Panduan Berinteraksi dengan Introvert yang Wajib Dibaca Para Manusia Ekstrovert

(Sumber gambar: pixabay.com/victoria_regen)

Apa ada dari kalian yang merasa bahwa pasca-pandemi kepribadian diri ini berubah dari ekstrovert menjadi introvert?  Ya, di awal-awal tahun 2020 sampai pertengahan 2022 ketika gejala covid masih tinggi dan PPKM masih gencar dilaksanakan, awalnya saya sedih karena tidak bisa bertemu secara langsung dengan teman-teman di perkuliahan, tapi lama kelamaan saya justru menikmati masa-masa serba online ini dan akhirnya lebih gemar sendiri daripada bertemu dengan orang lain.

Mirisnya, karena tahun 2023 ini keadaan sudah kembali normal seperti sebelum pandemi, mau tidak mau saya harus bertemu lagi dengan orang-orang.  Selain itu, di internet saya melihat banyak sekali artikel dengan nuansa 'cara mengatasi rasa introvert' atau 'cara menjadi lebih terbuka sebagai seorang introvert' alih-alih artikel yang mengajarkan orang mengenai cara berkomunikasi tanpa harus memaksakan kepribadian seseorang untuk berubah.  Nah, berikut beberapa poin yang sepertinya boleh nih dicatat oleh para ekstrover!

 

1. Jangan didesak untuk berbicara

Tidak semua introvert itu jago mencari topik untuk basa-basi.  Jangankan mengobrol ringan, terkadang untuk menyapa orang terlebih dulu saja kami masih suka ragu-ragu dan takut, lho.  Kesannya seolah kami tidak punya niat untuk membuka mulut, tapi percayalah, kami memang bukan tipe yang selalu punya inisiatif untuk memulai percakapan.  Sama juga seperti ketika diskusi atau mengemukakan pendapat, kami lebih suka berbicara ketika dari diri kami sendiri memang timbul keinginan untuk bersuara.  Jadi, pemaksaan dari luar seperti “Ayo kamu ngomong dong, kok diem aja?” ini sangat membuat kami tertekan dan sering bikin hati dongkol!  Jadi mohon jangan mendesak kami, ya. Hehehe

 

2. Butuh waktu lebih lama untuk ‘terbuka’ dengan orang lain

Kami juga butuh waktu untuk bisa mengakrabkan diri.  Beberapa informasi seputar diri sendiri seringkali kami anggap sebagai sesuatu yang confidential atau baru akan diceritakan kalau seseorang memang sudah kami anggap dekat atau nyaman.  Jadi, jangan terlalu berharap kalau kami akan bercerita panjang lebar dari A sampai Z, ya.  Ada baiknya kalau sudah mengetahui topik yang kami suka, pembicaraan tetap membahas seputar topik itu tanpa ada paksaan untuk bercerita ke hal lain, terutama ke hal yang sifatnya pribadi.  Kalau orang ekstrovert sering oversharing, kami kebalikannya alias undersharing.

 

3. Belum tentu bisa serba dadakan

Sebetulnya ini tidak berlaku ke semua introvert sih, tapi sebagian besar memang suka kaget kalau ditodong “Eh ayuk kita pergi ke tempat ini nanti sore!”.  Untuk bersosialiasi, kami perlu menyiapkan diri dan hati dulu.  Apalagi kalau memang sejak awal kami sudah punya jadwal tertentu, wah, paling anti sama yang namanya perubahan jadwal.  Jadi kalau mau pergi atau melakukan sesuatu dengan kaum introvert, ada baiknya kasih pemberitahuan dulu dari jauh-jauh hari.  

Hal yang sama juga berlaku untuk panggilan telepon, lho! Kami lebih prefer komunikasi melalui chat karena tidak membutuhkan balasan yang simultaneous dan sebelum memberi balasan pun, kami masih bisa merangkai dan menentukan pemilihan kata yang baik.  Kalau ada orang introvert yang sering tidak mengangkat telepon dan lebih suka dihubungi lewat chat, huhuhu maafkan, tapi memang kami lebih nyaman seperti ini.

 

4. Butuh recharge baterai sosial

Kalau sudah bertemu dan main seharian dengan teman-teman di hari Sabtu, kemungkinan hari Minggu sampai Rabu saya akan mendekam di kos saja karena malas bertemu siapa-siapa.  Ada ‘baterai sosial’ tak kasat mata yang perlu diisi karena waktu hari Sabtu sudah dipakai sampai habis.  Tentu, kecepatan pengisian baterai ini berbeda-beda untuk masing-masing orang.  Intinya sih, kalau misalnya kami tidak bisa dihubungi atau diajak bertemu setelah sebuah acara besar/acara yang mempertemukan kami dengan banyak orang, ketahuilah kami sedang dalam masa-masa recharging.  Tenang, kalau kami sudah siap untuk berinteraksi dengan orang lain lagi, kami pasti akan reach out dan respon kok kalau dihubungi.

 

5. Memiliki keberadaan ‘inner circle’

Mendukung teori di poin ketiga, tidak semua introvert anti-dadakan karena ada juga yang ‘hayuk’ kalau disodorkan sebuah ide atau aktivitas secara spontan.  Biasanya kaum introvert yang bisa menerima hal--hal dadakan ini adalah mereka yang menerima ajakan spontan dari teman-teman terdekat atau orang yang memang sudah dianggap nyaman oleh mereka.  Orang introvert memang memiliki dinding pemisah yang jelas antara orang-orang yang cuma dianggap sekedar teman saja dengan orang-orang yang sudah dianggap sangat dekat.

Bagaimana?  Apakah panduannya sudah jelas?  Semoga dengan begini kita semua bisa saling berkomunikasi dengan baik tanpa harus menyinggung atau membuat pihak lain merasa saling tidak nyaman, ya!

  19 Views    Likes  

Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

previous post

Moralitas dan Etika Profesional dalam Menyongsong Generasi Pemimpin Masa Depan
Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

next post

Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

related posts