Halo Sobat OSC! Di zaman yang serba digital ini, rasanya sulit untuk tidak menggunakan perangkat digital dalam kehidupan sehari-hari. Sudah banyak kegiatan yang bisa dilakukan secara online, berbagai informasi juga dengan mudahnya didapatkan melalui media digital. Namun, semua hal itu tentu saja memiliki dampak negatif apabila digunakan secara berlebihan.
Berdasarkan data dari Hootsuite (We Are Social) pada tahun 2022, mayoritas masyarakat Indonesia yang berusia 16-64 tahun menghabiskan waktunya selama 8 jam 36 menit dalam sehari untuk mengakses internet. Lebih dari 1/3 hidupnya dalam sehari dihabiskan untuk menggunakan media digital. Beberapa alasan utama yang mendasari penggunaan media digital yaitu untuk mencari informasi, mencari ide baru dan inspirasi, keep in touch dengan keluarga dan teman, serta mengisi waktu luang.
Sekarang coba sadari, berapa lama kamu menggunakan media digital dalam sehari? Apakah masih dalam batas wajar atau sudah berlebihan? Berikut ini tanda-tanda jika kamu mengalami digital overload.
1. Mengecek perangkat digital setiap bangun tidur pagi dan sebelum tidur malam
2. Membuka e-mail atau media sosial saat sedang berinteraksi dengan orang lain
3. Mengecek perangkat digital ketika makan bersama orang lain
4. Menabrak sesuatu karena berjalan atau berkendara sambil menggunakan perangkat digital
5. Jarang menghabiskan waktu di luar ruangan, sering makan di meja kerja, waktu istirahat dipakai untuk membuka media digital
6. Sulit menyelesaikan pekerjaan tanpa mengecek e-mail atau website yang tidak relevan secara berulang kali
7. Mudah terditraksi saat offline, multitasking dan sulit fokus dalam mengerjakan sesuatu
8. Lebih memilih berinteraksi secara online daripada bertemu orang lain secara langsung
9. Lebih banyak menghabiskan waktu sendirian dengan perangkat digital walaupun tinggal satu rumah dengan keluarga
10. Sering mencari hiburan di media digital daripada beraktivitas offline
11. Online ketika merasa stres dan menghindari pekerjaan yang tidak menyenangkan
12. Sulit mengontrol diri ketika ingin berhenti menggunakan perangkat digital
Bahaya yang mengintai dari penggunaan media digital yang berlebihan, antara lain sebagai berikut.
- Memiliki perilaku anti sosial (Dr. Frederick Zimmerman: screen time >5 jam sehari)
- Mudah mengalami depresi dan FOMO (Fear of Missing Out)
- Menyebabkan obesitas, koordinasi tubuh yang buruk, dan ketidakseimbangan energi tubuh akibat terlalu lama dalam posisi yang sama menghadap perangkat digital
- Mengalami gangguan penglihatan dan sulit tidur akibat terkena radiasi blue light dari perangkat digital
- Pikiran menjadi manja dan menurunnya kemampuan membaca
- Mengalami masalah fokus/perhatian
- Mudah tersinggung dan menjadi lebih subjektif dalam menilai sesuatu
- Memiliki perilaku konsumtif karena banyak iklan menarik dan kemudahan berbelanja online di e-commerce
Berdasarkan buku “Unplugged: How to Live Mindfully in a Digital World” karya Orianna Fielding, kita perlu menerapkan digital well-being untuk membantu kita dalam penggunaan media digital yang sehat. Digital Well-Being adalah seluruh aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis dalam penggunaan media digital.
1. Membuat aturan no device rule
Tidak membuka perangkat digital ketika sedang melakukan aktivitas tertentu, seperti saat makan, mengobrol dengan seseorang, sebelum atau sesudah tidur.
2. Membuat aturan waktu penggunaan perangkat digital dalam sehari
Sebaiknya batasi screen time maksimal 2 jam per hari atau disesuaikan dengan kepentingan.
3. Mencari aktivitas offline di luar ruangan bersama orang lain
Aktivitas di luar ruangan dapat membantu kita mendapatkan sinar matahari dan menggerakkan tubuh, sehingga koordinasi tubuh tetap terjaga dengan baik.
4. Mengalokasikan satu waktu untuk melakukan satu aktivitas (unitask)
Misalnya, ketika mengerjakan sesuatu pada perangkat digital, hindari membuka banyak tab yang tidak relevan, karena kita akan mudah terdistraksi dan tidak fokus dengan apa yang sedang dikerjakan.
5. Matikan notifikasi ketika sedang mengerjakan sesuatu dan atur waktu khusus untuk mengecek notifikasi
Hal ini sebaiknya dikomunikasikan dengan rekan kerja, teman, atau keluarga ketika kita sedang unitask untuk menghidari interupsi dari mereka yang menyebabkan distraksi.
6. Ambil waktu untuk digital detox (uplugged break)
Atur waktu untuk disconnect dari perangkat digital. Kita bisa mengisi waktu dengan melakukan hobi, meditasi, me time, atau social time. Hal tersebut berguna untuk me-recharge diri kita.
7. 90/10 rule
Ambil 90 menit untuk unitask dan 10 menit istirahat tanpa perangkat digital, seperti stretching, jalan keluar melihat pemandangan, menghirup udara segar, dan makan siang.
Harapannya, dengan mengaplikasikan digital well-being, kita bisa menggunakan media digital secara bijak untuk menjaga kesehatan fisik maupun psikis. Jika kamu mengalami digital overload dan kondisinya tidak kunjung membaik ketika sudah menerapkan hal-hal di atas, segera cari bantuan psikolog klinis atau psikiater terdekat.
Sumber tulisan: Buku “Unplugged: How to Live Mindfully in a Digital World” karya Orianna Fielding.
Sumber gambar: https://energyresourcing.com/blog/12-habits-overcome-digital-overload
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan