Kalau kalian tertarik dengan mitologi Yunani kuno, kalian pasti sudah tak asing dengan kota Athena. Konon, nama kota Athena berasal dari kompetisi antara Dewi Athena dan Dewa Poseidon dalam memberikan nama yang akan menjadi pelindung bagi kota tersebut. Dewi Athena menghadiahkan pohon buah zaitun kepada penduduk sementara Dewa Poseidon memberikan mata air asin. Pemberian Dewi Athena yang lebih berharga tersebut pun akhirnya membuat nama Dewi Athena dijadikan sebagai nama kota kuno di Yunani ini.
Namun selain dikenal dengan julukan “Kota Para Dewa”, tahukah kalian bahwa sejarah mencatat Athena sebagai tempat dimana pemerintahan demokratis muncul pertama kali di dunia?
Athena, bersama Sparta, adalah kota-negara paling utama dalam sejarah Yunani. Orang-orang Athena telah menyingkirkan para raja dan tiran, menggulingkan kekuasaan para bangsawan, hingga menciptakan pemerintahan demokratis pertama di dunia ketika menjelang 500 SM. Ketika Perang Persia (499-479 SM) berakhir, sejarah Yunani selama setengah abad berpusat di Athena. Di masa itu, Athena adalah kota terpadat di antara kota-kota Yunani lainnya. Penduduk Athena sangat aktif dan berwibawa sebagai dampak dari keberhasilan mereka mengalahkan Persia. Bahkan Herodotus, salah satu sejarawan Yunani Kuno, menyebut penduduk Athena sebagai penyelamat Yunani dengan berkata, “Didampingi para dewa, mereka mengusir penyerbu”.
Athena memerintah dengan kekaisaran, namun mereka melakukannya dengan demokratis. Demokrasi adalah kontribusi Yunani, khususnya Athena, untuk peradaban manusia. Athena paham bagaimana ketidakadilan malah menjadi ‘norma’ bagi raja, tiran, ataupun aristokrasi yang memiliki hak istimewa. Karena itu, Athena mengusahakan setiap penduduk bebas, baik kaya maupun miskin, bangsawan maupun orang biasa, agar berkesempatan memiliki jabatan di pengadilan serta berpartisipasi dalam pembuatan undang-undang.
Kala itu, pusat demokrasi Athena adalah majelis rakyat. Semua penduduk yang telah mencapai usia 21 tahun adalah anggota majelis rakyat. Namun jumlah anggota majelis rakyat yang datang saat pertemuan jarang melebihi 5.000 orang, dikarenakan banyak penduduk Athena yang tinggal di luar dinding di distrik Attica. Pertemuan majelis rakyat diatur setiap 8 atau 9 hari di lereng bukit yang bernama Pnyx.
Rakyat akan mendengarkan dahulu sejumlah pidato sebelum memberikan suaranya, yang biasanya dilakukan dengan menunjukkan tangan di atas kitab undang-undang di hadapan mereka. Dengan cara inilah penduduk Athena menyelesaikan semua persoalan tentang perang dan perdamaian, pengiriman ekspansi militer atau angkatan laut, pemberian sanksi atas pengeluaran publik, hingga pengendali atau kontrol umum atas masalah-masalah lainnya di Athena.
Demokrasi mencapai kejayaannya di masa Athena Kuno karena rakyat memerintah secara langsung. Setiap penduduk bisa berperan aktif dalam politik. Pemerintahan semacam ini berjalan dengan baik di kota-negara yang kecil. Namun bahkan di Athena sendiri, demokrasi nyatanya didasarkan pada aturan kelas atau golongan. Tidak semua orang bebas adalah warga negara. Hukum Athena membatasi status penduduk hanya untuk orang-orang bebas yang merupakan anak dari ayah Athena dan ibunya seorang Athena juga. Akibatnya, ribuan pedagang dan tukang batu atau tukang kayu asing yang tinggal di Athena tidak bisa ambil bagian dalam pemerintahan.
Terlepas dari kehidupan politiknya, kota Athena menjadi pusat perdagangan Yunani. Kekayaan Athena membuat mereka bisa menghias kota tersebut dengan banyak patung dan bangunan berseni. Acropolis merupakan bukit batu curam tempat dimana sebagian besar monumen indah dibangun. Akses menuju Acropolis adalah melalui pintu gerbang besar, atau Propylaea, dengan patung besar Dewi Athena dari perunggu di dekatnya.
Orang-orang Athena juga membangun tempat pertunjukan terbuka di salah satu sudut Acropolis untuk festival dewa Dionysus. Teater tragedi dan komedi yang dihasilkan para penulis Athena menjadi jenis kesusasteraan baru, yakni drama. Prosa Yunani semakin dikembangkan oleh para orator yang tumbuh subur di Athena yang demokratis. Di samping itu, peradaban Athena juga menciptakan filosofi dengan tokoh paling terkenal adalah Socrates dan Plato. Pemikiran serta karya mereka begitu mendalam hingga terus memengaruhi spekulasi filosofis di era saat ini.
Berbagai peninggalan kesenian, kesusasteraan, oratori, dan filosofi bahkan demokrasi Athena masih terus hidup di dunia; tak tertandingi dan sangat menginspirasi. Maka tidaklah berlebihan ketika Pericles, salah satu negarawan, menyombongkan Athena pada abad 5 SM dengan mengatakan,
Sayang, sama halnya seperti peradaban dunia lainnya yang tercatat dalam sejarah, kota Athena pada akhirnya mengalami kemunduran. Perang Peloponnesian di tahun 431 SM yang awalnya pecah antara Athena dan Sparta mengarah pada disintegrasi bangsa Yunani. Kemunduran negara-kota Yunani pun semakin tampak dengan munculnya pengaruh Macedonia yang kemudian berperang untuk merebut kekuasaan atas bangsa Yunani.
Kisah kota Athena di atas hanyalah titik awal dari lahirnya demokrasi yang kini kita kenal. Nilai-nilai demokrasi tersebut berevolusi dari waktu ke waktu hingga saat ini, dan menjadi sistem pemerintahan modern yang digaung-gaungkan ke seluruh negeri. Pastilah kalian semua sudah tidak asing dengan istilah sistem demokrasi yang selalu kita temui di buku IPS atau Kewarganegaraan selama masa sekolah.
Maka bukankah Athena, sebuah kota kecil yang sekarang merupakan ibukota Yunani ini, tidak pernah gagal dalam membuat kita terpana dengan segala goresan tinta sejarah serta warisan peradabannya yang menakjubkan?