Pada saat ini rasa-rasanya peran anak muda masih minor dan tidak menentukan, bahkan di kalangan politik terasa diacuhkan, baik dalam pengambilan keputusan maupun kebijakan. Anak muda yang rajin menggelar aksi protes dan perlawanan jika dirasa ada yang tidak beres di dunia pemerintahan, sebagiannya lagi sibuk mengembangkan ekosistem sendiri yang tidak bisa disepelekan dampaknya.
Dengan berbagai aksi itu menunjukkan refleksi dari seorang anak muda, walaupun dengan jalan yang berbeda dan pastinya dengan kebebasan berekspresi. 28 Oktober 1928, anak muda dari berbagai latar belakang mengikrarkan sumpah pemuda, untuk menyatukan persatuan & kesatuan untuk membangun sebuah bangsa, dan hari ini 93 tahun setelahnya, bagaiamana peran anak muda bersuara? Apakah sudah merefleksikan ikrar tersebut?
Dikalangan masyarakat Ketika anak muda mulai mengutarakan suara, masih sering bermunculan stigma “kamu masih muda, kamu gak tau apa-apa”, selalu ada paradoks bagaimana publik dan lingkungan kita selalu ingin anak muda bertindak tetapi terkadang lupa bahwa masih sering kali aksesnya masih dibatasi.
Ekosistem kita sekarang tidak seindah dulu, ekosistem kita dalam bersuara hari ini lebih rumit dan menantang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi, ketika banyak sekali hambatan yang terjadi, apakah para anak muda tidak bisa berbuat apa-apa? Apakah para anak muda hanya melakukan kesibukannya dengan tugas yang diberikan oleh dosen atau guru masing-masing? Di masa sekarang para anak muda hanya menonton puluhan film untuk mengisi waktu luangnya? Sangat disayangkan apabila para anak muda hanya melakukan hal-hal yang minim manfaatnya.
Dimana letak fungsi generasi muda yang katanya memiliki peran besar bagi perubahan kemajuan suatu bangsa. Menghadapi era new normal saat ini, peran kita tentu sangat dibutuhkan dalam berbagai hal terutama dalam hal pendidikan. Kita di masa kini merupakan harapan besar bangsa Indonesia.
Sejak dulu, anak muda sudah mulai berperan, contohnya yang pertama, peristiwa rengasdengklok kata-kata sekumpulan pemuda yang mendesak Ir. Soekarno segera memproklamirkan kemerdekaan, kedua, reformasi 1998 disaat pemuda secara serentak bergerak berhasil menumbangkan era kepemimpinan dan melahirkan harapan-harapan baru.
Apakah peran anak muda hanya berhenti sampai disitu?
Anak muda adalah paket komplit kemajuan bangsa Indonesia yang sedang dinanti-nantikan, kita sebagai ujung tombak pergerakan yang menentukan masa depan bangsa. Generasi muda Indonesia diibaratkan seperti lilin yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, dari sabang hingga merauke, dalam artian harus selalu dijaga agar terus menyala menerangi Indonesia.
Poin terpentingnya adalah tugas kita sebenarnya bukan hanya terus-terusan memberikan kritik, tapi tugas kita mengadakan sebuah solusi. Karena, trend dunia sekarang adalah “millennials take over”
Kita sebagai anak muda harus konsisten dengan pesan-pesan kita, jangan takut untuk bersuara, mungkin itu terdengar klise, tapi kalau kita tidak bersuara, kita akan terus menormalisasikan hal-hal yang tidak adil. Walupun, banyak sekali faktor-faktor bahkan konsekuensi yang mungkin akan terjadi untuk membungkam kita, tetapi kita harus tetap yakin dan percaya dengan apa yang kita katakan, dengan disertai fakta-fakta yang kuat untuk membackup apa yang kita katakan, jangan pernah takut untuk bersuara, dan kalau kita mau berusaha, yakin perubahan pasti akan terjadi.
Lembaran-lembaran putih disejarah menanti untuk ditulis kembali oleh peran dan gerakan anak muda. Indonesia butuh kita, sudah saatnya, anak muda bersuara!
Sumber gambar : https://id.foutap.com/mengenal-kebiasaan-konsumsi-generasi-milenial/
previous post
12 Makanan Sehari-hari yang Bisa Menyebabkan Keracunan