Pemberian makan untuk anak usia 6-24 bulan harus diperhatikan baik secara kualitas maupun kuantitas karena pada masa ini juga turut ditanamkan tahap serta jenis makanan. Anak akan susah mengonsumsi makanan pendamping pada periode ini karena adanya perubahan makanan dari hanya ASI menjadi ASI ditambah makanan lumat dan lunak, serta perkenalan terhadap makanan keluarga untuk anak usia lebih dari satu tahun. Asupan makanan dengan kualitas rendah pada anak merupakan gambaran langsung dari pemilihan makanan orangtua yang diberikan kepada anak.
Ibu memiliki peran penting dalam asupan dan perkembangan terhadap perilaku makan anak melalui pola pemberian makan, salah satunya adalah dengan Metode Responsive feeding (RF) sebagaimana telah diatur oleh WHO dan UNICEF. Responsive feeding merupakan kemampuan pengasuh untuk memberi makan anak secara aktif dan responsif termasuk di dalamnya cara pemberian makan sesuai umur, memberikan contoh kebiasaan yang sehat, mendorong anak untuk makan, berespon terhadap nafsu makan yang kurang, memberi makan di lingkungan yang aman, dan menggunakan interaksi yang positif (Risna Galuh Septamarini, Dkk. 2019). Responsive feeding berhubungan dengan ketertarikan anak terhadap makanan yang mempengaruhi asupan dari segi kualitas dan kuantitas sehingga dapat berimbas pada status gizi.
Dampak positif dari responsive feeding yaitu mampu meningkatkan penerimaan makanan dan kemampuan makan sendiri. Selain itu responsive feeding memasukkan konsep psikososial yang baik untuk perkembangan mental maupun kognitif anak.
Cara meningkatkan pemberian makan pada anak dengan pelan, sabar, tanpa paksaan. Memberikan contoh makanan sehat akan membentuk kebiasaan anak lebih memilih sayur dan buah, begitu sebaliknya. Makanan untuk anak harus makanan yang sehat, memiliki rasa (berbumbu), dan berkembang sesuai dengan usianya baik porsi, tekstur, maupun frekuensinya (Risna Galuh Septamarini, Dkk. 2019).
Sumber
Septamarini, R. G., Widyastuti, N., & Purwanti, R. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responsive Feeding Dengan Kejadian Stunting Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo, Semarang. Journal of Nutrition College, 8 (1), 10-20.
previous post
Ikigai: Peta Harta Karun Untuk Menemukan Tujuan Hidupmu