Hallo Sobat OSC! Di artikel kali ini, kita masih lanjut membahas tentang "Kopi". Nah, kalo kemarin saya sudah merekomendasikan kopi-kopi Lampung terbaik, kali ini saya akan memberikan informasi dan juga ulasan salah satu produk kopi favorit saya.
"Kopi Klangenan" Ya! Itulah merek kopi yang berhasil memikat saya karena tekstur gilingan dan tentu cita rasanya. Sebelum kita masuk pada bagian ulasannya, tidak afdal rasanya kalau kita tidak tahu filosofi merek kopi Klangenannya sendiri.
Filosofi Kopi Klangenan
Rianto Pamungkas yang kerap disapa Pak Anto merupakan seorang "Pujakusuma" atau Pemuda Jawa kelahiran Sumatera. Beliau adalah pengusaha sekaligus pencetus merek kopi Klangenan. Pria kurus ini merupakan kelahiran Pringombo, 15 April 1980.
Mengutip berita dari Jejamo.com Bandar Lampung, Pak Anto bercerita pengalaman menjual kopi Klangenannya. Pada awal 2000, setelah lulus dari STM, beliau pergi merantau ke Tulangbawang, tepatnya di Rawajitu Timur (Dipasena). Di sana, beliau sempat membuka stan buku. Kemudian Pak Anto memiliki ide berjualan kopi karena menganggap akan laku bila dijual di Dipasena.
Tekadnya bulat. Mulailah membuka usaha kopi dengan modal awal cincin 4 gram yang diberikan oleh ibunya. Pada awal 2001, Pak Anto memulai usaha kopi di Dipasena. Usahanya berjalan bagus. Akhirnya, pada tahun 2003, beliau pulang ke kediaman orang tuanya di Pringumpul, Pringsewu, untuk melanjutkan kembali usahanya.
“Klangenan” adalah merek usaha kopi miliknya. Ketika itu Pak Anto menjadi salah satu panitia di sebuah acara tetangganya. Beliau mendengarkan obrolan asyik dari beberapa temannya yang membicarakan tentang warung makanan yang paling enak. Semua teman memberikan argumen hingga ada salah seorang yang berkata “Sebenernya panganan kalo ngelangeni pasti dicari orang.”
Itulah asal mula Pak Anto terinspirasi dari kata “Ngelangeni” dengan kata dasar “Klangenan” yang memiliki arti ketagihan. Beliau berharap, nama “Klangenan” bisa membuat setiap orang yang meminum kopinya ketagihan dan pengen lagi.
Meskipun demikian, Pak Anto tidak menanam sendiri biji kopinya. Pernyataan tersebut dilontarkan beliau pada salah satu tayangan video Youtube milik Kak Hendri OB. Beliau membeli dari hasil panen para petani kopi melalui pengumpul yang banyak ditemui di daerah Tanggamus.
Biji kopi tersebut lalu disangrai hingga matang menggunakan mesin selama kurang lebih 3 jam. Selanjutnya, biji kopi masih harus disangrai kembali secara tradisional menggunakan tungku yang dibakar dengan kayu (kayu berasal dari limbah karet) selama 2 jam. Biji kopi yang telah matang baru lah digiling hingga halus menggunakan mesin penggiling kopi. Proses selanjutnya adalah pengepakan atau pengemasan.
Kopi Klangenan terdiri dari tiga kemasan, mulai dari kemasan kecil yang dijual dari pabriknya langsung senilai 1.000,00, kemasan sedang dengan harga 3.000,00, hingga kemasan besar dengan harga 6.000,00. Wah, murah banget ya Sobat OSC! Harga kopi Klangenan memang jauh lebih terjangkau dari kopi yang lain. Sesuai dengan tujuan marketnya, kopi Klangenan ini menyusuri masyarakat menengah ke bawah. Tapi jangan khawatir ya Sobat OSC, untuk rasa kopi Klangenan sendiri juga tidak kalah kok dari kopi-kopi Lampung lainnya.
Pak Anto mengaku tidak takut dengan pesaing bisnis kopi lainnya karena kuncinya adalah konsisten. Beliau mengatakan bahwa "Lebih baik menguasai satu bisnis daripada banyak bisnis, tapi tidak ada hasilnya".
Beliau memiliki cita-cita untuk mengembangkan usaha kopinya di berbagai provinsi.
Pak Anto juga berharap agar anak-anaknya kelak membuka pesantren Tahfidz Alquran. Siapa yang bersekolah di sana bisa gratis karena akan dibiayai sendiri oleh Pak Anto. Selain itu, beliau juga terinspirasi dari Dokter di Semarang (Dokter Oi), di mana menginginkan seorang anaknya kelak menjadi dokter spesialis. Tujuannya, siapa saja yang berobat, tidak perlu membayar.
Review Kopi Klangenan
Sobat OSC sekarang sudah tahu ya filosofi dari kopi "Klangenan". Ternyata begitu unik. Berikutnya, saya akan memberikan sedikit ulasan tentang kopi "Klangenan".
Pertama, dari segi kemasan. Menurut saya, kemasan depan kopi Klangenan ini cukup menggambarkan ciri khas daerahnya, yaitu terdapat gambar siger Lampung. Kemudian disusul dengan gambar kopi yang disajikan menggunakan cangkir dan lepek dengan uapnya yang mengepul (memberikan makna kesederhanaan masyarakat menengah ke bawah ketika menikmati kopi).
Kemasan juga dilengkapi dengan merek kopi, tanggal produksi dan tanggal kadaluwarsa, logo halal, nomor LPPOM, nomor izin dari DIN KES, nama dan tempat kopi ini diproduksi. Hanya saja, pada kemasan depan maupun kemasan belakang tidak dicantumkan komposisinya.
Sobat OSC hanya akan menemukan deskripsi produk dan saran penyajiannya. Berdasarkan proses pembuatan kopi Klangenan di channel youtube Hendra OB, saya juga tidak menemukan adanya bahan tambahan. Hanya biji kopi pilihan jenis Robusta asli Lampung saja yang digunakan.
Kedua, dari segi tekstur gilingan dan warna. Di antara kopi yang pernah saya coba, Kopi Klangenan memiliki tipe gilingan bubuk kopi yang paling halus sehingga tidak perlu waktu lama untuk menunggu bubuk kopinya turun ke bawah permukaan gelas atau cangkir.
Teksturnya seperti cokelat bubuk. Tekstur seperti inilah yang sekarang saya suka. Bahkan, gendisnya bisa saya makan sampai habis. Padahal, dulu saya suka dengan tekstur gilingan kopi kasar. Kalau kalian sukanya tekstur gilingan kopi kasar atau sama seperti saya?
Sementara untuk warnanya, kopi Klangenan tidak sepekat kopi hitam Lampung lainnya. Cenderung ke coklat muda, sama seperti warna bubuknya sebelum diseduh.
Ketiga, dari segi aroma. Aroma kopi Klangenan sangat kuat sehingga meskipun dari jarak yang tidak terlalu dekat, mudah bagi saya untuk menandainya. Kopi Klangenan memiliki aroma yang sama dengan minuman cokelat bubuk ketika diseduh.
Keempat dan yang paling penting adalah dari segi cita rasanya. Entah mengapa, yang ada di fikiran saya ketika sedang meminum kopi Klangenan berasa sedang meminum cokelat bubuk. Iya! Sobat OSC bisa merasakan adanya perpaduan antara biji kopi dengan biji cokelat (meskipun tidak ada kandungan lainnya yang jelas di dalamnya). Kopi ini juga tidak memiliki rasa yang cenderung pahit sehingga tidak perlu menambahkan banyak gula ke dalam kopi kalian.
Terakhir, dari segi harganya yang pasti sudah bisa ditebak. Meskipun harganya murah, tetapi kopi Klangenan terkenal dengan kualitasnya yang terjamin.
Harga kopi Klangenan di daerah saya, untuk kemasan paling kecil dijual seharga 1.500,00/kemasan. Apabila Sobat OSC membeli 4 kemasan kecilnya, maka hanya dikenakan harga 5.000,00. Lalu ada kemasan sedang yang dijual seharga 6.000,00. Sedangkan untuk kemasan yang paling besar bisa didapatkan dengan harga 8.000,00. Coba cek berapa harga kopi Klangenan di daerah kalian maisng-masing!
Setelah kita tahu filosofi dan juga ulasannya, Gimana? Sobat OSC tertarik tidak untuk mencoba kopi Klangenan ini? Selamat mencoba dan semoga bermanfaat! Sampai jumpa di artikel berikutnya.
Sumber Referensi:
Saputra, A. (19 November 2015). Jual Kopi “Klangenan” Modal Cincin 4 Gram, Anto di Lampung Raup Untung Lumayan. Jejamo.com. http://www.jejamo.com/jual-kopi-klangenan-modal-cincin-4-gram-anto-di-lampung-raup-untung-lumayan.html.
Ridwan, Muhammad. "PENGUSAHA KOPI KLANGENAN PRINGSEWU LAMPUNG (NUMPANG NGOPI). Youtube, diunggah oleh Hendri OB, 3 Februari 2020, https://www.youtube.com/watch?v=dPqFmB-lZ6E