Hallo Sobat OSC!!
Akhir-akhir ini banyak banget konten tentang inner child yang di romantisasi sebagai bentuk keinginan masa kecil yang belum sempat terpenuhi pada seseorang.
Misalnya,”ih, aku mau beli kembang api untuk mengobati inner child-ku.”
“ngeliat anak kecil main di taman sama ayahnya, inner child-ku jadi meronta-ronta.”
Emm, kira-kira sobat OSC setuju nggaksih kalau istilah inner child dikaitkan dengan pernyataan di atas?
Oke, mari kita bahas!!
Jadi sobat, istilah inner child ini pertama kali muncul dari tokoh psikologi bernama carl jung berdasarkan pengalaman nya di masa kecil.
Yapss, sangat erat loh sobat kaitannya dengan masa kecil.
Nah, yuk kita perjelas lagi konteksnya.
Perlu diingat, inner child ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman di masa kecil yang dalam istilah lainnya yaitu adverse childhood experience.
Individu yang memiliki ACE dapat berupa pengalaman pengalaman negatif yang traumatik berkemungkinan lebih tinggi memiliki inner child di masa dewasanya.
Jadi inner child itu sebenarnya apa?
Bisa dikatakan bahwa inner child adalah kumpulan pemikiran dalam bahwa sadar kita yang mana dapat berupa pengalaman negatif yang tersimpan dalam hidup dan sudah menjadi kepribadian seseorang seiring bertambahnya usia dan peristiwa yang dilalui.
Itulah mengapa, seringkali di beberapa momen seseorang bisa aja nggak ngerti tentang kenapa mereka bisa marah karena sesuatu hal, atau bisa sangat sedih karena didiamkan sesorang.
Hal ini karena pengalaman buruk semasa kanak-kanak yang membekas dalam ingatan seseorang dan membuatnya dapat merespon suatu peristiwa seolah-olah ada anak kecil yang mengendalikannya.
Dan perludiingat, luka inner child setiap orang tentu saja berbeda tergantung pada pengalaman dan lingkungan tempat mereka tumbuh.
Tentu saja, inner child ini harus di pahami secara mendalam supaya gak terjadi lagi miskonsepsi dalam mengartikannya.
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan