Potensi Hutan Indonesia dalam Memajukan Industri Kreatif Masyarakat

Pada umumnya, masyarakat telah mampu mengambil hasil kayu hutan Indonesia dan menciptakan banyak jenis pekerjaan. Produk mebel dari hasil kayu gelondongan sudah sejak lama diproduksi di negeri ini. Akan tetapi, tak hanya itu, saat ini mulai muncul berbagai produk lain baik dari kayu baru maupun bekas yang mampu dikomersilkan dan bersaing di pasar dunia. Gaya masyarakat yang memasuki industri kreatif, industri yang mengandalkan ketrampilan, talenta dan kreativitas yang berpontensi dalam meningkatkan kesejahteraan (Simatupang, 2007), bersamaan dengan daya kreativitas masyarakat yang patut diacungi jempol memberikan keleluasaan lebih untuk menghasilkan produk lain dari hutan Indonesia. Industri kreatif yang terus bermunculan di kalangan masyarakat membuat pola ekonomi masyarakat juga ikut berubah. Kini banyak hal yang mampu didapatkan dari hutan Indonesia. Tak lagi hanya mengandalkan ton-ton kayu glondongan. Guguran dedaunan kering pun bisa diolah dan menghasilkan pundi-pundi rupiah. Salah satu contoh industri keatif yang sudah berjalan adalah Kriya Kayu Rik Rok Borobudur. Galeri yang berada di wilayah Candi Borobudur ini berdiri sejak tahun 2000 dan berhasil berkembang pesat hingga saat ini. Peluang antara ketersediaan bahan yang melimpah dan nama besar Candi Borobudur mampu dikombinasikan dengan apik sehingga menghasilkan suatu hal baru yang diakui masyarakat. Usaha yang bergerak dalam bidang kerajinan tangan ini mampu menghasilkan produk-produk yang berbahan dasar limbah hingga kayu ukir yang bernilai tinggi. Pensil, topeng, kalung, gelang, miniatur, dan barang lain dapat diproduksi dan dipasarkan hingga ke mancanegara. Galeri ini membuktikan bahwa hasil hutan bukan hanya kayu besar yang dapat dioleh menjadi barang mewah dengan harga selangit. Akan tetapi, sisa dan bagian kecil dari hutan itu sendiri mampu menghasilkan barang sederhana yang tak kalah kualitasnya. Akhir-akhir ini juga banyak ditemukan tempat ekowisata yang memanfaatkan keasrian dan keindahan hutan untuk dinikmati langsung oleh para pelancong, baik domestik maupun asing. Menurut Fandeli dan Mukhlison (2000), pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakikatnya ekowisata dapat diartikan sebagai bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat. Di daerah Magelang sendiri terdapat beberapa lokasi ekowisata yaitu Hutan Pinus Kragilan, Gunung Tidar, Ngepos, dll. Ide pengembangan ekowisata ini mampu menjadi terobosan baru bagi dunia pariwisata Indonesia. Hasil hutan yang jelas mampu diambil keuntungannya dapat memberikan keuntungan lain yang menjanjikan. Masyarakat dapat diajak untuk kembali ke alam bebas, memberikan edukasi akan pentingnya hutan, dan juga membantu untuk mengampanyekan pelestarian hutan Indonesia. Dengan adanya ekowisata ini, masyarakat sekitar dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru yang mampu meningkatkan taraf hidup mereka secara langsung. Dengan demikian, tingkat pengangguran dapat ditekan dan jumlah PDB negara mampu ditingkatkan. Meskipun demikian, tak bisa dielekkan bahwa jumlah hutan Indonesia tak lagi sebesar dahulu. Sayangnya persentase luasan hutan semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini patut mencuri keprihatinan masyarakat. Selain hasil hutan yang akan berkurang secara spesifik, menurunnya kawasan hutan juga menjadikan kesehatan bumi ikut menurun. Oleh karena itu, sebagai masyatakat yang cerdas, kepedulian terhadap kelestarian hutan harus terus digaungkan dan dilaksanakan secara nyata. Hutan akan mampu menjadi teman apabila masyarakat juga memperlakukannya layaknya seorang teman. Sehingga keseimbangan lingkaran kehidupan akan terus berhubungan secara simbiosis mutualisme yang tak akan merugikan pihak manapun.

  1461 Views    Likes  

Liburan Semester Modal Nol Rupiah? Ini 50 Tempat Gratis di Jakarta

previous post

12 Makanan Sehari-hari yang Bisa Menyebabkan Keracunan
Liburan Semester Modal Nol Rupiah? Ini 50 Tempat Gratis di Jakarta

next post

Liburan Semester Modal Nol Rupiah? Ini 50 Tempat Gratis di Jakarta

related posts