Teh celup. I mean, who doesn't know this popular drink, man? Selain enak, minuman ini gampang disajikan dan cocok buat kehidupan zaman now. Tapi, pernahkah dirimu bertanya-tanya sejarah dibalik teh celup yang kita nikmati setiap hari? Afa iya teh celup punya cerita panjang dari zaman dulu hingga sekarang? Mulai dari temuan yang enggak terduga sampai jadi minuman hits di seluruh dunia. Well, kamu berada di tempat yang tepat. Yuk, kita explore ceritanya bareng-bareng. Siapkan cangkir tehmu dan mari kita mulai!
•••
Setelah sekian lama tidak menyeruput teh, akhirnya aku memutuskan untuk menghidupkan kembali kenangan rasa teh yang terlupakan. Hari itu adalah Kamis di waktu petang. Saat aku merem-melek dari kegiatan tidur siang yang mengasyikkan, naluriku langsung meminta secangkir teh untuk dipuaskan kehausannya. Dengan semangat yang membara, aku bergegas pergi ke dapur dan menyeduh teh. Tiba-tiba, Mima berada di sampingku dan melihat apa yang kulakukan.
“Mau buat teh, ya? Tumben,” Mima melipat tangan di depan dada.
Aku menoleh. “Iya, lagi kepingin. Udah lama nggak buat.”
Memang, di keluarga kami, jarang yang doyan meneguk teh. Kami tidak terlalu menyukai teh sebagai minuman favorit, sejujurnya. Dibanding susu—apalagi varian cokelat—, teh menjadi kemasan yang selalu tersisa dalam jumlah lebih banyak di rumah. Dan, dibanding membuat teh sendiri, kami tipikal yang lebih memilih membeli teh, apalagi yang sering di mix-mix begitu. Itu lo, minuman yang lagi viral itu. Bukan yang murni teh. Jadi, menurutku, reaksi Mima adalah wajar ketika melihat aku dengan spontan membuat teh dari dapur.
“Jangan kebanyakan gulanya. Nanti kemanisan, terus ujung-ujungnya kamu penyakitan,” pungkas Mima lantas pergi dari dapur. Aku hanya mengangguk terkekeh. Sehabis memindahkan air hangat ke dalam gelas, aku menuang gula serta mencelupkan teh. Terlintas pertanyaan bagaimana teh celup begini bisa tercipta saat aku mengaduk-aduk teh. Setelah itu, aku duduk santai di kursi makan, menenggak nikmatnya teh celup, dan merenungkan ulang pikiran kepo-ku terhadap asal usul minuman yang dicelupkan ke dalam air ini?
Lantas, bagaimana sejarah teh hingga akhirnya bisa seterkenal ini?
Awalnya Sempat Meredup
Merunut pada sejarahnya, penemu awal dari teknik teh celup ini adalah dua orang wanita asal AS, Roberta C. Lawson dan Mary Molaren. Dilansir dari GIZMODO, kedua perempuan ini memproduksi sebuah alat yang disebut dengan tea-leaf holder atau penahan daun teh. Mereka melihat teknik penyeduhan teh yang sudah dilakukan selama ribuan tahun saat itu merupakan cara yang salah. Bagaimana bisa membuat satu teko teh hanya untuk secangkir teh saja? Otomatis, sisa teh di cerek terbuang sia-sia. Tentu, ini bukanlah hal yang efektif. Dari sinilah, timbul keinginan kuat pada perempuan-perempuan ini untuk menggarap sesuatu yang memungkinkan para penikmat teh menyeduh langsung di cangkir kesukaan mereka, tanpa kehilangan aroma dan rasa yang seharusnya terdapat pada secangkir teh yang ideal.
Akhirnya, mereka berhasil menciptakan sebuah kantong jaring berbahan dasar kain katun berlapis dan disegel secara unik, di mana kantong itu bisa dilipat ke atas dan dijahit menutupi teh di dalamnya. Sebuah inovasi yang dianggap sangat unik dan memiliki kemiripan yang mencolok dengan teknologi teh celup modern yang kita kenal sekarang. Selain itu, penciptaan teh celup dimaksudkan untuk mengatasi masalah pembuangan teh yang tidak terpakai. Lawson dan Molaren pun memberanikan diri untuk mematenkan produknya pada 26 Agustus 1901 yang baru diterima di 2 tahun berikutnya, tepatnya pada 24 Maret 1903. Namun beribu sayang, sepertinya upaya mereka untuk memasarkan produk ini tidak berhasil dengan baik. Sehingga, tidak terlalu banyak dikenal secara luas.
Berangkat dari tahun 1901, datanglah Thomas Sullivan, seorang importir teh Amerika yang selalu diidentikkan dengan titik balik teh celup. Pada tahun 1908, Sullivan mulai mengirimkan sampel teh dalam kantong sutra kecil kepada pelanggannya untuk meningkatkan penjualannya. Dengan memberikan contoh berbagai bentuk teh yang dijualnya, ia berharap dapat memikat minat para pelanggan untuk mencoba dan membeli produknya. Disinilah semua bermula. Menurut Sullivan, cara penyeduhan teh yang benar ialah membuka kantong dahulu, baru diseduh seperti biasa. Sayangnya, para konsumen Sullivan tidak menangkap maksud itu dan malah mencelupkan kantongnya sebagai penyeduh teh. Sullivan kira produk kantong teh ini akan membuat para pelanggannya gagal paham dan menurunkan penjualan. Sehingga, ia sempat beralih dari penjualan tea bag (teh celup) menjadi loose-leaf tea (teh lepas).
Alih-alih kecewa, pelanggan Sullivan justru menyukai teh dalam kantong dan meminta agar tehnya dikemas dengan metode itu. Melihat peluang ini, Sullivan segera menawarkan kembali tehnya yang dibungkus dalam kantong untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang menginginkannya. Namun, kali ini, produk teh yang ia tawarkan sudah mengalami inovasi, di mana kantong teh sudah terbuat dari kain kasa dan telah terisi dengan bahan-bahan yang lebih baik untuk seduhan, seperti kipas, batang teh yang patah, dan sisa debu teh dari pemrosesan teh.
Terlepas dari penemuan Lawson & Molaren, Sullivan, bahkan Dinasti Cina sekalipun, pada akhirnya semua bertujuan agar memudahkan pembuatan teh satu cangkir tanpa perlu membersihkan daun teh dari teko dan saringan setelahnya. Cukup buang kantong teh setelah selesai digunakan.
Kunci Sukses Teh
Sudah menjadi rahasia umum bahwa salah satu keunggulan teh adalah kemudahannya dalam menikmati teh kapan saja. Sebagian besar orang tak dapat menyangkal kalau menyeduh teh bisa dilakukan dengan cepat dan sederhana tanpa perlu menggunakan peralatan tambahan seperti teko dan saringan. Kedua, teh celup lebih praktis dan mudah dibawa dalam perjalanan atau bepergian, sehingga banyak orang yang memilihnya sebagai alternatif dibanding dengan teh yang dibuat dengan metode tradisional.
Menurut CNN Indonesia, penggunaan kemasan teh celup yang mudah dibuang dan ramah lingkungan juga menjadi faktor yang menarik minat konsumen. Teknologi pembuatan kemasan teh celup semakin berkembang, sehingga kemasan tersebut semakin ramah lingkungan dan mudah didaur ulang. Teh celup juga mengurangi risiko kontaminasi karena kantong tehnya terbuat dari bahan yang dapat diuraikan, sehingga tidak meninggalkan residu di dalam teko atau cangkir. Faktor lainnya, termasuk pilihan rasa yang bervariasi dan ketersediaan teh celup di berbagai toko dan tempat makan. Selain itu, beragam manfaat yang dihadirkan dari menyeduh teh juga berperan dalam meningkatkan popularitas teh celup di dunia.
Rujukan:
• Stone, Sarah. 2015. “How teh Tea Bag Was Invented”. Gizmodo. Diakses pada 21 April 2023.
• Teaology. “Women and Tea Innovators”. Cup and Kettle Tea. Diakses pada 21 April 2023.
• National University of Singapore. 2019. "Drinking tea improves brain health, study suggests." ScienceDaily. Diakses pada 21 April 2023.
• Emmanuela, Phailyn dan Wendy Juwita. 2017. “Tentang Kemasan Teh Celup yang Bisa Dimakan”. CNN Indonesia. Diakses pada 21 April 2023.