Menjelang Libur panjang: kenali Stres dan Cara Healingnya!

Berkutat dengan kesibukan selama hampir setahun penuh, banyak orang yang melepas penatnya ketika akhir tahun tiba, mulai dari cuti Hari Raya Natal dan perayaan tahun baru. Orang-orang melampiaskan tekanan yang diperoleh dari lingkungannya dengan bersantai dan berlibur. Anak muda khususnya, akhir tahun adalah masa liburan dalam pendidikan akademik dan libur panjang ini menjadi momok yang menyenangkan karena anak-anak muda yang mengalami stres akibat konflik yang dialami akan melakukan healing. Dewasa ini, anak muda kerap kali menyebut istilah healing untuk penyembuhan diri dan pelampiasan emosi negatifnya. Namun, apa sebenarnya healing itu?

Dalam dunia psikologi, healing disebut dengan copying. Copying didefinisikan sebagai suatu daya upaya baik secara sadar maupun tidak sadar, positif ataupun negatif yang dilakukan oleh individu untuk mencegah, meminimalisir, dan menghilangkan penyebab stres yang dialami serta menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi individu itu sendiri. Sayangnya, banyak orang yang salah persepsi terhadap arti dan makna healing itu sendiri, mereka justru melakukan healing hanya untuk kepuasan diri saat itu tanpa memikirkan akibat dan dampak di kemudian hari. Healing atau coping dapat dibagi menjadi 2. Coping negative dan coping positive.

Coping negative sendiri merupakan coping yang tidak sehat dan berdampak negatif bagi individu maupun orang lain. Coping ini tidak baik dilakukan karena dapat memicu permasalahan baru yang akhirnya membuat stres semakin parah. Contoh copying negative itu seperti apa sih? Ya, shopping atau foya-foya dari uang pinjaman atau bahkan curian merupakan suatu bentuk coping negatif. Mungkin individu yang melakukannya akan merasa senang, tenang, dan bahagia ketika berbelanja. Namun, setelah ia menyadari bahwa uang yang ia gunakan harus ia kembalikan, coping yang ia lakukan hanya akan menambah beban dan masalahnya sendiri.

Coping positive merupakan coping yang dilakukan secara sehat, sesuai, dan memberikan ketenangan bagi individu secara positif. Coping ini merupakan pilihan yang paling tepat dilakukan karena dapat mencegah stres, mengurangi atau bahkan menghilangkan penyebab stres tersebut. Ketika seseorang stres dan mengalami tekanan ia mendengarkan lagu yang menenangkan, menulis keluhannya, merelaksasikan pikiran, dan sejenisnya merupakan salah satu contoh coping positive.

Berkaitan dengan coping, stres dapat diartikan sebagai persepsi terhadap situasi atau kondisi yang dialami oleh individu dalam lingkungannya. Stres seringkali di-labeling oleh hal yang negatif atau menyulitkan, padahal stres tidak selalu hal yang negatif, stres sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu: distress dan eustress. Distress sendiri adalah bentuk stres yang negatif, sedangkan eustress adalah stres yang positif. Umumnya, tanpa disadari, stres merupakan kadar yang dibutuhkan untuk memotivasi individu berkembang menjadi lebih baik dan jika individu dapat mengubah penilaian stres menjadi eustress akan sangat berguna karena eustress membuat tubuh dan pikiran menjadi lebih siap menghadapi tantangan dan mampu memberi solusi bagi suatu permasalahan.  

Mengubah distress menjadi eustress dapat dilakukan dengan upaya manajemen stres. Manajemen stres merupakan tindakan individual maupun organisasional untuk mengelola pikiran, perasaan, emosi, gaya hidup, sikap, dan perilaku kerja untuk menangani berbagai masalah yang dapat menjadi pembangkit stres sehingga menjadi positif bagi kepentingan individu atau organisasi. Setiap individu seharusnya memiliki self-awareness dan mengetahui kapan stres yang dialami sudah dalam batas toleransi kemampuan individu tersebut. Selain itu, hal utama yang dapat dilakukan untuk mengubah distress menjadi eustress adalah melalui internal diri kita sendiri, yaitu mengubah penilaian kognitif dan emotif dalam diri kita. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa stres adalah persepsi, jadi bagaimana kita sebagai individu dapat memberikan persepsi yang positif terhadap tekanan yang diterima dan menjadikan stres tersebut sebagai motivasi. Persepsi mengenai hal atau kejadian yang menimbulkan stres yang negatif dapat dialihkan menjadi hal yang tidak mengancam atau membahayakan. Adapun cara sederhana dalam upaya mengubah persepsi kita adalah sebagai berikut:

Menggunakan psikologi positif tentang kekuatan yang setiap individu miliki, dengan menyadari kekuatan yang dimiliki maka akan membuat individu dapat percaya diri melalui tantangan menjadi sebuah motivasi. Berpikir positif dan optimis, sehingga mindset akan menerima stimulus bahwa tantangan yang dihadapi dapat dilalui. Melihat suatu tantangan sebagai potensi, keuntungan, atau hal positif dari suatu hal sehingga memicu eenergi positif muncul dan terhindar dari distress.

Pergantian persepsi akan memberikan dampak respon tubuh terhadap stres, stres yang muncul akan menjadi stres yang tidak dilandaskan oleh adanya ancaman atau ketakutan. Ancaman atau ketakutan tersebut dapat berubah menjadi antisipasi atau rasa senang dan menjadi dorongan untuk dapat bekerja dengan baik dan maksimal, sehingga kinerja dan prestasi dapat meningkat. Mengubah distress menjadi eustress juga termasuk coping positive.

Nah, semoga setelah membaca artikel ini, sahabat OSC dapat memahami arti healing dengan baik dan dapat mencegah upaya healing yang bersifat negatif. Semoga teman-teman dapat memaknai stres yang diterima dan mengarahkannya ke arah yang positif sehingga menjadi motivasi tersendiri.  

Semoga artikel ini bermanfaat dan semoga sahabat OSC mampu memilih healing yang tepat dan sesuai ya! Selamat liburan semuaaaa <3 <3

  25 Views    Likes  

SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

previous post

Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan
SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

next post

SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

related posts