Mengenal Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Inovasi dalam Penanganannya

Haiii sobat agri!!

          Tahukah kamu bahwa Indonesia merupakan negara agraris? Alasan mengapa Indonesia disebut sebagai negara agraris, karena sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Akan tetapi, meskipun dikenal dengan negara agraris, sektor pertanian di Indonesia masih sangat jauh dari kata maju. Hal ini dikarenakan masih banyaknya hambatan – hambatan yang belum bisa dipecahkan dalam bidang pertanian diIndonesia. Salah satu dari hambatan tersebut, yang umum menjadi keluh kesah para petani dan sulit untuk di tangani adalah Organisme Penganggu Tanaman atau singkatnya di sebut dengan OPT. Kira – kira apa yang dimaksud dengan OPT ? dan apa dampaknya bagi pertanian?

          Jadi, Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan hewan ataupun tumbuhan baik itu yang berukuran mikro maupun makro, yang dapat mengganggu, menghambat dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada tanaman yang dibudidayakan. Berdasarkan jenis serangannya terhadap tanaman, OPT dapat di bedakan menjadi 3 kelompok yaitu hama, vektor penyakit dan gulma. Kata hama tentu tidak asing lagi ditelinga kita bukan? menurut KBBI, hama merupakan hewan yang dapat mengganggu produksi pertanian seperti tikus, ulat dan babi hutan. Vektor penyakit atau sering disebut dengan faktor pembawa penyakit, merupakan organisme yang dapat memberikan gejala sakit, menurunkan imunitas dan mengganggu metabolisme tanaman sehingga terjadi gejala abnormal pada sistem metabolisme tanaman tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan gulma merupakan tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya dan bersifat menganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan.

          Organisme Penganggu Tanaman (OPT) tidak dapat dianggap remeh, kehadirannya banyak memberikan dampak – dampak buruk dan vital dalam bidang pertanian, salah satu dampak yang tak terelakan lagi adalah menyebabkan kehilangan kuantitas dan penurunan kualitas terhadap hasil pertanian. Pada kasus tertentu dengan tingkat serangan hama dan patogen yang sangat berat, dapat menyebabkan penurunan terhadap hasil produksi bahkan kemungkinan terburuknya dapat menyebabkan gagal panen, yang tentunya akan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi para petani. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa sangatlah dibutuhkan perlindungan tanaman terhadap OPT, hal ini bertujuan untuk mempertahankan produktivitas pada taraf tinggi dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan keseimbangan sumber daya alam, agar terciptanya suatu keadaan dimana faktor-faktor yang menentukan produksi dapat berfungsi secara optimal. Nahh… setelah mengetahui apa itu OPT, jenis – jenisnya dan dampaknya bagi bidang pertanian. Lalu apakah langkah – langkah yang harus kita lakukan untuk penanganannya?

          Dalam pelaksanaanya, penanganan terhadap OPT tidak mesti harus menggunakan zat – zat kimia. Selain membutuhkan biaya yang cukup besar, penggunaan zat kimia secara berlebihan juga dapat merusak keseimbangan alam. Seiring berkembangnya zaman, berbagai inovasi dan ide – ide kreatif kian berkembang, salah satu bentuk inovasi dalam penanganan penyebaran OPT adalah ditemukannya senyawa kimia yang menggunakan bahan – bahan organik maupun anorganik yang bersifat ramah lingkungan, yaitu pestisida nabati (pesnab). Pestisida nabati sendiri merupakan senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang berfungsi untuk memberantas OPT berupa hama dan penyakit tumbuhan maupun tumbuhan pengganggu / gulma. Selain bersifat ramah lingkungan, ketersediaan bahan ini juga sangat mudah untuk dijumpai. Berdasarkan fungsinya pestisida nabati dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu repellant (penolak), antraktant (penarik/perangkap), dan antifeedant (mengurangi nafsu makan).

          Selain menggunakan pestisida nabati, pencegahan dan penanggulangan yang ramah lingkungan, dapat dilakukan melalui kultur teknis atau dengan mendatangkan predator alami dari hama tersebut. Kultur teknis merupakan teknis budidaya penanaman yang dapat mengurangi dampak dari serangan hama atau penyakit, dengan mengatur jarak tanam antar tanaman yang lebar, melakukan bera (pengembalian kesuburan tanah) untuk tanaman sejenis dan menggilir varietas tanaman. Sedangkan upaya untuk penanganan terhadap penyebaran hama, dapat dilakukan dengan mendatangkan predator alaminya yang dapat kita kembangbiakkan secara khusus untuk menangani penyebaran OPT. Dengan ide – ide kreatif dan inovasi – inovasi yang kian berkembang dan bermunculan dalam masyarakat, tentunya membawa dampak positif dalam menyokong pertanian di Indonesia untuk melakukan pencegahan terhadap penyebaran OPT secara berlebihan demi keberlangsungan dan masa depan pertanian Indonesia.

  100 Views    Likes  

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MODEL KOLB DAN MODEL GROUP INVESTIGATION

previous post

Pelantikan Bantara Pramuka: Membangun Generasi Berkarakter
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MODEL KOLB DAN MODEL GROUP INVESTIGATION

next post

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MODEL KOLB DAN MODEL GROUP INVESTIGATION

related posts