Hallo guys, kenalin aku Fadilla, mahasiswi Psikologi, Untag Surabaya, jadi kali ini aku bakalan sedikit bercerita sekaligus berbagi pengalaman waktu aku datang ikut serta menonton tradisi adat di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Salah satu tradisi adat yang sangat terkenal di Kaltim dan paling ditunggu-tunggu setiap tahunnya ialah tradisi adat erau, apasih erau itu?, tradisinya gimana?, rangkaian kegiatannya apa aja?, oh iya yang menonton apakah boleh masyarakat umum, atau hanya masyarakat asli tenggarong saja?
Tenang guys, semuanya bakalan aku jelasin melalui artikel ini. Jadi, Erau merupakan sebuah tradisi budaya Indonesia turun menurun yang dilaksanakan setiap tahunnya dengan pusat kegiatan di kota Tenggarong, Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Erau berasal dari bahasa kutai, yaitu eroh yang artinya ramai, ribut, dan suasana yang penuh sukacita, memiliki arti bahwa banyaknya kegiatan sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna baik bersifat sakral, ritual, maupun sebagai sarana hiburan. Tradisi tahunan ini telah berlangsung selama berabad-abad lamanya, dengan seiring perjalanan sejarah Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Erau ternyata menjadi salah satu festival budaya tertua di Indonesia. Ternyata erau juga sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan hasil bumi yang diperoleh rakyat suku Kutai, tak hanya itu keluarga besar Kesultanan pun menjamu rakyatnya dengan beraneka sajian sebagai bentuk terima kasih atas pengabdian mereka kepada Kesultanan. Dalam perkembangannya, upacara erau juga sebagai upacara penobatan raja serta pemberian gelar dari raja kepada tokoh masyarakat yang berjasa kepada kerajaan. Erau biasanya diadakan pada bulan juli karena menyesuaikan musim liburan, agar dapat lebih banyak mendatangkan wisatawan.
Ada beberapa rangkaian kegiatan tradisi adat erau yaitu prosesi mengulur naga, terdapat dua ekor replica naga yaitu naga laki (laki-laki) dan naga bini (perempuan) dibawa menyusuri sungai Mahakam dan berakhir di Kutai Lama, Anggana. Bebarengan dengan prosesi tersebut di depan museum mulawarman beberapa ritual kebudayaan dilaksanakan seperti Beumban yaitu Sultan dibaringkan di atas sebuah kasur (tilam) berbungkus kain kuning. Kemudian rangkaian festival diakhiri dengan prosesi belimbur yang menjadi puncak acara yang ditunggu masyarakat. Belimbur merupakan tradisi dengan saling menyiramkan air kepada sesama anggota masyarakat, tradisi ini menjadi bentuk rasa syukur masyarakat atas kelancaran pelaksanaan Erau. Selain itu, belimbur juga bertujuan sebagai sarana pembersihan diri dari sifat buruk dan unsur kejahatan, dipercaya juga oleh masyarakat sebagai buang sial. Air yang menjadi sumber kehidupan dipercaya sebagai media untuk melunturkan sifat buruk manusia, contohnya air sungai mahakam.
Sedikit bercerita tentang pengalaman aku pas ikut melihat langsung kegiatan erau adalah antusias masyarakat yang sangat besar, tidak hanya masyarakat Tenggarong yang menonton melainkan banyak masyarakat dari berbagai daerah yang rela datang jauh-jauh untuk berpartisipasi di kegiatan erau, selain itu, kegiatan ini yang hanya dilakukan setahun sekali, mungkin hal lainnya yang menjadi daya tarik ialah prosesi mengulurkan naga ke sungai mahakam. Pada prosesi itu masyarakat meyeburkan diri ke sungai untuk beramai-ramai berebut agar mendapatkan kain yang berada di bagian sisik dari naga yang dipercaya memiliki kekuatan untuk mewujudkan harapan pemiliknya atau membawa peruntungan.
Wah, Seru bangetkan rangkaian kegiatan erau di Tenggarong, kapan-kapan yuk kita datang ikut serta berpartisipasi dalam tradisi adat erau, hitung-hitung secara langsung kita sudah ikut melestarikan budaya di Indonesia.
Sumber foto : KutaiKartanegara.com
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan