Mimpi Bulan Maret

Hari ini, aku hanya bisa merasakan seluruh badanku terasa sangat kaku dan lemas. Seperti seakan-akan mimpiku berubah menjadi sebuah kenyataan, kenyataan pahit yang harus dialami oleh banyak orang. Aku sudah mencoba sekuat tenaga untuk memberhentikan semua ini. Namun nyatanya, dunia sangat tidak ingin bekerjasama dengan ku. Ia bahkan lebih kejam daripada yang kukira sebelum-sebelumnya. Kalau sampai awal tahun akan seperti ini terus, bagaimana dengan nasib orang-orang sekitar? Seluruhnya menjadi kacau dan tidak terkendali. Andai saja aku bisa memutar waktu untuk kembali ke masa lalu. Masa-masa yang sangat menyenangkan dan tak ingin aku tinggalkan begitu saja. Semuanya sangat cepat berlalu, berbagai memori indah yang terjadi pada saat itu tidak akan pernah lenyap didalam ingatanku.

Penyebabnya, ketika awal Bulan Maret, saat itu semuanya berjalan dengan sangat baik, lebih baik dari yang kukira. Aku menjalani hari-hari ku seperti biasanya, bangun di pagi hari, menggendong tas ku yang berwarna biru, dan aku sudah siap pergi ke sekolah. Saat itu, aku tidak merasa ada kejadian yang janggal sama sekali. Bertemu dengan teman-teman sekelasku dan juga dengan guru-guru yang selalu siap sedia untuk memberiku tugas.Rasanya aku sudah sangat muak untuk mendengar kata itu, kata yang sering ku dengar dari mulut guru-guru di sekolahku. Bukannya aku tidak mau untuk mengerjakannya, hanya saja tubuhku sepertinya sudah diselimuti oleh rasa malas yang sudah sangat mendarah daging ini. Sepulang dari sekolah, aku pun bergegas pulang ke rumah dan langsung menuju ke tempat yang paling aku senangi, kamar tidur beserta isinya.

Belakangan ini, aku sudah jarang sekali bermimpi, bahkan bisa dibilang sudah tidak pernah aku bermimpi setiap aku tertidur. Tapi, hari itu merupakan hari yang sangat membawa berkat bagiku. Aku bermimpi dengan sangat indah, mimpi itu terasa lama sekali dan sepertinya aku tidak ingin beranjak pergi dari mimpiku saat itu. Namun, ketika aku sudah mencapai puncak mimpi itu, ibuku langsung membangunkan ku.Dengan setengah sadar aku pun membuka kedua mataku, dan saat itulah aku sudah melihat matahari pagi tersenyum, menyapa hari baru telah datang. Aku pun langsung bergegas untuk bersiap-siap pergi kesekolah, dengan semangat baru yang ada di dalam diriku. Tetapi, mengapa semua keluargaku terlihat begitu lesu? Seakan-akan mereka tidak bersemangat untuk menyambut hari yang baru ini.

            “ Ada apa dengan kalian?” tanyaku.

            Tidak ada seorang pun yang menjawab pertanyaanku itu. Aku menjadi semakin kebingungan, namun tidak ku ambil pusing. Kulangkahkan saja kakiku untuk masuk ke kamar mandi, namun aku merasakan seperti ada yang mencegahku untuk masuk dari belakang. Ternyata itu adalah ibuku, dengan mukanya yang sangat lesu dan tidak bersemangat.

            “Hari ini tidak ada sekolah, kamu dan seluruh teman-temanmu hanya dapat sekolah dari rumah,” kata Ibuku.

            “Maksudnya? Hari ini adalah hari kamis bu, aku harus ke sekolah dan jika tidak bergegas aku akan terlambat,” jawabku dengan penuh tanda tanya.

            “Percayalah dengan ibu, hari ini kau tidak perlu datang ke sekolah,” tukas Ibu.

            Aku hanya bisa berdiri keheranan di depan pintu kamar mandi, sambil melihat ibu yang sudah pergi ke dapur meninggalkanku yang hanya bisa menatapnya dengan penuh keheranan. Aku langsung kembali ke kamarku, sambil bertanya-tanya ada apa dengan semua ini? Tak perlu ambil pusing, aku langsung mengambil handphone yang ada di meja belajarku. Dan benar saja, aku sudah mendapat banyak sekali notification dari teman-teman sekelasku dan juga seluruh guru-guru di sekolahku.

            Rasa penasaranku semakin memuncak ketika akhirnya aku memutuskan untuk menelepon salah satu temanku.

            “Hai Jen, ada apa hari ini? Kenapa semuanya sangat membingungkan?” tanyaku.

            “Hari ini sekolah mengadakan libur yang sangat panjang dan….” jawabnya.

            Tiba-tiba, jaringan internetku mati dan teleponku dengannya pun langsung terputus. Aku sudah merasa sangat senang karena diberikan libur yang panjang oleh sekolahku, memang sudah sangat lama aku menantikan hal ini, rasanya mimpiku saat itu menjadi sebuah kenyataan indah yang pernah aku alami dalam hidupku. Tak lama setelah itu, aku merasakan handphone ku bergetar, menandakan adanya notification yang masuk.

            Tanpa berpikir panjang, aku langsung membuka notification tersebut dan alangkah terkejutnya aku saat melihat segerombol tugas-tugas sudah menghampiri pagi hariku itu. Notification itu terus menerus berbunyi tanpa henti dan aku merasa sedang berada dalam sebuah black hole yang tidak ada ujungnya. Tubuhku merasa seperti sedang terombang-ambing diatas kapal dengan ombak yang sangat dahsyat.

           Aku langsung menutup mataku rapat-rapat dengan tubuh yang masih terasa seperti terombang-ambing. Semakin kuat aku menutup mata, semakin terombang-ambing badanku di dalam black hole itu. Aku tak tahu sampai kapan hal ini akan terjadi, akhirnya akupun memutuskan untuk membuka kembali kedua mataku secara perlahan. Aku merasakan tubuhku sudah mulai kembali dan tidak terombang-ambing lagi.

            Perlahan-lahan mataku mulai terbuka lebar, dan saat itulah aku mulai mendapati diriku yang sedang tertidur pulas di atas kasur yang sangat nyaman ini.

            “Sungguh, tadi itu merupakan perjalanan yang sangat menyeramkan sekaligus mengasyikkan!” gumamku.

            Ku tatap jam dinding yang berada persis di depanku, ternyata hari sudah mulai malam dan bergegas kubuka handphone ku. Hanya satu notification yang muncul dan berhasil membuat jantungku berdegup sangat kencang. Isi dari notification ini adalah

            “Pemberitahuan kepada seluruh siswa/siswi SMA Trinitas, bahwa sekolah akan diliburkan karena adanya kasus pandemi COVID-19 dan belum dipastikan kembali kapan kalian akan kembali masuk ke sekolah. Sekian dan terimakasih, salam sehat”

            Benar! Surat ini diberikan dari sekolah untuk aku dan seluruh teman-temanku. Membaca kalimat pertama pun rasanya aku sangat tidak sanggup. Malam itu, kudengar seluruh berita yang sedang ditayangkan di dalam televisi, semuanya membicarakan tentang kasus pandemi COVID-19 yang membuat seluruh aktivitas masyarakat terganggu dan harus melakukan karantina selama berhari-hari. Entah sampai kapan kasus ini akan berakhir, pagi itu aku pergi ke sekolah untuk mengambil semua buku-buku yang masih tertinggal di lokerku. Sambil menatap haru melihat seluruh ruangan sekolah yang begitu sepi bagaikan tak ada penghuni sama sekali. Tidak ada satu orangpun yang aku temui di dalam sekolah, hanya keheningan yang tercipta di dalamnya. Aku hanya bisa melihat seluruh lintasan kenangan yang pernah terjadi di sudut-sudut sekolah, dan itulah terakhir kalinya kulihat sekolahku.

  23 Views    Likes  

Dark Empath, Kepribadian Ganda “Si muka dua”

previous post

Peran Teknologi dalam Transformasi Pendidikan di Era Digital
Dark Empath, Kepribadian Ganda “Si muka dua”

next post

Dark Empath, Kepribadian Ganda “Si muka dua”

related posts