station). Meski menjadi tunawisma dan telah 2 tahun putus sekolah, beliau tetap tak patah arang akan pendidikannya.
Di usia 17 tahun, Liz memulai kembali pendidikan SMA-nya di sebuah sekolah khusus bernama Humanities Preparatory Academy di daerah Chelsea, Manhattan, kota New York. Dari masa normal pendidikan SMA di Amerika Serikat yang berlangsung selama 4 tahun, beliau menamatkan masa SMA-nya hanya dalam waktu 2 tahun. (Nanti saya akan membahas lebih lanjut mengenai masa SMA di Amerika Serikat). Selama 2 tahun itu beliau tetap tunawisma, pergi ke sekolah di pagi-sore hari, bekerja di malam hari, setelah itu tidur, dan mengerjakan PR di akhir pekan,beliau juga sering curi-curi waktu belajar saat sedang bekerja paruh waktu. Liz benar-benar luar biasa, Beliau meraih peringkat pertama seangkatannya dan mendapat kesempatan untuk melakukan studi wisata gratis ke kota Boston, negara bagian Massachussets. Liz mengunjungi Harvard, ia merasa sangat ingin masuk kesana namun dirinya juga merasa sedikit insecure (rendah diri), ia merasa kurang pantas belajar disana, namun gurunya memotivasinya bahwa “Belajar di Harvard bukanlah hal yang mustahil”, Liz pun semakin bersemangat untuk bisa masuk Universitas Harvard.
Liz melamar beasiswa dari New York Times yakni New York Times Scholarship dan akhirnya Liz berhasil mendapatkan beasiswa bergengsi tersebut. Liz melanjutkan studi sarjana di Universitas Harvard, dengan mengambil jurusan Psikologi. Ia menempuh jenjang master di Universitas Columbia, karena waktu itu ayah Liz sakit, sehingga Liz harus merawatnya sembari kuliah, itulah alasan Liz memilih melanjutkan studi master di Universitas Columbia.
Liz berkarir sebagai pendiri sekaligus direktur dari Manifest Living dan juga motivator yang sukses. Film tentangnya yang berjudul “Homeless To Harvard: The Liz Murray Story” yang dirilis di tahun 2003 sukses, serta memoar tentangnya yang berjudul “Breaking Nights” menjadi best seller di New York Times (AS) serta Sunday Times (Inggris) pada tahun 2010. Pada tanggal 19 Mei 2013, beliau dianugerahi gelar Doktor Kehormatan di bidang Pelayanan Publik serta juga memberikan pidato di Merrimack College, North Andover, Massachusetts. Kini beliau sangat sukses dan bahagia
Demikianlah kisah hidup Elizabeth Murray, setelah mendengar cerita beliau hendaknya kita semakin bersyukur dan semakin bersemangat dalam menggapai harapan kita. Amin.
Hai para manusia kuat dimanapun kalian berada tetap semangat ya!
" Don't let insecurities limits your dream, you are better than what you've thinking about yourself "
Surabaya, 29 Juni 2020
Titus Ogie Gazarda Ananta
IG: https://www.instagram.com/titusogie
YouTube: https://www.youtube.com/c/TitusOgie
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan