Penyebaran virus covid-19 yang sedang terjadi diseluruh dunia tentunya memberi dampak yang cukup signifikan pada kehidupan sehari-hari kita. Kita terpaksa untuk melakukan segala aktifitas baik sekolah, kuliah dan bekerja dari rumah atau bisa juga dibilang pada masa sekarang ini seluruh kegiatan harus dialihkan atau dikerjakan dari rumah. Dengan melakukan quarantine atau isolasi mandiri dapat mejadi salah satu cara yang dilakukan untuk menekan angka penyebaran virus covid-19. Tidak hanya pengalihan kegiatan saja, tetapi pada masa pandemi ini kita dituntut untuk hidup steril dengan selalu menggunakan masker ketika berada diluar rumah, dan juga harus rajin untuk mencuci tangan. Oleh karena itu, sekarang di tempat-tempat umum wajib disediakan tempat untuk mecuci tangan. Dan juga peraturan-peraturan lainnya yang harus di terapkan pada lingkungan kerja atau umum.
Dengan kebiasaan-kebiasaan baru ini terjadi akibat dari penyebaran virus covid-19 tentu saja akan terus kita lakukan kedepannya untuk mencegah penularan virus. Lalu, apakah kebiasaan baru ini berpengaruh didunia arsitektur? jawabannya tentu saja sangat berpengaruh. Dengan adanya kebiasaan baru ini, membuat bertambahnya kebutuhan ruang yang cukup seginifikan baik lingkungan kerja maupun rumah kita sendiri.
Oleh karena itu, pada masa pandemic seperti saat ini para arsitek-arsitek tentunya memikirkan sebuah inovasi desain untuk merespon hal ini. Mereka harus merancang sebuah bangunan dengan menerapkan semua kebiasaan-kebiasaan yang kita bawa pulang kerumah karena virus covid-19 di perkirakan akan tetap ada dibumi ini. Karena kebiasaan-kebiasaan atau perubahan perilaku ini akan terus kita lakukan untuk kedepannya. Kebiasaan baru ini merupakan bentuk respon masyarakat dan juga sekaligus menjaga kesehatan dan kesterilan diri pada kondisi yang sedang terjadi saat ini. Perubahan ini tentunya membuat para arsitek harus mencari inovasi baru dalam desain dan juga memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi kedepannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Dr-Ing.Ir.Himasari Hanan, MAE., dalam webinar yang ke-9 bertajuk "Arsitektur Setelah Pandemi: Menuju Kesadaran dan Ruang Hidup Baru“ memaparkan bahwa Arsitektur tidak pernah berdiri sendiri, tetapi dia dipengaruhi oleh oleh faktor-faktor eksternal sehingga tidak heran jika pandemi ini sangat berpengaruh pada arsitektur, dan juga dengan adanya pandemi ini memberikan pemahaman lain bahwa persoalan arsitektur adalah persoalan interaksi antara manusia dengan spatial setting-nya.
Dengan adanya berbagai wabah yang telah melanda dunia, membuat kesadaran masyarakat akan kebersihan dan kesehatan sebagai dasar perancangan kota dan arsitektur semakin besar. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Indah Widiastuti, S.T., M.T., Ph.D., yang menjelaskan bagaimana refleksi historis perkembangan arsitektur sebagai respons terhadap pandemi.
Penyebaran virus covid-19 ini merupakan masalah yang sangat serius dan para pekerja seni khususnya para Arsitek harus mengubah haluan dalam memulai sebuah proses desain yaitu dengan menjadikan kebersihan, Kesehatan dan kesterilan sebagai dasar merancang bangunan pada masa penyebaran covid-19. Dengan adanya perubahan dalam desain juga tentunya akan ada perubahan kebiasaan masyarakat .
Seorang arsitek tentunya harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena arsitektur mencakup segala macam aspek didalamnya dan tentu saja Kesehatan dan keselamatan penghuni menjadi perhatian utama.
Penyebaran dari covid-19 ini tentunya sangat berpengaruh bagi segala aspek kehidupan kita. Dan hal ini harus membuat kita mulai sadar diri dengan melakukan protokol Kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Kita tidak hanya menjaga Kesehatan kita sendiri tetapi kita juga dapat menjaga keselamatan sanak saudara yang tinggal bersama-sama dengan kita. Saling menjaga, stay safe, stay healthy, dan selalu pakai masker kemanapun kalian pergi.
https://www.itb.ac.id/news/read/57599/home/bagaimana-kondisi-arsitektur-setelah-pandemi
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan